Seorang Gadis Yatim Piatu, yang memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan.
Namun memiliki banyak rahasia, yang hanya si ketahui oleh kakak dan adiknya. Bahkan ia juga menyembunyikan identitas dirinya, dengan berpenampilan culun. Menyembunyikan kemampuannya, yang ternyata membuat seorang pria takjub.
Dwi panggilannya, ia juga menyembunyikan warna berbeda di kedua matanya.
Bagaimana kisahnya?? Suka-suka kalian ajaaaa.... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
Alarm di ponsel Dwi berbunyi, waktu menunjukkan pukul 09.55.
"Aku harus menemui pak Evan, ada apa sebenarnya manusia satu itu memanggilku? Perasaan aku sudah dengan sengaja, agar tidak bersinggungan sama sekali dengannya." Dwi pun menyudahi pekerjannya dan segera keluar dari ruangan kerjanya. Sebelum ia benar-benar keluar, kembali ia mendengar suara rak paling belakang bergeser. Namun seperti biasa, ia tak memperdulikannya.
Setelah yakin pintunya terkunci, Dwi segera melangkahkan kakinya menuju ruangan CEO perusahaan tersebut.
"Mbak Dwi, udah tunggu di dalam." ucap Amelia, Dwi mengangguk
Amelia mengetuk pintu sebelum masuk ke ruangan Evan, mereka masuk setelah terdengar Evan mengijinkan masuk. Begitu masuk, Dwi bisa melihat Evan yang sibuk dengan pekerjaannya, serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Dwi melihat ke sekeliling, ruangannya masih lebih besar milik kakaknya di Brasil.
"Tuan, mbak Dwi sudah datang." ucap Amelia, Evan mengangguk
"Pergilah" ucapnya , tanpa menatap Amelia
'Arrogant' ucap Dwi dalam hati, namun wajahnya tak mengeluarkan eskpresi apapun.
"Duduklah"
"Tidak perlu, katakan saja tuan." jawab Dwi, dengan suara tenang. Tak ada getaran gugup sama sekali, Evan mengernyitkan dahinya.
"Aku menyukai kinerjamu, semua rapih dan tertata. Seolah kamu, sudah terbiasa mengurus hal seperti ini. Lucas sudah mengecek bagian arsip, bahkan mudah baginya untuk mencari yang di butuhkan. Karena kamu sudah merapihkan susunan, di setiap arsip." Tak mendengar jawaban Dwi, Evan pun menaruh pulpen yang ia pegang. Ia melepas kacamata dan menoleh pada Dwi, tatapan Dwi lurus padanya.
"Aku menawarkan mu untuk menjadi sekertaris ku, karena Lucas membutuhkan Amelia untuk membantu pekerjaannya." ucap Evan, Dwi terdiam beberapa detik
"Maaf, saya tidak berminat." jawabnya, tentu saja mengejutkan Evan.
Karena banyak yang berlomba-lomba untuk bisa bekerja di dekatnya, bahkan tiap kali ia berpapasan dengan karyawan perempuan. Mereka selalu berusaha mencari perhatiannya, entah bagaimana pun caranya.
"Kenapa?" tanya Evan penasaran, ia pun berdiri. Evan keluar dari mejanya dan menghadap Dwi, dengan menyandarkan tubuhnya pada meja. Kedua tangannya, ia masukkan ke dalam saku celana.
Bila perempuan lain, pasti akan tergila-gila melihat pose Evan kali ini. Tapi tidak dengan Dwi, ia masih berdiri tegak menatap Evan.
"Karena saya lebih menyukai pekerjaan saya saat ini." jawab Dwi
"Jadi kamu menolak?"
"Ya" jawab Dwi, matanya terus menatap lurus pada Evan. Evan mengagumi hal tersebut, karena tak ada rasa takut, segan ataupun canggung sama sekali.
"Kalau kamu menolak, sebaiknya kamu membuat surat pengunduran diri. Jadi, bagaimana?" gertak Evan, Dwi menghembuskan nafasnya kasar
"Kalau begitu, saya memilih untuk mengundurkan diri" jawab Dwi enteng, Evan cukup terkejut mendengar jawaban Dwi yang tegas tersebut.
Padahal banyak yang ingin masuk ke perusahaan miliknya, tapi wanita ini malah memilih keluar dari pada menjadi sekertaris nya.
"Kontrak kerjamu masih kurang dari 5 bulan, kamu yakin? Kamu tidak akan mendapatkan pesangon atau apapun. Bahkan mungkin gaji minggu ini, tidak akan turun."
"Tidak apa-apa, lagi pula saya masih training di sini." jawab Dwi
'Uangku masih banyak, bahkan semenjak pindah ke sini aku bingung bagaimana cara mengurangi isi rekening.' lanjut Dwi dalam hati, sombongnya kamu Dwi.
Evan tersenyum tipis, saking tipisnya Dwi tak melihat hal tersebut.
'Gadis yang menarik, bahkan ia sangat berani menatap lawan bicara. Tak peduli lawan bicaranya, adalah atasan tempatnya bekerja.' ucap Evan dalam hati
"Kalau begitu, buat lah surat pengunduran dirimu." ucap Evan, masih mencoba menggertak Dwi
"Baik, kalau tidak ada yang mau di bicarakan lagi. Saya pamit tuan" Dwi menganggukkan kepalanya, Evan bengong mendengar jawaban Dwi
Ia tersadar, saat mendengar suara pintu tertutup. Begitu Dwi keluar dari ruangannya, ia merasa ada yang kosong. Apa yang menarik dari wanita yang bernama Dwi? Penampilannya saja jauh dari kriterianya, walau memang Dwi mungkin memiliki tubuh yang proporsional. Tinggi Dwi yang di ata 170 cm, tegap, rambut panjang yang selalu di ikat separo dan jangan lupakan kacamata tebalnya. Ada apa sebenarnya dengan Dwi? Punya apa dia, yang bisa membuat seorang Evan penasaran?
Bahkan kini, ruangan Evan tercium wangi yang keluar dari tubuh Dwi. Entah itu wangi shampo atau minyak wanginya, wanginya terasa manis dan lembut.
'Baru saja kak Putra memintaku untuk bekerja, di perusahaan cabang yang ada di sini. Apa ini sudah jalannya? Baiklah kalau begitu, mungkin ini bukan rejekiku.' ucap Dwi dalam hati, di jalan ia berpapasan dengan Lucas. Dwi hanya menundukkan kepalanya sedikit dan melanjutkan langkahnya.
Sesampainya di ruangan kerja, Dwi membuat surat pengunduran diri. Terdengar jelas di telinganya, ada sosok yang membaca.
'Su rat Re sign.. hah? mengundurkan diri? kenapa? Padahal aku sudah suka ada yang menemaniku, meski kamu tak melihatku. Pasti karena perbuatan pria angkuh itu, lama-lama perusahaan bisa bangkrut karena banyak karyawan yang tidak betah dengan sikapnya.' ucap sosok itu
Dwi tak memperdulikannya, ia terus saja mengetik. Setelah selesai, ia me ngeprint surat tersebut. Lalu ia lipat dan di masukkan ke dalam amplop berwarna putih. Dwi menyelesaikan pekerjannya terlebih dahulu, sengaja ia melewatkan jam makan siang. Sampai semua selesai di jam 2 siang, Dwi pun membereskan semua barang yang ada.
Setela dirasa sudah rapi dan selesai semua, Dwi mengambil tas dan ponselnya. Tak lupa dengan surat yang tadi ia buat, dengan perasaan sayang karena harus keluar dari gue miliknya yang baru. Kini ia harus kembali, ke dunia ramai manusia. Dwi keluar, setelah pintu terkunci. Ia pun melangkahkan kakinya, menuju ruangan Evan.
"Mbak Amel"
"Eh iya mbak Dwi, ada yang bisa aku bantu?" tanya Amelia, Dwi bisa merasakan bila wanita di depannya ini baik. Hanya saja pakaiannya kurang enak di lihat, menurutnya. Tapi mungkin, itu sudah menjadi standard perusahaan.
"Pak Evannya ada?" tanya Dwi
"Ada mbak, di dalam juga ada ibu dan adiknya. Sama seorang wanita juga" jawab Amelia, Dwi terdiam
"Kalau gitu, saya titip su..." ucapan Dwi terpotong, karena suara dering telepon di meja Amelia
"Sebentar ya mbak, saya angkat teleponnya dulu." Dwi mengangguk
'Suruh dia masuk' ucap Evan, lalu langsung mengakhiri panggilannya
"Maaf mbak, mbak diminta masuk sama pak Evan." ucap Amelia tidak enak
'Emang di sini ada CCTV?' bisik Dwi, Amelia hanya menjawabnya dengan anggukan
"Baiklah, makasih ya mba Amel" Amel kembali mengangguk dan tersenyum, Dwi mengetuk pintu sebelum masuk.
Ia pun masuk, setelah mendengar suara Evan.
"Selamat siang tuan, saya datang hanya untuk menyerahkan surat pengunduran diri saya." ucap Dwi to the point, ia melangkahkan kakinya dan menaruh amplop putih di atas meja. Lalu ia mengangguk dan berbalik, hendak keluar dari ruangan tersebut tanpa melihat kanan kiri.
Apalagi tadi Amel bilang, bila ada ibu dan adiknya Evan. Ia tak mau mengganggu kumpul keluarga tersebut, namun saat ia hendak melangkah.
"Loh.. kamu kan yang menolong kami kemarin"
...****************...
Seperti biasa, jangan lupa buat jadiin Favorit!!! Tinggalkan jejak💓
...Happy Reading all💓💓💓...