Di Bawah Umur Harap Minggir!
*****
Salahkah bila seorang istri memiliki gairah? Salahkah seorang istri berharap dipuaskan oleh suaminya?
Mengapa lelaki begitu egois tidak pernah memikirkan bahwa wanita juga butuh kepuasan batin?
Lina memiliki suami yang royal, puluhan juta selalu masuk ke rekening setiap bulan. Hadiah mewah dan mahal kerap didapatkan. Namun, kepuasan batin tidak pernah Lina dapatkan dari Rudi selama pernikahan.
Suaminya hanya memikirkan pekerjaan sampai membuat istrinya kesepian. Tidak pernah suaminya tahu jika istrinya terpaksa menggunakan alat mainan demi mencapai kepuasan.
Lambat laun kecurigaan muncul, Lina penasaran kenapa suaminya jarang mau berhubungan suami istri. Ditambah lagi dengan misteri pembalut yang cepat habis. Ia pernah menemukan pembalutnya ada di dalam tas Rudi.
Sebenarnya, untuk apa Rudi membawa pembalut di dalam tasnya? Apa yang salah dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Malam Panas Dara
Malam ini Dara menikmati waktu bersama teman-temannya di sebuah klab malam. Ia mengenakan pakaian minim tanpa lengan yang membuatnya terlihat se ksi. Ada tiga orang teman yang duduk bersamanya.
"Sesekali ajak suamimu ke sini, kasian kamu tinggal terus setiap hari," ujar Helen, teman Dara yang berambut panjang pirang.
Dara meneguk minuman alkohol dari gelasnya sembari menyunggingkan senyum. "Memangnya kenapa? Aku khawatir kalian akan menerkamnya," jawab Dara.
"Katanya kan kamu tidak suka. Jadi, bolehlah teman-temanmu ini pendekatan. Nanti kalau kamu sudah bosan, salah satu dari kita siap menggantikan," tutur Wina, teman Dara yang berambut pendek.
"Aku heran, bisa-bisanya kamu tidak menyukai suamimu. Padahal dia tampan," ucap Teri, si cantik berambut ikal.
Dara melirik ke arah Teri. "Sepertinya kamu yang paling tertarik dengan suamiku," tebaknya.
"Mana ada sih, yang mengalahkan pesona Pak Rival. Dara itu sudah cinta mati jadi tidak ada yang menarik lagi baginya," sahut Wina.
Dara tersenyum. Sekali lagi ia meneguk minumannya.
Teman-teman Dara memang sudah tahu bagaimana kehidupan rumah tangganya. Bukan rahasia lagi kalau dia lebih menyukai suami orang.
"Dara ...," panggil seseorang.
Mereka menoleh ke arah suara. Tampak seorang lelaki tinggi dengan badan yang tegap telah berdiri tak jauh dari mereka. Wajah Dara seketika berubah menjadi ceria.
Ia meninggalkan tempat duduknya dan berjalan menghampiri lelaki itu. Tanpa mempedulikan apapun, ia melabuhkan pelukan mesra. Bahkan keduanya sampai berciuman bibir membuat ketiga teman Dara di sana tercengang saling berpandangan.
Lelaki itu tidak lain adalah Rivaldo, satu-satunya lelaki yang bisa membuat Dara menjadi segila itu. Ketiga teman Dara tidak pernah menyangka jika Dara yang mereka kenal bisa terobsesi dengan suami orang.
"Sayang, akhirnya kamu datang. Ayo, aku kenalkan kepada teman-temanku!" ajak Dara dengan nada yang manja.
Rival menurut. Ia menghampiri ketiga teman Dara dan berkenalan dengan mereka. Ia turut bergabung dalam obrolan sembari menikmati minuman beralkohol.
Ketiga teman Dara terlihat canggung dengan tingkah Dara yang terus menempel pada Rival. Dara tak ada malu-malunya duduk di pangkuan Rival sembari berciuman.
"Aku jadi kasihan dengan Trian kalau begini," kata Teri dengan nada sangat lirih kepada dua temannya.
"Kamu pikir aku tidak merasa begitu? Aku juga kasihan dengan Trian. Tapi, mau bagaimana lagi? Ini bukan urusan kita. Kalau Dara jadi gila, kita juga yang repot. Jadi, biarkan saja," ucap Wina.
Dari ketiganya, Wina memang teman yang paling dekat dengan Dara. Ia tahu persis masalah yang dibuat oleh Dara semenjak menjalin hubungan dengan Rival. Mengerikan. Satu kata yang bisa menggambarkan semuanya.
"Dia polisi, kan? Kenapa bisa begitu kelakuannya?" bisik Helen.
"Namanya juga manusia. Mau profesinya apa juga tidak ada pengaruhnya dengan kelakuan. Tergantung pribadi masing-masing," jawab Wina.
"Trian seharusnya kabur, kasihan dia ...," gumam Teri.
"Mana mau Trian begitu? Bisa langsung jatuh miskin dia," tepis Wina.
"Kalau aku sih lebih memilih jatuh miskin dari pada tersiksa punya pasangan selingkuh," ucap Teri.
"Sudahlah, Trian tahu resikonya menikahi Dara. Kita diam saja. Kalian tidak mau kan, pertemanan kita rusak? Lalu hubungan bisnis orang tua kita juga hancur?" kata Wina. Dia adalah orang yang tidak suka mencampuri urusan orang lain. Apalagi jika bisa berpengaruh buruk terhadap kehidupannya.
"Aku mau ke atas dulu, ya. Mau istirahat bersama Rival," pamit Dara.
Ketiga teman Dara langsung terdiam menghentikan pembicaraan mereka.
"Oh, iya, Dara. Selamat istirahat," jawab Wina.
Dara menggandeng tangan Rival bersamanya. Mereka berjalan menuju ke lantai atas klab malam tersebut dimana terdapat kamar-kamar yang bisa disewa untuk beristirahat.
"Jadi, besok kamu sudah harus kembali?" tanya Dara. Ia masih belum puas menghabiskan waktu bersama Rival.
"Iya, Sayang. Acaraku di sini kan hanya empat hari. Besok aku sudah harus kembali."
Dara memeluk Rival dengan erat. "Aku ingin bisa lama bersamamu," rengeknya.
"Aku juga sama. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku harus menjalankan tugas," jawab Rival. "Tapi, akan aku usahakan supaya bisa dimutasi ke kota ini. Supaya bisa lebih lama bersamamu," imbuhnya.
Dara merasa senang mendengarnya. Ia mengajak Rival untuk naik ke atas ranjang. Mereka berbaring di sana, berpelukan, dan berciuman.
"Apa hubunganmu dengan istrimu masih baik?" tanya Dara.
Rival menggeleng. "Aku sudah mengabaikannya sejak mengenalmu," ucapnya sembari menyelipkan helaian rambut Dara yang menutupi wajah ke belakang telinga.
"Aku ingin sekali cepat bercerai dengannya. Tapi, aku rasa dia masih sangat keras kepala. Aku harap kamu bersabar sampai dia menyerah dan meminta bercerai," sambung Rival.
"Bagaimana kalau setelah itu kita kabur ke luar negeri?" ajak Dara.
"Tentu. Kemanapun kamu mau pergi, akan aku turuti." Rival mengiyakan kemauan Dara.
Keduanya kembali berpelukan saling melepas kerinduan karena jarang bisa bertemu. Mereka harus menyembunyikan hubungan selama bertahun-tahun agar tidak diketahui oleh pihak keluarga istri Rival.
Rival menikahi istrinya juga bukan atas dasar cinta. Dia menikahi istrinya hanya agar bisa cepat naik jabatan. Akan tetapi, ketika bertemu kembali dengan Dara yang merupakan cinta pertamanya, Rival tak lagi menginginkan karir sebagai yang utama. Ia ingin meninggalkan semuanya demi Dara.
Masalahnya, tidak semudah itu untuk berpisah. Jika sampai ketahuan selingkuh, nyawanya dan nyawa Dara bisa melayang ditembak mertua. Jadi, Rival membiarkan istrinya kesepian dengan pengabaiannya hingga akhirnya mau bercerai.
Pernikahan Rival dengan istrinya yang sudah berjalan 6 tahun itu belum dikaruniai anak. Justru Rival sudah memiliki anak dari hubungannya dengan Dara. Rival ingin istrinya menyerah sendiri.
"Sayang, aku ingin melakukannya. Ayo puaskan gairahku sampai pagi sebelum kamu pergi," pinta Dara dengan tatapan penuh na fsu.
Keinginan Dara disambut Rival. Keduanya memang saling merindukan. Seperti hal yang sudah menjadi kebiasaan, mereka langsung melepaskan pakaian, bergumul dalam kondisi tanpa busana.
Keduanya berciuman brutal dengan tangan yang saling menyentuh satu sama lain. Gairah mereka membara hingga tak mempedulikan lagi apapun di dunia.
Dengan penuh semangat, Rival memasukkan miliknya ke dalam lubang yang satu bulan ini tak ia kunjungi. Raut wajahnya menggambarkan kenikmatan yang luar biasa. Suara lenguhan Dara semakin membuatnya bersemangat untuk menggerakkan pinggulnya. Semakin ia bergerak, semakin keras jeritan Dara.
"Ah, enak sekali," ucap Rival sembari tak henti menggerakkan pinggulnya.
"Sayang, aku sudah berhenti meminum pil KB. Ayo, buat aku hamil lagi," pinta Dara dengan ekspresi menggoda.
"Kalau seperti ini, aku tidak akan bisa lama berpisah denganmu, Sayang ...," ucap Rival yang selalu tergoda dengan kecantikan dan kenakalan Dara. Ia semakin bersemangat bercinta.
Bagaimana bisa Rival tak tergoda dengan Dara. Dia wanita yang cantik dan punya tubuh yang indah. Sementara, istrinya bertubuh gempal dan wajahnya biasa-biasa saja. Kalau bukan anak jendral, dia juga tidak akan mau menikah dengan wanita yang kini masih menjadi istrinya.