Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA TIGA PULUH
Di sinilah Kinara berdiri bersisian dengan Galang, tepatnya di depan lukisan mawar merah berbingkai yang tampak hidup.
Galang menceritakan apa yang dia baca dari penyampaian filosofi lukisan AMR. Semuanya terasa penuh makna karena di setiap titik cat yang tergores bak alur sebuah cerita.
Kelopaknya selembut beludru, duri yang tersemat di tangkai seolah menjadi sisi lain dari kelembutan itu sendiri. Kelopaknya merekah seperti pesan bahwa si penuang cat sedang jatuh cinta.
Dari desiran angin juga sedikit sorotan matahari yang terpulas tipis-tipis di sana, Galang mengartikannya sebagai kerinduan sang pelukis.
Memang mawar itu berduri, tapi angin dan cahaya tercipta bukan untuk disakiti sang mawar justru mereka akan saling melengkapi.
Yah, Galang rasa, sorotan mentari dan desiran angin itu amat sangat cocok disandingkan dengan keanggunan merahnya.
Setiap lekukan kelopaknya seperti menceritakan kisah-kisah. Kilau tetesan embun seperti janji-janji suci.
Jangan lupakan juga durinya yang tersembunyi. Dia seperti mengingatkan bahwa cinta tak selalu semulus beludru.
Namun, jika boleh dikaji ulang, justru di sanalah letak kekuatan sang mawar, duri inilah yang akan melindunginya, dan hanya angin, cahaya, serta setitik embun yang bisa hidup bersama si merah berduri tajam ini.
Kinara tercenung, dia pernah mendengar keahlian membaca filosofi Galang. Itulah kenapa Galang disukai banyak kurator dan Gallerist, Galang mampu membaca setiap pesan yang terkandung di dalam seni rupa.
Kinara juga sedikit merasa familiar dengan kalimat yang disampaikan Galang.
Mawar tak ubahnya seperti Kinara yang membawa duri ke mana-mana dan beberapa elemen yang disebutkan tadi, angin, cahaya, embun, layaknya Alhambra yang tidak akan tertusuk walau seberapa pun tajamnya ia.
"Permisi!" Kinara dan Galang lantas menoleh ke arah yang sama. Di mana, lelaki tampan tersenyum manis untuk Kinara.
"Maaf, kalau aku lancang, tapi, aku seperti mengenal mu, Nona." Hangga Laksamana, aktor ternama yang dulu melelang lukisan AMR dengan wajah Kinara.
"Kamu--" Hangga seperti mengingat-ingat sesuatu, entah mengenal di mana, tapi dia merasa cukup familiar dengan wajah Kinara.
"Permisi." Kinara menunduk sopan lalu menarik Galang untuk pergi dari tempat ini.
Namun, agaknya Hangga tidak bisa membiarkan dirinya begitu saja. Ditariknya lengan Kinara, agar kembali padanya.
"Hey, kamu lari dari ku?"
Baru pertama kalinya Hangga mendapati wanita yang lari saat ditegurnya. Bukankah selama ini, wanita selalu mengerubunginya sekedar untuk meminta foto bersama?
"Wajah mu familiar. Dan--" Hangga ingin katakan sesuatu tentang gadis ini, tapi, tidak dengan terang-terangan. "Mempesona."
Galang menyengir, pemuda itu tahu bahwa temannya tidak nyaman dengan tatapan mata Hangga Laksamana. "Maaf, Koh! Kami lagi buru-buru."
"Oh, okay--"
Beruntung, Hangga diam membiarkan Kinara dan Galang pergi. "Ngapain dia sih? Nggak jelas banget pake nongol di sini!"
Galang tertawa di sela larinya. "Dia aktor yang suka dengan lukisan, dan mungkin pas lihat kamu, dia suka sama kamu."
"Artis papan atas nggak mungkin suka sama serbet kotak-kotak, Lang!" tawa Kinara.
"Kamu mungkin nggak sadar, kamu bukan serbet kotak-kotak, Ra, kamu sapu tangan merah semenjak dinikahi Alhambra, bahkan aku saja sudah tidak pantas untuk mu."
"Apa?" Kinara mengernyit untuk mendengar kembali kalimat Galang barusan.
"Tidak--" Galang tertawa karena ucapannya hanya ngelantur saja.
Hangga Laksamana menghela napas cukup lama. Sial sekali, pemuda yang barusan lari bersama gadis ikal, memanggilnya Koko.
Ah, memang dia ini keturunan Chinese, tapi bukan berarti harus dipanggil Koko. Apa tidak lihat bagaimana wajah campurannya?
Hangga menatap asistennya. "Cari tahu siapa gadis cantik yang tadi? Aku mau tahu."
"Yang barusan?" Randy nama pemuda berkulit sawo matang tesebut. "Cewek yang barusan lari ... serius Boss sama sekali nggak kenal?"
"Hmm."
"Namanya Kinara, dia yang kemarin hadir di lelang lukisan AMR di Surabaya. Dia juga yang jadi perantara AMR dengan Rose."
"Begitu kah?" Perasaan, Hangga baru melihatnya hari ini. Di Surabaya, Hangga tidak melihat gadis itu. Oh, tunggu, jadi gadis yang tadi itu gadis yang ada di lukisan AMR?!
"Sial, jadi dia objeknya?!" cecar Hangga, dan Randy mengangguk.
"Boss mau tahu lebih lanjut tentang dia?"
"Hmm."
Randy terkekeh kecil. "Boss harus siap-siap kecewa. Karena dia sudah menikah dengan adik sahabat mu, Boss!"
Randy tahu gosip keluarga Rain karena kekasihnya bekerja di X-MERIA.
"Siapa?"
"Alhambra."
Mata Chinese Hangga membola. "Anak ingusan Sky Rain?! Bukannya Hambra menikah dengan anak pengasuhnya?"
"Kinara istri penggantinya. Kebetulan malam itu calon istri adik Tuan Allasca kabur."
Hangga menggaruk kening. "Sial juga bocah tengil itu, ternyata sudah mendahului ku."
Randy tertawa-tawa. "Tapi kabarnya, rumah tangga mereka lagi gonjang-ganjing."
Semua orang bergosip, Alhambra di sudut tempat berdiri bersama Rochmat. Barusan saja mereka membuntuti Kinara dan Galang, kemudian tidak disangka-sangka Alhambra melihat si Casanova Hangga melirik Kinara.
Apa Hangga bilang? Anak ingusan Sky Rain? Hangga belum tahu saja siapa bungsu Sky Rain yang satu ini. "Mana senjata kita?"
Rochmat menyerahkan sebotol baby oil dengan gerakan ala film aksi seolah yang diserahkan barang-barang terlarang.
Yah, mereka masih ingusan, Alhambra bahkan menumpahkan minyak licin tersebut ke lantai yang sudah dipastikan akan dilewati kaki-kaki panjang Hangga Laksamana.
Hanya menunggu waktu, menghitung detik-detik, dan tepat sasaran, Hangga tergelincir hingga terduduk di lantai dengan memekik nama-nama binatang.
Randy yang masih tertinggal di belakang, pria itu tertawa terpingkal. "Boss kenapa?"
"Apa ini?" Hangga mencium cairan yang barusan menjatuhkannya. "Minyak bayi?"
Randy semakin terkikik geli. "Ini gallery apa rumah Rapper Boss?! Kenapa banyak baby oil di sini?!" tawanya.
Di atas penderitaan aktor Casanova, ada kepuasan batin seorang Alhambra. Pemuda itu masuk ke dalam lift bersama karibnya.
"Selain pengagum lukisan, Lu, ternyata dia juga mengagumi istri, Lu!"