Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tarik Ulur
Meski Luna mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaannya, pikirannya masih terus kembali pada Dafa. Setiap kali mengingat bagaimana Dafa meminta waktu untuk berpikir, hati Luna terasa sakit. Meskipun Dafa tidak mengatakan "tidak" secara langsung, Luna sudah yakin bahwa pada akhirnya dia akan ditolak. Pikiran itu menghantuinya setiap kali ia sendiri, bahkan saat di lokasi syuting sekalipun.
Setelah syuting hari itu, Luna dan Aurel duduk bersama di kafe, menikmati secangkir kopi. Aurel menatap sahabatnya yang terdiam lama, terlihat murung. "Luna, kamu harus berhenti mikirin Dafa terus. Itu nggak baik buat kamu," ucap Aurel dengan nada serius. Luna mendesah, memainkan cangkir di tangannya. "Aku nggak bisa, Rel. Dafa itu berbeda. Aku nggak pernah ngerasain yang kayak gini sebelumnya. Aku benar-benar tertarik sama dia."
Aurel menatapnya prihatin. “Lun, aku tahu kamu suka sama dia, tapi kamu juga harus mikir realistis. Gimana kalau dia beneran menolak kamu nanti? Kamu harus siap. Lebih baik kamu move on sekarang, sebelum makin terluka.” Luna menggeleng pelan. "Nggak, Rel. Aku nggak bisa move on. Aku nggak mau menyerah sebelum aku tahu jawabannya. Dafa itu bukan tipe yang bisa aku lupakan begitu aja." Aurel mendesah panjang. Ia tahu Luna keras kepala, tapi kali ini ia tak ingin melihat sahabatnya terus-terusan terluka. “Kalau gitu, ada satu cara lagi yang bisa kamu coba,” kata Aurel sambil tersenyum tipis, seolah punya rencana di kepalanya.
Luna mengernyit. "Apa maksud kamu?"
“Cara tarik ulur. Kamu kan tahu, cowok juga kadang nggak suka kalau kita terlalu terlihat mengejar mereka. Tarik ulur bisa jadi cara buat bikin Dafa mikir dua kali tentang kamu. Kamu udah kasih perhatian penuh, sekarang coba sedikit mundur, biar dia merasa kehilangan,” jelas Aurel dengan nada penuh keyakinan. Luna terdiam, memikirkan saran Aurel. Selama ini, dia memang sangat terbuka soal perasaannya pada Dafa. Mungkin memang terlalu terbuka. Selalu ada di sekitarnya, bahkan saat Dafa menolak perjodohan itu. Namun, apakah mundur akan berhasil? Luna tidak yakin, tetapi ia juga tahu bahwa terus-menerus berusaha tanpa hasil hanya akan membuatnya semakin terluka.
“Menurut kamu itu bakal berhasil, Rel?” Luna bertanya, masih ragu.
Aurel mengangguk mantap. "Tarik ulur itu klasik, Lun. Banyak yang berhasil dengan cara ini. Kamu udah kasih Dafa ruang, sekarang biar dia yang nyari kamu. Biar dia merasakan gimana rasanya kalau kamu nggak ada di sekitarnya. Dan satu hal lagi, jangan terlalu kelihatan butuh dia. Kamu harus tetap kelihatan kuat dan mandiri. Itu bisa bikin dia mikir dua kali." Luna mulai mempertimbangkan saran Aurel. Mungkin ini saatnya untuk sedikit mundur. Bukannya menyerah, tapi memberikan Dafa ruang untuk berpikir tanpa merasa tertekan oleh kehadirannya.
“Oke,” Luna akhirnya setuju. “Aku akan coba. Tapi kalau nggak berhasil, jangan salahin aku kalau aku makin patah hati,” ucapnya sambil mencoba tersenyum tipis. Aurel tertawa kecil. "Nggak usah khawatir. Kalau gagal, kamu selalu bisa ngelakuin cara lain. Yang penting, kamu tetap kuat dan nggak tunjukin rasa sedih kamu ke dia."
Hari-hari berikutnya, Luna mulai mencoba strategi tarik ulur yang disarankan Aurel. Dia tidak lagi mengirim pesan-pesan manis seperti biasanya. Bahkan, saat Dafa menghubunginya untuk menanyakan kondisi kakinya yang terkilir, Luna hanya merespons singkat, tanpa terlalu menunjukkan ketertarikan yang berlebihan. Sikap dingin Luna membuat Dafa sedikit bingung. Sebelumnya, Luna selalu tampak antusias ketika mereka berkomunikasi. Kini, Luna seolah memberi jarak. Dafa mulai merasa ada yang aneh, meskipun ia tidak secara langsung menyadari apa yang sedang terjadi. Di sisi lain, Luna mencoba menahan dirinya, meski di dalam hatinya dia sangat ingin kembali dekat dengan Dafa.
Namun, Luna bertekad. Jika cara ini bisa membuat Dafa berpikir ulang tentang perasaannya, maka dia akan terus melakukannya setidaknya sampai ada perkembangan yang lebih jelas. Luna mulai merasakan dampak dari strategi tarik ulur yang disarankan Aurel. Meski begitu, bukan hanya Dafa yang perlahan-lahan merasakan perubahan sikapnya. Kedekatan Luna dengan Arman, lawan mainnya di film terbaru, mulai jadi sorotan media. Produser film tersebut sengaja memanfaatkan chemistry di antara mereka untuk menciptakan gimik yang akan menaikkan pamor film tersebut.
Berita-berita mengenai kedekatan Luna dan Arman mulai menyebar di media. Banyak foto-foto mereka berdua yang tampak akrab di lokasi syuting, dan gosip bahwa mereka mungkin sedang menjalin hubungan pun muncul. Dafa, yang biasanya tidak terlalu memedulikan dunia hiburan, mulai merasa terusik dengan pemberitaan itu. Di rumah sakit, Dafa sedang bersiap untuk mengunjungi pasiennya saat ponselnya berbunyi. Saat dia melihat notifikasi berita yang muncul di layar, foto Luna dan Arman yang tertawa bersama terpampang jelas. Judul artikel itu berbunyi, "Luna dan Arman, Pasangan Baru di Balik Layar?" Dafa mendadak merasa dadanya sesak. Meskipun dia tahu itu mungkin hanya strategi pemasaran film, dia tidak bisa menahan rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul.
Sementara itu, di apartemennya, Luna sedang duduk bersama Aurel. Ponselnya juga terus bergetar, menandakan pemberitahuan dari media sosial tentang kabar hubungannya dengan Arman. Luna mendesah, merasa lelah dengan drama yang seolah tak henti-hentinya mengejar hidupnya. "Aku capek, Rel. Ini semua cuma gimik buat film, tapi Dafa mungkin mikir aku beneran suka sama Arman," keluh Luna, matanya menatap jendela dengan pandangan kosong.
Aurel tersenyum dan menepuk bahu Luna. "Tenang, Lun. Itu justru bagus. Kalau Dafa cemburu, itu berarti dia mulai merasa kamu penting buat dia. Dan ingat, kamu harus tetap dingin. Jangan buru-buru temuin Dafa atau ngejar dia. Biar dia yang mikir sendiri." Luna menggigit bibirnya, bingung. "Tapi gimana kalau ini malah makin menjauhkan aku dari dia?"
Aurel menggeleng. "Percaya sama aku. Cowok itu kadang butuh diingatkan bahwa mereka bisa kehilangan sesuatu yang berharga. Dafa nggak akan tinggal diam kalau dia benar-benar punya rasa sama kamu." Hari-hari berikutnya, Luna mengikuti saran Aurel dengan sepenuh hati. Di depan media, dia dan Arman tetap tampil mesra sebagai bagian dari promosi film, meskipun semuanya murni profesional. Setiap kali ditanya soal hubungan mereka, Luna hanya tersenyum dan memberikan jawaban ambigu, membuat media semakin gencar menggali informasi lebih lanjut.
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/