Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Pengganggu
‘Ah, ternyata Pangeran Edward’ batin Luvi yang sudah menoleh beberapa detik yang lalu.
“Ah ya, ada apa Pangeran” sapa Luvi.
“Apa yang kau lakukan sendirian disini?”
“Aku mencari no- maksudku Ibuku” jawab Luvi yang hampir keceplosan.
“Ibumu? mari ku bantu mencari” Edward kemudian melangkah di samping Luvi seolah ingin berbuat baik.
“Apa kau sudah mencarinya di lantai atas?” tanya Edward.
“Ya sudah, tapi dia juga tidak disana”
Tetapi ketika mereka tiba di ujung lorong dan mereka akan berbelok ke kanan, suasana di tikungan tersebut sangat sepi dan sedikit gelap.
“Sebaiknya aku kembali ke kamar saja Pangeran” Luvi yang akan berbalik badan, dengan tiba-tiba ditarik pinggangnya kemudian di rapatkan ke dinding yang terasa dingin.
“Putri Ella, kau sangat cantik, apa kau bersedia sebentar saja bersamaku?” ujar Edward yang membuat Luvi membelalakkan mata birunya. Spontan Luvi merasa takut dan gemetar.
“Pa-Pangeran!, apa yang anda lakukan!” Luvi berusaha menghindarinya.
“Ssshh, aku tidak perduli lagi dengan Putri Veronica, aku lebih tertarik padamu” bisik Edward yang kepalanya kini mulai mendekat kearah Luvi.
“Akh!, lepas!” Luvi berusaha melawan, tangannya berusaha mendorong dada pria itu, tapi tangan pria itu lebih cepat menggenggam pergelangan tangan Luvi, dan merapatkannya ke dinding. Kali ini Luvi lebih sulit melawan.
Kini tubuh pria itu justru merapat semakin mendekat kearah Luvi. Pria itu dengan hasratnya mendaratkan bibirnya ke bibir mungil Luvi yang lembut.
Luvi tidak mampu lagi menghindar, ia hanya bisa memberontak dengan tubuhnya yang tertahan.
Tapi tanpa di duga …
“Aaakh!!” pekik pria itu.
Edward ditarik kuat oleh seseorang kebelakang dengan paksa. Sebuah tangan kekar mencengkram lehernya kemudian membenturkannya merapat ke dinding dengan keras.
Luvi tertegun dengan semua perasaan takutnya. ‘T-tuan Dominic’ batinnya dengan campuran kelegaan yang entah darimana datangnya. Tubuhnya yang masih merapat ke dinding turun perlahan akhirnya ia menekuk lututnya, masih bersandar pada dinding.
Wajah Dominic sangat terlihat marah, rahangnya mengatup keras. Tangannya yang kekar masih mencengkram leher Pangeran di depannya.
“Sekali lagi kau sentuh dia, aku pastikan kau tidak akan pernah kembali ke Istanamu!” Dominic kini meraih rahang sampai bagian bawah dagu Edward, mencengkramnya hingga wajah pria berambut coklat itu mendongak keatas tak berkutik.
“Bukankah kau kesini untuk Putri Veronica?, tapi kenapa dia yang kau incar hah! Dasar brengsek!” kepala Edward semakin terdorong merapat ke dinding, hingga membuat pria itu meringis menahan sakit.
“M-maaf, P-Pangeran Elqu- … akh!” suara Edward sedikit tertahan, dengan menahan sakit akibat cengkraman Dominic yang semakin kuat, dan tiba-tiba …
Dziggh!
“Ughh!”
Sebuah pukulan mendarat di rahang Edward, kemudian … di perutnya, hingga ia menunduk menahan sakit sambil memegangi perutnya.
Kemudian Dominic menghempaskan pria itu ke lantai. Pangeran itu masih memegangi perutnya sambil meringis di lantai tak mampu berbuat banyak, ia merasakan kekuatan Dominic yang bukanlah lawannya.
Dominic ingin menghabisi pria itu, tetapi mengingat keberadaannya disana hanyalah untuk sebuah misi dan ia sedang berpura-pura, maka khawatir akan menjadi masalah akhirnya Dominic menyudahi kekesalannya.
Dominic mengacuhkan pria yang tengah terbaring meringis menahan sakit di wajah dan perutnya. Ia beranjak ke Luvi yang tengah duduk sambil menekuk dan kepalanya tenggelam dalam lekukan kedua lututnya, lengannya dilipat erat di depan.
Suara isak tangis terdengar dari sela-sela kakinya yang menekuk.
Dominic menghampirinya, dan ia merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Luvi, dengan menekuk sebelah lututnya kelantai. “Sudah, sudah tidak apa-apa” Pria itu mengusap pelan rambut Luvi kemudian meraih kedua lengannya untk berdiri.
Dengan kekuatan seorang Dominic, dengan mudah ia membopong tubuh Luvi yang masih menangis. Luvi tertegun dalam tangisnya. ‘D-dia menggendongku?, mungkin dia cuma kasihan padaku’ batin Luvi yang seolah ingin membantah jika Dominic menyukainya.
Pria itu mengangkatnya dengan kedua tangan seolah tidak ada beban. Kini Luvi menangis tenggelam di dada pria itu, bersandar pada tubuh pria yang sangat ia kagumi.
Dominic menggendongnya hingga ke kamar mereka. Ketika Luvi berjalan tadi seolah jaraknya sangat jauh.
Sesampainya di kamar, Dominic menurunkan Luvi di ranjang besar, dan tangis Luvi sedikit berkurang.
“Apa yang kau lakukan disana tadi?” tanya Dominic di bibir ranjang sebelah gadis itu.
Sambil mengusap sisa air matanya Luvi mencoba menjelaskan dengan isak yang masih sedikit terdengar. “Aku mencari nona Erita, anda dan tuan Horg, kemana kalian pergi?” ucap Luvi sedikit kesal.
“Aku dan Horg sedang berunding di aula, tapi Erita, aku juga tidak tau dimana wanita itu” ucap Dominic masih menatap wajah Luvi.
“Apa pria brengsek itu menyakitimu?” tanya Dominic yang mulai perduli.
Tiba-tiba Luvi menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dan menagis lagi.
“Hey, kenapa menangis lagi?” Dominic mengerutkan alisnya heran.
“Dia, dia mencium ku Tuan!” suara Luvi agak terhalang telapak tangannya yang masih menutupi wajah, seolah ia tidak suka diperlakukan seperti itu.
Dominic meraih jemari Luvi, membuka telapak yang menutupi wajahnya yang putih.
“Sudahlah, suatu hari kau juga akan melakukannya dengan seseorang, tak perlu merasa jijik begitu, lagipula si brengsek itu sudah kuberi pelajaran” hibur Dominic yang justru membuat Luvi memukul lengan kekar Dominic.
“Tuan! anda tidak mengerti! Itu berbeda, pasti berbeda rasanya!” geram Luvi.
“Berbeda bagaimana? apa, kau mau mencontohkannya?” kali ini luvi benar-benar memukul keras lengan Dominic dengan brutal tanpa arah. “Tuan! apa-apaan kalimatmu itu!” Tapi Dominic justru tertawa dengan kelakuan Luvi.
Dominic menatap wajah Luvi dengan intens. Semakin lama ia menatap gadis itu, gairahnya semakin meninggi. ‘Ck, kenapa dia menggoda sekali, membuatku menjadi berhasrat. Tidak!, jangan pikirkan macam-macam di ranjang ini, tidak tidak, sial! aku harus menahannya’
Ketika Luvi menoleh kearah pria itu, Dominic langsung menunduk mengalihkan pandangannya.
“Baiklah, istirahatlah dulu, nanti Erita akan menemanimu disini” ucap Dominic lembut sambil beranjak berdiri dari ranjang agak buru-buru.
Pria itu sudah akan beranjak keluar, ”Tuan … “ panggil Luvi, pria itu spontan menoleh.
“Ada apa lagi?” tanyanya.
“Kenapa anda bisa tiba-tiba ada disana tadi?” tanya Luvi penasaran.
“Aku melihatmu dari kejauhan, si brengsek itu melakukan sesuatu padamu, lalu aku buru-buru menghampiri”
“Terimakasih telah menyelamatkanku”
Dominic tidak menatapnya lagi, ia hanya menjawab “Hm” kemudian keluar dari ruang kamar itu dan menutup pintunya.
‘Pantas saja si brengsek Edward mencoba menciumnya, Sialan! si bodoh itu mendahuluiku, aku juga penasaran rasanya bibirku jika berada di bibir lembut gadis itu, kenyal, merah muda … akh! Benar-benar sial! Awas saja jika aku bertemu si Edward lagi, belum puas aku memukulnya: Dominic terbawa emosi dengan lamunannya sendiri.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.