Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengawasan Melekat
Malam pertama di Kastil Pendragon setelah kurang lebih dua tahun Amelie tidak pernah pulang ke rumah warisan ibunya itu memberikan sensasi tersendiri. Malam berkabut di seputar kastil, debur ombak yang terdengar di kejauhan, memberikan rasa tenang dan damai. Ingin rasanya Amelie kembali ke masa lalu, dimana dia selalu berdua bersama ibunya menghabiskan malam dengan canda tawa.
Amelie duduk didekat jendela kamarnya yang langsung berhadapan langsung dengan halaman Kastil yang luas, hijau dan tertata rapi. Senyum puas tersungging di bibirnya. Walaupun Kastil keluarganya tidak besar, namun aura kuno dan antik kental menyelimuti. Maklum Kastil itu sudah berusia ratusan tahun.
Malam itu dia makan malam sendirian. Suami istri Henry sudah pulang lebih dahulu sebelum jam makan malam, karena ada urusan keluarga yang harus dibereskan. Ingatan Amelie melayang pada masa dimana dia makan malam bersama ibu dan kakak perempuannya. Sayang kakak perempuannya sekarang ada di Amerika mengikuti suaminya yang bekerja pada perusahaan pertambangan.
Suasana kastil yang sunyi, sangat bertolak belakang dengan kehidupannya yang bising di paris. Tiba tiba rasa lelah menyusup di hatinya. Lelah untuk hidup di Paris dan kembali ke sana. Ingin rasanya Amelie tinggal di Cornwall dan hidup damai sebagai petani anggur. Dengan rasa malas dia beranjak ke tempat tidur. Belum juga dia meletakkan kepalanya diatas bantal, tiba tiba dreet, dreeeet, dreeet. Ponselnya bergetar, tanda ada pesan singkat masuk.
“Besok pagi Limosin siap mengantarmu ke pemakaman ibumu. Siap siaplah besok jam 9 pagi,” bunyi pesan singkat dari Lucian
“Ya Tuhan, mengapa tidak sedetikpun laki laki ini membiarkan aku sendiri,”
“Baik Lucian,”
Segera setelah menjawab pesan singkat Lucian, dimatikannya ponsel dan beranjak tidur. Malam itu Amelie kembali dihantui mimpi yang aneh. Seperti sebelumnya, dia bermimpi dikejar oleh sesuatu yang tidak jelas. Kembali juga dalam mimpi ini dia masuk ke dalam sebuah tempat berpagar besi. Namun tidak seperti sebelumnya, dimana mimpi berhenti di depan pintu gerbang besi. Saat ini dia masuk dalam pintu gerbang besi. Tak berapa lama, disana dilihatnya seorang pria tinggi besar dengan badan kekar bertato muncul dari kegelapan. Namun dia tidak bisa melihat wajah pria tersebut karena terlalu gelap dan sebagian tertutup bayang bayang.
Tiba tiba pria kekar tersebut tampak berlari ke arahnya, Amelie sangat takut lalu berbalik arah dan berlari hendak keluar dari lingkungan berpagar besi tersebut. Namun pintu pagar besi terkunci. Dengan susah payah Amelie meronta, namun sia sia. Tiba tiba dirasakannya tangan pria kekar tersebut menyentuh pundaknya. Amelie pun menjerit dan terbangun.
Pagi itu sesuai janji, Mobil Limousine Lucian meluncur masuk ke halaman Kastil Pendragon. Amelie sudah menunggu di pintu depan Kastil, dengan bunga di taman. Seorang bodyguard turun dan membuka kan pintu untuk Amelie. Dengan wajah datar amelie mengucapkan terimakasih lalu masuk dalam Limousine.
Sekuntum mawar merah, tergeletak di bangku penumpang tempatnya duduk. Amelie merasa bahwa itu bukan mawar untuknya, sehingga disingkirkannya mawar itu lalu duduk dengan santai. Mobil bergerak perlahan menuju ke Pemakaman keluarga Blackwood yang merupakan keluarga dari pihak ibu.
Perjalanan ke pemakaman keluarga Blackwood berjarak sekitar 1 jam perjalanan,. Dengan nama pemakaman St Branok’s Rest yang terletak di desa terpencil Morveth. Pemakaman ini juga menghadap ke laut celtic. Desa Morveth sendiri merupakan desa yang sebagian besar lahannya adalah milik keluarga Blackwood.
Tepat pukul 10 , Amelie sampai di pemakaman St Branok’s. Pemakaman itu dikelilingi oleh pepohonan besar yang sangat rindang. Sehingga pemakaman terkesan gelap dan angker. Amelie turun dari mobil dan berjalan menuju makam ibunya. Dia meletakkan bunga dan berdoa di pusara sang ibu. Setelah berdiam diri beberapa lama di pusara itu, amelie bangkit dan kembali masuk ke dalam Limousine untuk pulang ke kastil Pendragon.
Saat kembali berada di dalam Limousine, ponsel Amelie bergetar.
Dreet, dreet, dreet.
Dibukanya, dan ternyata pesan singkat dari Dominic,” Apakah kau sudah sampai di Inggris?’
“Ya,” jawab Amelie singkat.
“Bisakah aku meneleponmu?” tulis Dom kembali
“Tidak,” jawab Amelie.
“Baiklah Amelie, aku akan meluncur ke Pendragon sesegera mungkin. Tunggu aku,”
Amelie memejamkan matanya dan menghela nafas panjang. Dia tahu betul Lucian mengawasinya dua puluh empat jam. Kedatangan Dom ke Kastil hanya akan menimbulkan persoalan baru yang sejatinya ingin dia hindari.
****
Malam itu di Kastil Pendragon, Amelie memanggil Henry ke ruang kerjanya,” Henry, apakah kau melihat, mobil Limousine yang mengantarku berikut bodyguard, apakah mereka menginap di sekitar sini?”
“Tampaknya begitu Amelie, aku melihat mobil Limousine itu terparkir tak jauh dari sini, tepatnya di penginapan Tuan Harry.”
“Mereka semua menginap disana kah? Atau bagaimana?’
“Aku tidak tahu amelie, tetapi yang pasti, mereka semua tidak jauh dari Pendragon. Ada apa? Aku pikir kau yang mengatur dimana mereka menginap.”
“Tidak Henry, Aku tidak tahu menahu. Mereka adalah orang kantor yang ditugaskan untuk mengantar dan mengawal,”
“Baiklah Amelie, nanti aku akan coba cari informasi tentang mereka dan dimana mereka semua menginap. Apakah seluruhnya di penginapan Tuan Harry atau tidak.
Amelie mengangguk setuju. Lalu Henry, berpamitan pulang tak lama setelah itu.
*****
Sepeninggal Henry, Amelie masih asyik membaca buku di kamar kerjanya yang merupakan perpustakaan kuno milik kakek buyutnya. Amelie menguap. Untuk mengusir rasa kantuknya, Amelia ingin membaca sebuah buku dari deretan rak buku kuno yang ada di perpustakaan itu.
Diambilnya salah satu buku yang berjudul “The Secret of Centuries”
Sekuat tenaga dia berusaha mengambil buku tersebut, tetapi rupanya buku itu stuck di rak. Akhirnya Amelie tidak mengangkat tetapi menggeser buku itu ke arahnya, dan terdengar suara seperti benda bergeser. Rupoanya buku itu adalah panel untuk membuka sebuah brankas yang tertanam di dinding. Akibat gerakan Amelie, brankas itu pun terbuka.
Segera Amelie menghampiri Brankas tersebut dan memeriksa isinya. Ada beberapa foto yang tak dikenalnya. Foto sekelompok pria yang duduk bersama di sebuah pertemuan. Diperhatikannya foro foto itu, dan kemudian Amelie menyadari bahwa ada foto ayahnya diantara pria tersebut. Saat itu ayahnya masih sangat muda. Mungkin sekitar 35 tahun.
Diamblnya semua foto tadi, dan ups, …tiba tiba foto dan dokumen itu jatuh berantakan. Segera Amelie memungut semua foto tadi. Betapa terkejutnya Amelie, ketika dilihatnya dibalik foto itu ada logo Lucifer, persis dengan yang ada di dada Lucian. Tangannya bergetar.
Lalu kembali diamatinya foto foto tadi. Dan jika diperhatikan, ternyata di belakang foto sekelompok pria yang berpose bersama, juga terdapat tulisan “L’Ordine del Serpente Nero ( The Order of The Black Serpent). Jantung Amelie berdegup kencang.
Mengapa dibalik foto ayahnya terdapat logo Lucifer? Dan mengapa ayahnya berpose di tempat yang sama seperti dalam foto Lucian, yaitu sebuah tempat yang sepertinya merupakan markas dari L’ordine del Serpente Nero. Mendadak kepala Amelie berdenyut dan serasa dia mau pingsan. Mengapa begitu banyak misteri dalam keluarganya yang tidak pernah dia tahu hal tersebut ada.
Segera dibawanya semua foto dan dokumen, lalu brankas rahasia itu di tutup kembali seperti tidak pernah terbuka sebelumnya.
*****
Pagi tepat pukul 10 , didepan kastile Pendragon, Dominic berdiri. Pagi itu dia ingin memberi kejutan pada Amelie. Dibawanya beberapa oleh oleh berupa kudapan khas inggris kesukaan Amelie. Lalu dipencetnya bel Kastil kecil itu
“Hai nyonya Henry, apakah amelie ada? Aku ingin bertemu dengannya,”
“Anda siapa? Saya tidak ingat siapa anda?” Jawab ny Henry.
“Saya Dominic, kawan lama Amelie.”
“Ohw baiklah Tuan Dominic saya akan sampaikan dulu pada Amelie, apakah dia mau menerima anda,”
“Kami sudah berjanji temu Nyonya, saya yakin, Amelie akan menerima saya.”
“Baiklah tuan, Mohon ditunggu,”
Tak berala lama Ny Henry kembali dan mempersilahkan Dominic masuk ke dalam kastil.
Amelie sudah menunggu Dominic di dalam ruang tamu utama.
“Hai Amelie, Apa kabar?’
Dominic menyalami lalu hendak memeluk dan mencium pipi Amelia, namun secepat kilat Amelie menolaknya.
“Silahkan duduk Dom,”
“ Sudah lama kita tidak bertemu Amelie?”
Amelie hanya mengangguk kan kepalanya, dan tampak gelisah. Tak lama Nyonya Henry kembali dan membawa teh hangat untuk mereka berdua.
“Apa Kabarmu Dom? Bagaimana kabar istri dan anakmu?
“Aku belum mengakhiri masa lajang. Aku masih mengharapkan mu kembali Amelie. Aku masih mencintaimu,’
Baru saja Dominic berhenti berbicara, ponsel Amelie berdering. Dilihatnya Panggilan dari Lucian. Amelie menunduk sambil memejamkan mata. Kemudian memberi isyarat pada Dom, bahwa dia hendak menerima telepon dan menjauh dari meja tamu.
“Buat apa laki laki itu mendatangi rumahmu? Suruh dia pergi, aku tidak suka Amelie!”
“Dom hanya bertamu Lucian,”
“Suruh dia pergi, atau aku segera memesan Privat Jet untuk berangkat ke tempatmu dan menyeretmu kembali ke Paris ,” ujar Lucian dengan nada emosi.
“Baiklah Lucian, aku akan minta dia pergi,” KLIK
Amelie kembali ke meja kursi tamu tempat Dominic sedang menikmati teh panasnya.
“Ehmm Dominic, maafkan aku, aku rasa kau datang disaat yang tidak tepat. Tiba tiba aku merasa pusing dan kepalaku berputar. Ijinkah aku istirahat. Mungkin pembicaraan kita bisa dilanjutkan lain kali,”
“Ada ada Amelie? Siapa yang meneleponmu? Lucian?”
“Tidak, please pulanglah, aku benar benar pusing,” Ujar Amelie sambil memegang kepalanya.
“Baiklah, aku pamit dulu. Semoga kau lekas sembuh Amelie. Hubungi aku jika kau perlu sesuatu,”
Amelie hanya diam mengangguk lalu pura pura merebahkan kepalanya di kursi. Dom mengelus kepala Amelie sejenak, lalu pergi keluar meninggalkan Kastil Pendragon.
Baru saja amelie bernafas lega, kembali Lucian menelepon.
“Cerdas, kau mematuhiku. Ingat Amelie, aku bisa kapanpun terbang ke Pendragon dan bahkan langsung membawamu ke Italia pakai jet pribadi ku, jika aku sampai tahu kau tidak mematuhi aturanku,” Ujar Lucian.
Baru saja amelie akan menjawab panggilan Lucian, telepon sudah ditutup oleh Lucian. Amelie merasa makin tidak sabar emosi dan tersinggung. Sungguh dia merasa kebebasannya di rampas oleh Lucian secara tidak ber pri kemanusiaan
NB : Jangan lupa like dan Votenya Bestie