NovelToon NovelToon
Ada Kisah Di Pesantren

Ada Kisah Di Pesantren

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: @nyamm_113

Kiyai Aldan menatap tajam Agra dkk dan Adira dkk. Ruangan ini begitu sagat panas dan terasa sesak dengan aura yang dikeluarkan oleh kiyai Aldan.

“Sedang apa kalian di sana?” Tanyanya pelan namun dingin.

“Afwan kiyai, sepertinya kiyai salah paham atas…,” Agra menutup matanya saat kiyai Aldan kembali memotong ucapannya.

“Apa? Saya salah paham apa? Memangnya mata saya ini rabun? Jelas-jelas kalian itu sedang… astagfirullah.” Kiyai Aldan mengusap wajahnya dengan kasar. “Bisa-bisanya kalian ini… kalian bukan muhrim. Bagaimana jika orang lain yang melihat kalian seperti itu tadi ha? “

“Afwan kiyai.” Lirih mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MISI MEREKA BERHASILKAN?

“Kamu harusnya sudah lelah dihukum terus, bukan malah menjadi.” Tutur Irdan kepada Almaira yang tepat dibelakangnya.

Almaira mendengus, namun dalam hati cukup senang karena bisa sedekat ini berbicara dengan Aryan. “Kita cuman mau menikmati masa akhir kita, lagian kita juga pasti berubah kok.”

“Kapan berubahnya?” Tanya Irdan. Memindahkan rumput kering itu kedalam tempat sampah.

Almaira berpikir sebentar lalu menjawab. “Kapan-kapan lah.” Jawabnya dengan wajah nelangsa.

“Ckkk, ingat kamu sudah kelas tiga. Bukan waktunya main-main dan fokuslah untuk ujian nanti Almaira.” Jelas Irdan. Dia adalah laki-laki yang memilih memendap perasaannya kepada sosok Almaira ini.

“Cieee… aduh salting diperhatiin.” Katanya dengan kekehan ringan.

Irdan memutar matanya malas. “Bukan perhatian, tapi cuman mengingatkan kamu.” Jelasnya. Lain dimulut, lain juga dihati.

Mereka dua anak manusia yang saling menyukai namun memilih memendam tanpa ada yang mau lebih dulu mengakuinya, hingga pada masa kelas tiga ini.

Ditempat yang sama, di arah barat. Aruna dengan kesal mencabut asal rumput liar itu, selain kesal dengan ustadz Abraham yang sempat memberinya ceramah dia juga kesal dengan laki-laki yang tidak pernah peka dengan perasaannya ini.

“Cabut yang benar Aruna, jika tidak mau dihukum kenapa kamu malah ada disana. Cabut yang benar agar cepat selesai.” Tutur Supriadi kepada Aruna.

Aruna terus saja mengoceh, melimpahkan kekesalannya pada rumput yang tidak tahu apa-apa itu. “Kamu juga! Kenapa juga si bisa tiba-tiba ada di sana? kenapa juga tadi tidak membela? Pasti kita tidak dihukum.”

Supriadi memijit keningnya, sepertinya dia lelah dengan Aruna. “Kamu tidak dengar ustadz Agra bilang apa tadi? Lagian kamu bisa-bisanya mengintip santri putra.”

“Tau deh!” Kesalnya. “Kamu masih tidak mau peka?” Tanya Aruna. Memancing laki-laki ini.

Supriadi mengangkat satu alisnya, mereka cukup jauh jaraknya. “Peka? Peka untuk?” Bukannya menjawab ia malah bertanya kembali.

“Aaaakkk! Peka sama perasaan kamu lah! Gitu doang harus banget aku perjelas.” Semakin kesal kepada Supriadi. Bisa-bisanya dia menyukai laki-laki ini.

Supriadi kembali melanjutkan aktivitasnya, seolah perkataan Aruna bagaikan angin lalu. “Kerjakan agar cepat selesai.” Ujarnya.

“Nasib-nasib, sabar Aruna.”

Supriadi adalah ketua osis dan Aruna menyukai Supriadi karena termasuk santri yang berprestasi, namun kisah cinta keduanya tidak berjalan dengan mulus. Supriadi adalah laki-laki dengan segala kekakuannya menghadapi makhluk betina dan Aruna adalah perempuan yang sedikit barbar.

Masih ditempat yang sama, tepatnya tak jauh dari posisi Aruna dan Supriadi. Ada Ayyara dan Arwin yang sedari tadi cekcok.

“Siapa yang mengirim surat lebih dulu? Kamu kan, malah pake nuduh aku segala.” Ujar Ayyara. Memasukkan rumput yang telah dicabutnya kedalam tempat sampah dengan kasar.

Arwin yang melihat itu hanya bisa menghela napasnya dengan sabar. “Bisa pelan-pelan tidak, dari dulu kamu tidak berubah.”

“Ya siapa suruh ungkit-ungkit masalah surat menyurat itu, itu sudah lama. Lagian kamu juga yang lebih dulu bilang penasaran kan, terus aku padahal udah semangat banget waktu itu…,”

“Aku juga sudah perjelas Ayyara, lagian masa itu masih labil belum tahu apa-apa tentang cinta. Kamu juga kenapa bisa-bisanya langsung baper.”

“He! Orang gila mana yang tidak baper dikasih kata-kata manis dari orang yang kita suka? Mikir tidak si kamu ini!”

“Kok malah ngegas kamu?”

“Diam lah!”

“Siapa suruh salting.” Lirih Arwin. Namun masih dapat didengar oleh Ayyara.

“S-siapa suruh salting kata mu? Arwinnn… sampai detik ini bahkan aku masih nunggu balasan surat terakhir kamu.”

“Jangan menunggu, nanti bisa-bisanya kamu sakit hati lagi.” Kata Arwin pelan.

Ayyara tercengang. “Astagfirullah, tidak usah diperjelas bisa?”

Pernah saling mengirim surat kepada seorang yang kalian sukai? Ya, seperti itulah kisah keduanya. Berawal dari saing mengirim surat hingga saling memiliki rasa namun ternyata hanya digantung oleh kata-kata manis dari laki-laki ini. Ayyara bahkan sudah sangat baper dan menunggu Arwin mengatakan suka kepadanya, namun hingga hari ini laki-laki itu masih belum juga mengungkapkannya.

xxx

Mereka tidak melakukan proses belajar mengahar atau libur pengajian, besok adalah hari minggu dimana mereka bisa beristirahat dengan bebas dari tugas sekolah, pengajian rutin pondok dan setoran hafalan dari semua kitab-kitab.

Setelah shalat maghrib, semua santri baru saja selesai tadarrus bersama. Saat ini mereka hanya diam duduk dengan tenang sesekali bercerita menunggu waktu shalat isya’.

Adira dkk memilih ujung sebelah kanan dimana Adira dan Ayyara menyandarkan punggungnya ke tembok bercat putih itu dan Almaira serta Aruna yang berbaring menghadap ke Adira dan juga Ayyara.

“Aku masih kesal ke Supriadi, bisa-bisanya lahir ya laki-laki kurang peka seperti dia. Mana mukanya datar-datar ajah, ihhh kesalnya ya Allah.” Celetuk Aruna. Masih mengingat kejadian tadi sore.

“Tuh orangnya natap kesini.” Ujar Ayyara. Sempat melirik barisan depan dimana Supriadi dan ketiga temannya juga duduk disana.

Aruna dengan cepat mengubah posisinya. “Mana?” Tanyanya mencari keberadaan laki-laki kurang peka itu bin kaku. Ketiga temannya hanya menggeleng dan terkekeh pelan.

“Tadi dikatain, sekarang malah dicariin.” Kata Adira.

“Kalau seperti itu, baiknya si harus banyak stok sabarnya.” Timpal Almaira.

Aruna semakin menampilkan wajah malasnya. “Sesabar apa lagi aku?”

“Kasian…,” Kata ketiganya kepada Aruna.

xxx

Kiyai Aldan mendapatkan tamu, siapa lagi jika bukan keempat ustadz muda ini. Anak muda yang pernah menjadi santri putra kebanggaannya.

“Maaf kiyai, kami datang tanpa memberi tahu terlebih dahulu.” Ucap Agra tidak enak kepada kiyai Aldan.

Kiyai Aldan tersenyum hangat. “Minum tehnya nak.” Ujarnya. “Saya tidak apa-apa nak, jadi ada apa?” Tanya kiyai Aldan setelah menyeruput kopi hitamnya.

Agra terlebih dulu menatap teman-temannya, lalu menatap sang kiyai yang telah menunggunya untuk berbicara. “Afwan kiyai, ini masalah Adira dan teman-temannya.”

“Ada apa dengan mereka?” Tanya kiyai Aldan dengan cepat.

Agra meringis pelan. “Kami sedikit ingin tahu tentang mereka kiyai, mmm maksud saya tentang alasan yang waktu itu kiyai katakan kepada kami.”

Kiyai Aldan menghela napasnya, kemudian melepaskan kopiahnya dan bersadar pada sandaran kursi. “Alasan dibalik mereka seperti itu, semata-mata hanya untuk mencari perhatian dari orang tua mereka. katakan saja seperti… anak yang kekurangan perhatian orang tuanya, selama mereka disini saya hanya dapat bertemu dengan orang tuanya sekali setahun.” Jelas kiyai Aldan menerawang jauh kebelakang.

“Sekali setahun saja kiyai?” Tanya Abraham memastikan perkataan sang kiyai barusan.

Kiyai Aldan mengangguk beberapa kali. “Benar nak Abraham, orang tua mereka sibuk sampai hanya untuk membesuk saja sebulan sekali mereka tidak punya waktu. Dan masalah kebutuhan mereka, seperti uang akan dikirimkan ke saya.”

Agra dan lainya mengangguk mengerti, jadi mereka sering melanggar itu hanya untuk mendapatkan perhatian yang mereka tidak dapatkan dari kedua orang tuanya. Anak-anak itu memang sudah dewasa, namun yang namanya seorang anak akan tetap membutuhkan peran kedua orang tua dalam setiap pertumbuhannya.

“Mereka hanya diantar orang tua masing-masing, emmm… mungkin hanya lima belas menit disini mereka sudah pamit pergi bahkan mengabaikan tangisan anaknya. Saya juga tidak tahu pasti masalahnya, namun mereka sering melanggar hanya untuk mendapatkan perhatian.” Lanjutnya kembali meminum kopi hitamnya.

Agra dkk menyimak dengan baik, jadi tebakan Agra memanglah benar jika anak-anak itu jelas mencari perhatian dengan cara melanggar segal aturan di sini.

“Mereka selalu berharap saya menghubungi kedua orang tuanya, sehingga mereka dapat bertemu. Namun, saya pernah mencoba menghubungi orang tua mereka karena mereka hampir membuat seorang santri putri masuk rumah sakit. Kedua orang tua mereka tidak bisa hadir dan menyerahkan masalah itu kepada saya.”

“Saya merasa memiliki tanggung jawab terhadap mereka, mereka adalah anak-anak saya. Mereka hanya ingin orang tua mereka sekali saja datang membesuk walau hanya sebentar atau bahkan sekedar menelpon ke pondok.”

“Namun, itu tidak pernah terjadi sampai detik ini.” Kiyai Aldan menghela napasnya. “Saya berharap kalian betah dengan mereka, hahah.” Kiyai Aldan tertawa ringan.

“Tentu kiyai.” Jawab mereka.

“Mereka hanya haus akan kasih sayang dari kedua orang tuanya.” Ucap kiyai Aldan.

1
Nda_Zlnt
lanjut Thor 💪
Rosma Niyah: hanya kau lah yang paling setia/Smile//Curse/
total 1 replies
Nda_Zlnt
lanjut Thor
Delita bae
salam kenal dari saya😇🤗 jika berkenan dukung juga karya saya. 🙏
semangat 💪👍
Nda_Zlnt
semangat Thor
Rosma Niyah: di tunggu ya part 18 nya
Rosma Niyah: makasihhh
total 2 replies
Nda_Zlnt
lanjut Thor
Rosma Niyah: sabar ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!