Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langganan
Istilah lainnya, maju kena, mundur juga kena. Fiona sudah terlanjur berjanji pada sang security. Tapi di sisi lain dirinya juga takut pada sosok Derio.
Siswa-siswa paling populer di kampus, kini duduk di bangku cafetaria. Tentunya hanya Almira satu-satunya wanita di sana, selaku pacar Derio.
Masih mengikuti sang primadona kampus. Dirinya kini duduk satu meja dengan sang security dalam cafetaria kampus.
"Mereka kelompok paling populer di kampus ini?" Tanya Ryu, atau kita sebut saja dengan Yudha.
"Benar! Derio adalah pacar Almira. Sedangkan yang memakaikan jaket pada Almira merupakan kakak Derio, namanya Dio. Sudah bukan rahasia umum lagi, Derio dan Dio sempat memperebutkan Almira. Tapi pada akhirnya Dio mengalah pada adiknya." Jelas Fiona panjang lebar.
"Wajar banyak yang menyukainya, dia (Almira) begitu cantik." Yudha menghela napas kasar. Pada akhirnya dapat satu ruangan dengan tunangannya. Calon mantan, eh salah calon pendamping hidupnya.
"Cantik... perawatan." Fiona mengangkatnya salah satu alisnya."Kalau aku perawatan pasti juga cantik."
"Benar-benar di level yang berbeda." Keluh Yudha membandingkan daging murah di pasar dengan daging sapi Wagyu. Mungkin itulah perbandingan Fiona dan Almira.
"Begini-begini aku pernah menang lomba fashion show waktu TK!" Ucap Fiona dengan bangganya.
"Memang aku peduli." Yudha kembali menyedot minumannya, mendengarkan pinguin ini mengoceh. Tentang seberapa luas kutub selatan, bahkan luasnya melebihi benua Asia. Benar-benar pinguin s*nting.
Tapi tidak ada teman bicara di tempat ini. Tidak ada juga orang yang dapat diandalkannya untuk mendekati Almira pelan-pelan.
"Yah... terserah! Lowongan hatiku juga cuma terbuka untuk sementara. Cepat atau lambat pendaftaran akan ditutup. Setelah aku menemukan pangeran idaman sesungguhnya." Tegas Fiona.
"Itu artinya kamu tidak setia, gampang untuk jatuh cinta. Berbeda dengan Almira yang hanya setia pada Derio. Karena itu aku ingin membuatnya jatuh cinta padaku. Memiliki istri yang setia adalah tujuanku." Senyuman yang hangat bak malaikat. Tapi terkadang terlihat benar-benar misterius. Tampan, benar-benar tampan kan security ini.
Hingga tidak sengaja Fiona yang tertegun meneteskan liur."Maaf!" ucapnya mengambil tissue.
"Kak! Kak security sepertinya tidak paham dengan konsep kesetiaan. Begini, saat masa memilih, jomblo sepertiku ini, aku akan melirik ke kiri. Ke arah pak dosen ganteng. Kembali melirik ke arah kanan, ke arah anak-anak basket yang keren. Tapi, ketika aku menemukan cinta sejati diantara mereka, dalam hal ini pacaran. Aku akan setia, tidak akan jelalatan lagi. Fokus pada pacar! Mengerti!" Tegas Fiona.
"Terserah! Yang terpenting aku ingin hasil. Jadi bagaimana caranya dapat berkenalan dengan Fiona!?" Tanya Yudha antusias.
"Kak security mempunyai modal tampang! Almira juga beberapa kali mencuri pandang ke meja kita. Jadi, pesankan minuman untuk Almira. Bilang saja itu dari penggemarnya." Sebuah usulan dari sang gadis centil.
Yudha yang pada akhirnya memesan minuman dengan harga yang paling mahal di cafetaria kampus. Matanya sedikit melirik ke arah Almira. Wanita yang terlihat menengok ke kanan dan ke kiri setelah pesanan Yudha tiba. Mungkin mencari sosok yang dikatakan sebagai penggemarnya.
"Dia merespon! Apa sudah jatuh cinta?" Tanya Yudha dengan kepercayaan diri tingkat tinggi.
"Belum! Aku tidak dapat menjamin kak security dapat mengalahkan Derio. Tapi aku akan berusaha seusai janjiku." Tegas Fiona penuh tekad."Tapi, pinjam uang 10.000..." Lanjutnya cengengesan mengingat uang jajannya yang habis untuk membeli kuota internet.
"Kamu tidak punya uang?" Tanya Yudha mengambil dompet di sakunya.
"Ada tapi kurang, sudah! Pinjam 10.000 keluhannya minta ampun. Sama calon istri sendiri tidak boleh pelit-pelit!" Komat-kamit mulut Fiona dengan lancar mengomel.
Yudha baru saja membuka dompetnya. Tapi bagaikan istri yang selalu diberi jatah uang belanja sedikit oleh suaminya. Tangan Fiona mengambil selembar uang 10.000 dengan cepat."Makasih ya! Besok aku kembalikan."
Benar-benar tengil kelakuan wanita ini. Tapa disadari oleh Ryu, wajahnya yang biasanya terkesan dingin tersenyum tulus menatap ke arah punggung Fiona.
Tapi hanya sejenak, kembali menggeleng. Mungkin inilah teman pertama seorang Ryu Dean di negara ini. Seorang gadis yang lucunya bak pinguin.
*
Tapi apa benar selucu pinguin? Saat siang hari pekerjaan lain diambilnya mengingat kehidupan di kota besar begitu keras. Ojek online? Itulah pekerjaan sampingan seorang Fiona.
Yang penting bisa makan dan kuliah, itulah prinsipnya. Walaupun terkadang jelalatan melihat pria tampan. Bukankah hal yang manusiawi jika kesulitan mengalihkan pandangan dari objek yang indah.
Hari ini dirinya menerima order di depan sebuah lapangan basket, daerah apartemen elite. Menghentikan motornya merasa ada yang aneh, sebuah firasat buruk nyata.
Derio berdiri di sana. Tepat di sebelah mobilnya dengan ban yang terlihat kempes.
"Aku mohon jangan! Aku mohon jangan!" Batin Fiona kala Derio memegang handphone menoleh dengan tatapan iblis padanya.
"Pa ...pak Supri?" Tanya Fiona memastikan nama pemesan.
"Iya! Itu nama supirku. Dia memesan ojek?" Tanya Derio berusaha keras untuk tersenyum, mengingat ban mobilnya kempes.
"Oh! Aku mungkin salah---" Kalimat Fiona terhenti kala Derio mengambil helm penumpang. Kemudian duduk di belakang Fiona.
"Ini darurat! Bawa aku ke area taman dalam waktu 3 menit! Mengerti!" Bentak Derio, memeluk pinggang Fiona dari belakang.
"Mengerti!" Fiona mengikuti perintah. Entah mimpi apa dirinya semalam bisa memiliki penumpang makhluk ajaib.
Posisi yang aneh untuk berboncengan. Derio sedikit menunduk mengingat tinggi badannya memegang pinggang Fiona erat. Sedangkan Fiona yang memiliki tubuh tidak begitu besar menaiki motor matic nya dengan kecepatan tinggi.
"Br*ngsek! Cepat! Ini pertaruhan antara hidup dan mati!" Tegas Derio, memukul-mukul bahu Fiona.
"Ah...uh ... sabar! Pelan-pelan!" Ucap Fiona.
Jarak yang tidak begitu jauh, segera setelah sampai Derio tidak melepaskan helmnya."Kamu tunggu disini!" bentak pria itu lagi, segera berlari ke dalam toilet umum, tanpa melepaskan helmnya.
"S*nting! Pesan ojek cuma untuk ke toilet umum..." Fiona, menggelengkan kepalanya heran. Kemudian kembali mengeluarkan handphonenya dengan foto kak security yang diambilnya diam-diam sebagai wallpaper nya.
Mencium layar handphone penuh penghayatan. Dirinya berdoa dalam hati, sebuah doa busuk."Jadikan dia bucin mampus, ya Tuhan..."
"Kamu sedang apa?" Tanya Derio tiba-tiba. Pemuda yang baru bisa buang air besar, setelah mengetahui kenyataan. Toilet dekat tempatnya bermain basket rusak. Bahkan yang lebih parahnya lagi ban mobilnya kempes.
"Berdoa, supaya security depan kampus tetap sayang dan setia pada Fiona seorang." Celoteh Fiona, bersamaan dengan itu Derio mengeluarkan uang sebesar tiga ratus ribu.
"Mayan (lumayan)!" Fiona memasukkan uang ke dalam sakunya.
"Kamu memang kebalikan dari Almira ya? Dia akan menolak bahkan marah-marah jika aku berikan uang." Derio menggeleng, kembali naik ke atas motor matic milik gadis itu.
Motor matic mulai melaju. Barulah Fiona menjawab."Ini buat modal mendekati kak security depan kampus. Cinta perlu modal..."
"Yang modal itu biasanya pria! Dasar murahan."
"Murahan!?"
"Apa!? Mau marah!"
"Maaf, Derio yang paling ganteng sejagat raya. Aku memang murahan, karena itu juga kakak security dan kang bakso depan kampus menolakku."
"Kamu jelek! Omong-ngomong apa benar bukan kamu yang ada di perpustakaan."
"Benar! Sumpah! Aku baru habis ciuman dengan kak security saat itu."
Benar-benar percakapan absurb di atas motor. Setidaknya Derio berusaha menghilangkan bebannya. Mengingat Dio, sang kakak yang masih mencintai Almira.
Perhatian? Segalanya begitu terlihat. Terkadang membuat Derio frustasi, mengingat Almira tidak dapat menjaga batasan dengan Dio.
"Aku percaya! Sekarang antar aku ke kampus, aku mau nongkrong dengan kalian!" Ucap Derio ingin melarikan diri sejenak menghilangkan penatnya.
Berkelahi? Itulah yang terjadi di lapangan basket. Antara dirinya dan Dio, sama-sama menyukai Almira. Sebelum pada akhirnya Dio pergi. Dan dirinya sakit perut, kesulitan menemukan toilet umum.
Namun, melarikan diri? Kembali memeluk pinggang Fiona. Menyandarkan dagunya pada bahu kecil ini. Mungkin dirinya akan sering-sering memesan jasa ojek online mahasiswi ini. Hanya untuk melarikan diri dari masalah dan kenyataan.
Begitu bebas rasanya.
"Aku tidak mau ke kampus! Nanti kamu mengganguku PDKT."
"Ke kampus! Nanti aku belikan kopi mahal! Kamu tidak mau mengikuti perintah seorang Derio."
"Siap boss!"
.
Masih greget rasanya...