NovelToon NovelToon
Hasrat Kakak Tiri

Hasrat Kakak Tiri

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.

Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.

“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander

“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28 - Berbohong

Rencana keberangkatan Zayyan ialah sore hari. Itu artinya, Zoya masih punya waktu untuk masuk, kebetulan jam kuliahnya hanya sampai jam satu siang hari ini. Tidak terlalu banyak yang dia persiapkan, hanya saja koper yang berisi pakaian sudah ada di mobil sejak pagi.

Di gerbang kampus Zayyan tampak gusar karena sudah satu jam Zoya belum keluar juga. Hingga, ketika Agatha melewatinya dengan cepat Zayyan menghalau jalan sang adik, jelas saja hal itu membuat Agatha sedikit kesal. Dapat dia tebak alasan kakaknya ini menghentikan dirinya jelas hanya karena Azoya.

"Zoya mana?" tanya Zayyan pada intinya tanpa menyapa atau bertanya lebih dulu tentang keadaan Agatha sama sekali, ya sudah biasa terjadi dan hal inilah yang menjadi sebab utama Agatha tidak menyukai keberadaan Zoya.

"Kenapa tanya aku? Kakak yang antar dia, 'kan? Mana kutahu," jawab Agatha seraya bersedekap dada, dia menatap nanar dan merasa sedikit kesal dengan kehadiran Zayyan kali ini.

"Agatha Kakak serius, Zoya dimana, Sayang? Hm?" tanya Zayyan benar-benar putus asa rasanya, perjanjian tadi pagi tidak begini dan Zoya sudah katakan dia akan menunggu Zayyan menjemput di kampus.

"Aku juga serius, dia masuk kelas saja tidak ... kupikir memang masih ingin istirahat."

Penjelasan Agatha sukses membuat mata Zayyan membulat sempurna. Pria itu mengacak rambut dan berusaha menghubungi nomor ponsel Zoya untuk kesekian kali, dan hasilnya tetap saja nihil. Paniknya Zayyan membuat Agatha mengerutkan dahi, Kakaknya memang sudah biasa dibuat gila karena Zoya. Akan tetapi, untuk kali ini paniknya Zayyan sangat berbeda di mata Agatha.

"Astaga, berani sekali dia berbohong padaku ... ini semua Arrgghhh!!! Siallan!! Bangshat!!"

Zayyan mengumpat sebebas itu padahal di depan umum, jelas saja mereka yang tidak mengenal siapa Zayyan dan Agatha akan mengira mereka adalah sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Tatapan penuh tanya mereka tertuju pada Agatha, sontak wanita itu melayangkan tatapan tajamnya.

"Pergi kalian semua! Jangan biasakan penasaran dengan urusan orang lain," ketusnya sebagaimana seorang Agatha yang memang dikenal bertolak belakang dari Zoya.

Tanpa pikir panjang, dia memilih pulang. Masih berpikir positif, siapa tahu istrinya itu memilih pulang dan lupa dengan kesepakatan mereka. Maklum saja, Zoya memang sedikit pelupa dan hal itu sangat mungkin terjadi saat ini. Waktu yang seharusnya butuh tiga puluh menit, berhasil dia taklukan menjadi lebih singkat.

BRAK

Pria itu membuka pintu dengan emosi yang tengah membelenggunya. Amora yang sedang berada di ruang tamu terkejut luar biasa dengan kedatangan Zayyan yang seolah hendak mengajak ribut. "Kamu kenapa?"

"Zoya mana, Ma?"

"Zoya? Belum pulang, kan biasanya kamu yang jemput."

"Mama bercanda?" selidik Zayyan benar-benar merasa tidak percaya dengan jawaban wanita itu.

"Sejak kapan Mama suka bercanda, Zayyan."

Kepala Zayyan kembali dibuat seakan hendak pecah karena kepergian Zoya yang tidak dia ketahui kemana tujuannya. Merasa tidak percaya, dia menuju ke kamar Zoya. Tiba di sana, Zayyan memeriksa semua lemari dan barang-barang milik istrinya. "Ya Tuhan, kemana dia?" tanya Zayyan semakin bingung kala melihat tidak ada sesuatu yang hilang dari lemari Zoya selain pakaian yang memang dia persiapkan untuk ikut Zayyan sore ini.

Sesaat dia butuh waktu untuk berpikir, Zayyan duduk di tepian tempat tidur dan menatap figura di atas nakas. Potret dirinya dan Zoya empat tahun lalu masih begitu baik di sana, secepat itu dia kehilangan sang adik. Andai saja dia tahu hal semacam ini akan terjadi, tampaknya lebih baik cintan itu Zayyan kubur dalam-dalam.

.

.

.

Hingga jam keberangkatan sudah berlalu, dia tetap berada di bandara. Amran berusaha menenangkannya, jujur saja di titik dia bingung dan tidak menduga jika adik manja Zayyan akan melakukan hal ini.

"Sudah malam, Zoya tidak mungkin akan datang, Zayyan."

"Tunggu sebentar, Amran ... Dia boddoh, dan biasanya tidak hapal jalan, pelupa. Mungkin saja dia tersesat, atau mungkin di_"

"Dia sudah dewasa, Zayyan. Jangan lupakan itu," tukas Amran memotong ucapan Zayyan yang tetap berpikir positif jika Zoya tidak pergi darinya.

"Dia adikku, Amran. Aku lebih mengenalnya," ujar Zayyan dengan tatapan kosongnya, seorang Zoya tidak mungkin berani pergi sendiri tanpanya, mustahil sekali.

Amran menghela napas panjang, satu hal yang dapat membuat hidup Zayyan kacau memang hanya adik tirinya itu, apalagi jika sudah menjadi istrinya. Kini terbukti, rencana yang sudah mereka tentukan kacau sudah, sudah hampir jam sembilan malam dan Zayyan tetap setia menunggu di bandara.

"Terakhir bersamamu, apa dia terlihat berbeda, Zayyan?"

"Tidak, Zoya terlihat bahagia ... bahkan Zoya sendiri yang menyiapkan kepergian kami tadi pagi," jelas Zayyan seraya tertawa sumbang, sungguh dia merasa tengah dipermainan anak kecil itu.

"Begitu ya, kau yakin?"

Zayyan tampak berpikir, tidak ada yang mencurigakan dari pertemuan mereka. Bahkan sebelum dia pamit untuk ke kampus, Zoya mengecup punggung tangan Zayyan begitu lama sebagaimana seorang istri yang pamit pada suaminya.

"Huft, membingungkan jika sudah begini ... adik-adikmu ada inisiatif mencarinya juga?"

"Zico dan asistenku sudah berusaha mencarinya. Tapi, belum ada kabar baik hingga sekarang, tidak masalah jika kau ingin pulang, Amran." Dia akan terus mencari Zoya sendiri malam ini, paham jika kehidupan Amran bukan tentang dirinya saja jelas Zayyan harus sadar diri.

- To Be Continue -

1
nurul latifahhh
novelnya kak desh mmg ga pernah gagal uhuyyyy
Desy Puspita: Yang ini gagal, Kak😭
total 1 replies
emak gue
sudah baca justin
emak gue
oh... jadi ini si Fabian temanya zavia!!
emak gue
yang tadi malam belum tuntas zoy...
emak gue
mana bacanya siang2 suami sedang sibuk2 nya🤣🤣🤣
emak gue
ambyaaaar.....
emak gue
bubarrr....
emak gue
gak bisa berpaling darimu thoor...
emak gue
berat thoor...
emak gue
zakit ya zo..
emak gue
thoor...zayyan itu apanya Evan???
aini saja
Lumayan
aini saja
Kecewa
Ndahhyyy
cuma nyicip dikira kuah bakso kali 🤣🤣
mom gibran
panas kipas mana kipas😃
mom gibran
panas kipas mana kipas😃
🌹🪴eiv🪴🌹
terimakasih untuk tulisan indah mu thor
🌹🪴eiv🪴🌹
nah kan....mama kamu pergi karna pebinor, sekarang kamu mau ikutan jadi pebinor
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
🌹🪴eiv🪴🌹
ya ampyun, bengek sampean diriku 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
🌹🪴eiv🪴🌹
mama Zoya nikah sama papa zayyan...


begoni.....ok lah gas ken
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!