Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Ponsel milik Osman berdering tanda panggilan masuk. Laki-laki itu pun menepikan mobil agar dapat menjawab panggilan dari anak buahnya yang sedang berjaga di rumah sakit.
“Ada apa?” ucap Osman sesaat setelah panggilan terhubung.
“Tuan, maaf. Saya mau melaporkan sesuatu.” terdengar suara panik dan gemetar.
“Cepat katakan!” pekik Osman, membuat Evan yang duduk di belakang reflek menoleh.
“Nona Hanna dan anak-anaknya menghilang dari rumah sakit. Kami sedang berusaha mencari mereka.”
Sontak bola mata Osman mendelik mendengar laporan dari anak buahnya. Helaan napas kasar pun terdengar. “Bagaimana bisa itu terjadi? Apa saja yang kalian lakukan, kenapa bisa selalai ini menjalankan tugas!”
“Maaf, Tuan. Tapi Nona Hanna sudah pergi sebelum kami tiba di rumah sakit.”
“Kalau begitu cepat kau cari dan temukan mereka secepat mungkin!” Memutus sambungan telepon, Osman melempar ponsel ke kursi kosong di sebelahnya hingga dahi evan berkerut dibuatnya.
“Ada apa, Osman?” tanyanya penasaran.
Osman terdiam beberapa saat. Ia tak berani membayangkan akan seperti apa reaksi tuannya jika tahu apa yang baru saja terjadi di rumah sakit. Yang pasti ia harus bersiap-siap menerima amukan. Tak ingin mengulur waktu, ia melajukan mobil, menginjak pedal gas dalam hingga mobil melesat jauh.
“Tuan ... Mehmed baru saja memberi kabar bahwa Nona Hanna dan anak-anaknya menghilang dari rumah sakit.”
“Apa? Menghilang katamu?”
"Iya, Tuan. Pihak rumah sakit baru mengetahuinya setelah salah satu perawat akan memeriksa Nona Star dan tidak menemukan mereka di dalam ruangan."
Mata Evan berkilat marah. Mendadak sendi-sendinya terasa lemas memikirkan Hanna dan anak-anaknya. “Apa saja yang mereka lakukan, kenapa Hanna bisa pergi tanpa sepengetahuan mereka?”
“Sepertinya Nona Hanna langsung pergi setelah mendapat ancaman dari Nona Cleo, Tuan. Saya sudah memerintahkan mereka untuk mencari ke semua tempat yang memungkinkan dan memeriksa rekaman CCTV.”
"Lebih cepat, Osman! Kenapa kau sangat lamban mengemudi?" teriaknya panik.
Osman mempercepat laju berkendara, sementara Evan menyandarkan punggungnya akibat rasa frustrasi yang tiba-tiba merasuk, mengusap wajahnya dengan kasar.
Kurang dari sepuluh menit, Evan dan Osman telah tiba di rumah sakit. Evan langsung saja menuju ruang kendali untuk melihat rekaman CCTV.
Rasanya kemarahan itu terasa menembus ubun-ubunnya saat melihat rekaman CCTV dari berbagai sudut, salah satunya saat Cleo diam-diam mengikuti Hanna hingga ke kamar perawatan. Sampai akhirnya Hanna pergi dengan diam-diam membawa dua anaknya.
“Apa mungkin Nona Hanna pulang ke rumahnya?” Ucapan Osman membuat kesadaran Evan kembali. Ia masih terlihat sangat syok. Bahkan Hanna tidak meninggalkan pesan apapun.
“Ayo, kita periksa ke rumahnya.”
"Baik, Tuan."
___
___
___
Beberapa orang di sekitar pemukiman tempat Hanna tinggal dikejutkan dengan kedatangan beberapa mobil mewah yang berhenti tepat di depan sebuah gang kecil, diikuti beberapa pria berseragam hitam yang keluar dari mobil.
Nyonya Ursula dan juga Nyonya Gulsha pun terlihat keluar dari rumah masing-masing. Menatap dengan penuh tanda tanya sekaligus kagum.
“Bukankah itu Tuan Evan Azkara, pemilik kafe dan restoran mewah itu?” tanya Nyonya Ursula kepada putrinya, Eliya, yang hari itu baru saja pulang sehabis bekerja.
“Iya, Bu. Itu memang Tuan Azkara.”
"Untuk apa Tuan Azkara mendatangi tempat seperti ini?" Nyonya Ursula terlihat semakin penasaran. "Apa ada masalah?"
****