Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Shima menarik napas lega setelah bicara dengan pengacara, dia segera kembali ke apartemennya dan melihat penampilannya di depan kaca.
Baju yang melekat di tubuhnya termasuk warna favorit yang sering dipakainya. Rasa syukur memenuhi hati saat tahu bahwa, Karina dan Deril tidak membuang pakaiannya.
Pagi harinya, Shima baru saja selesai ibadah, lalu bersiap untuk mandi, sebelum pergi ke pasar. Dia ingin membeli keperluan sehari-hari yang sudah habis. Namum, tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia menerima panggilan dari rumah sakit yang mengabarkan keadaan ayahnya.
“Shima, Ayahmu kena serangan jantung! Sekarang sedang dioperasi, sebaiknya kamu segera ke sini untuk menyelesaikan administrasi!” kata perawat begitu Shima menerima panggilannya.
“Bagaimana bisa? Bukankah kemarin dia baik-baik saja, memangnya kamu ke mana? Apa kamu gak jagain Ayah?”
“Ya, tadi aku pergi sekitar sepuluh menit untuk ke pantry untuk mengambil sarapan, aku sendiri heran kenapa tiba-tiba saja pas aku balik ke kamar, suara radiograf itu berbunyi!”
“Baiklah, aku akan ke sana sekarang!”
Dalam perjalanan, Shima menulis pesan pada Deril.
[Maafkan aku, Pak Deril, aku gak bisa ke KUA sekarang, aku harus ke rumah sakit, ada sesuatu yang terjadi, akan aku jelaskan nanti. Jadi, Pak Deril, gak usah menungguku, aku sudah mengirim pengacara ke sana]
Deril sedang duduk di meja kerjanya saat menerima pesan dari Shima, dan dia langsung menelepon untuk bicara. Dia merasa kalau Shima hanya beralasan saja, untuk mengulur waktu hingga gagal bercerai darinya.
Benar, kan, Shima gak sungguh-sungguh mau bercerai?
Telepon langsung tersambung dan suara beratnya membuat Shima tercengang. Deril meneleponnya! Pria itu seperti tidak punya pekerjaan dan langsung menjawab pesan dengan telepon.
Tiba-tiba kesan seorang Deril yang sangat lembut dan perhatian pada Shima, di masa lalu dan masa sekarang masih orang yang sama.
“Apa kamu pikir aku pengangguran sampai harus menunggu?” Deril terkesan galak.
Setelah berkata seperti itu, dia langsung menutup telepon. Nada bicaranya terdengar jelas kalau marah.
Apa-apaan dia itu.
Shima bukannya tidak tahu kalau waktu Deril sangat berharga. Akan tetapi dia tidak perlu berbicara sekasar itu kepadanya. Hatinya yang tengah terluka dan bingung dengan keadaan ayahnya, semakin kalut jadinya.
Shima pernah sangat mencintai Deril dan jadi istrinya selama empat tahun. Dibentak melalui telepon seperti itu sangat melukai harga dirinya.
Sekarang dia benar-benar mengharapkan uang kompensasi lima ratus juta dari perceraian mereka, untuk biaya operasi ayahnya.
Operasi jantung sekarang bisa menghabiskan biaya 80 sampai 100 juta. Uang sebesar itu bisa mengosongkan rekening tabungannya.
Begitu tahu telepon ditutup sebelum sempat bicara, Shima kembali menulis pesan. Hanya itu caranya berkomunikasi dengan Deril, dia khawatir Deril sedang rapat. Jadi, tidak ingin mengganggu pria itu. Kalau hanya pesan wa chat, maka Deril bisa membacanya kapan saja.
[Pak Deril, bisakah kamu memberiku uang kompensasi sebagai mut’ah perceraian untukku?]
Shima menulis, mengabaikan perasaan malu bagai seorang pengemis. Harga dirinya di depan Deril sudah hancur, maka hancurkan sekalian saja.
[Pak, percayalah aku gak akan menggangumu lagi setelah ini dan aku akan memberikan kompensasi juga sesuai keinginanmu, tolonglah, Pak! Aku membutuhkannya sekarang]
Tidak disangka ternyata Deril langsung menjawab pesannya saat itu juga.
[Apa kamu begitu terburu-buru? Kamu sudah gak sabar, ya, mau nikah lagi dengan laki-laki yang kamu sukai?]
Shima membaca chatnya dengan perasaan campur aduk, Deril seolah menyalahkannya, dan dirinyalah yang telah berselingkuh.
Dia tidak punya laki-laki lain yang dia sukai kecuali Deril.
Seharusnya uang bukan masalah bagi orang sekaya Deril, aset tidak bergerak miliknya mencapai ratusan triliun. Adapun harta atau uang yang berputar di beberapa perusahaannya juga bernilai sama.
[Bukan begitu, aku butuh uang untuk biaya operasi Ayah]
[Ayahmu? Jangan pura-pura lagi, bagiku, Ayahmu sudah mati]
Shina kembali terperangah dengan tulisan pesan Deril yang, seolah lupa kalau ayah mertuanya itu, selalu dirawat secara intensif selama satu tahun terakhir ini. Bahkan, sang ayah tidak pernah keluar dari rumah sakit.
Shima mematikan telepon, karena merasa tidak ada gunanya berharap uang pada Deril. Sesampainya di rumah sakit, Shima menunggu operasi yang masih berjalan hingga selesai.
Perawat yang menjaga ayahnya bercerita, begitu mendengar suara aneh dari alat pendeteksi jantung, dia segera melapor pada dokter Regan dan dokter lain yang menangani Wisra. Lalu, mereka segara melakukan tindakan dengan cepat untuk menyelamatkannya.
Para dokter heran, tidak mungkin Wisra mengalami sesak nafas secara tiba-tiba kalau tidak ada yang melakukan sesuatu pada alat-alat di tubuhnya.
“Apa kamu yakin tidak ada orang yang menengok Ayahku?” tanya Shima setelah mendengar pernyataan perawat dan juga dokter, setelah mereka selesai melakukan operasi.
Perawat itu menggeleng dengan yakin, bahwa tidak ada orang yang masuk, selain dirinya.
Shima mencari informasi terkait daftar tamu. Dia juga menanyakannya pada para penjaga gedung, kalau-kalau ada orang yang mencurigakan dan datang ke kamar ayahnya.
Namun, tidak ada keterangan apa pun yang ditemukan oleh Shima. Para penjaga yang mengawasi gedung dan perawat yang bertugas pun tidak menemukan apa-apa, di sekitar kamar Wisra.
Shima menyelesaikan administrasi setelah ayahnya selesai operasi. Dia ikut mengawasi saat pria itu dipindahkan ke kamar inap lagi.
Kali ini seluruh uang simpanannya habis untuk membayar biayanya, yang mencapai 80 juta. Para dokter telah melakukan bypass pada jantung Wisra, hingga pria paruh baya itu bisa bernapas dengan normal seperti biasa. Namun, kondisinya sekarang jauh lebih buruk dari sebelumnya.
Shima heran kenapa hal seperti ini bisa terjadi saat akan mengurus perceraiannya. Apa mungkin ini kelakuan Deril, karena laki-laki itu selalu menghindar setiap kali dia ingin bercerai.
Dia kembali menulis pesan, pada Deril saat istirahat di samping tempat tidur ayahnya.
[Pak Deril, apa anak buahmu melakukan sesuatu pada Ayahku? Dia mengalami serangan jantung dan harus dioperasi]
Lama pesan Shima tidak dibaca oleh Deril. Mungkin pria itu sedang bertemu pengacaranya.
Di sore harinya, barulah dia menerima balasan pesannya.
Deril menulis.
[Jangan menggangguku hanya untuk urusan Ayahmu! Aku gak tahu maksud kamu apa!]
Mana ada orang koma tapi kena serangan jantung, Shima, sungguh mengada-ada!
Pesan Deril sulit dimengerti oleh Shima, pria itu seolah lupa kalau punya mertua yang koma di rumah sakit.
Dia keterlaluan sekali.
Shima menggertakkan gigi sambil berpikir, Deril memang sudah tidak mencintainya lagi.
Dia pikir mungkin Deril sudah pergi ke kantor catatan sipil sekarang, dan itu artinya dia bisa mendapatkan uang. Namun, jawaban pengacara sangat mengecewakan.
Saat Shima menelepon Danu Dirja, pria itu bilang kalau Deril tidak menampakkan batang hidungnya. Sekarang hari sudah sore, semua kantor pemerintah pasti sudah tutup, sedangkan, dia sangat membutuhkan uang.
Tanpa pikir panjang, dia pulang ke apartemen untuk mengambil sesuatu, lalu, pergi ke toko perhiasan.
Shima akan menjual cincin kawin untuk, biaya perawatan lanjutan ayahnya. Hanya itulah satu-satunya cara agar dia bisa bertahan sebelum kematiannya datang. Sementara ayahnya, satu-satunya keluarganya yang masih ada.
Dahulu, di toko perhiasan itu, Shima pernah memesan cincin kawinnya bersama dengan Deril, tapi itu dulu. Sekarang dia terpaksa merelakan barang berharga tersebut lepas dari jari manisnya, di tempat yang sama.
aku cuma bisa 1 bab sehari😭