Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Pengakuan Si Mata Elang
Akhirnya tibalah Arina dirumahnya, setelah perjalanan dari rumah Astrid kurang lebih setengah jam, Arina dan anak-anaknya turun dari mobil, dan Arina menurunkan semua belanjaan dia dan menyimpannya diteras rumah, sementara anak-anak sudah masuk kedalam rumah, setelah tadi Arina membuka dulu pintu rumahnya.
Selesai semua belanjaan turun dari mobil, Arina kemudian kembali ke mobil Astrid untuk mengucapkan terima kasih.
"Makasih ya As...maaf merepotkan seharian" Arina baru menyapa Astrid sejak tadi, dari rumahnya tidak pernah berbicara sedikit pun kepadanya.
"Sama-sama rin...lagian merepotkan apa sih, aku tak pernah merasa direpotkan, sekali lagi maaf ya rin, aku tahu kamu masih marah padaku" sesal Astrid karena Arina masih dalam mode on marah, dan hanya bicara seperlunya saja.
Arina hanya mengangguk saja, sedangkan Astrid sudah sangat tidak nyaman dengan suasana seperti ini, akhirnya dia pamit pulang karena sudah tidak tau mau bicara apa, dan Astrid pikir lebih baik dia biarkan dulu Arina tenang, nanti dia akan datang lagi kerumah Arina untuk meminta maaf kembali.
Setelah mobil Astrid hilang dari pandangan nya, Arina kemudian masuk kedalam rumah membawa semua belanjaannya ke dapur, kemudian menutup pintu dan menguncinya karena Arina rencana mau istirahat siang dulu, baru nanti dia mulai mengeksekusi pesanan puding teman-teman Farid.
Arina kekamar anak-anaknya sekalian mau mandi biar segar, kemudian sholat dhuhur dan sekalian mau istirahat sebentar.
"Kakak Gala sudah sholat dhuhur nak" tanyaku ke Gala yang asyik bermain bersama adik-adiknya, dengan mainan mereka masing-masing yang tadi aku belikan.
"Alhamdulillah sudah Bunda tadi dirumah oma, sholat jamaah sama om Farid...suara om Farid merdu sekali Bunda saat mengaji tadi sewaktu abis sholat" jelas Gala
"Iya kah nak?" tanyaku kembali
"Iya bunda dan om Farid itu sayang sekali sama kami bertiga, kata om Farid tadi kita bertiga boleh kok panggil om Farid Papa" jawab Gala sambil memainkan mobil remote nya.
Degggg....Degggg
"Apa maksud kak Farid bicara begitu kepada anak-anak" tanyaku dalam hati, huffft ada ada saja masalah hari ini.
"Bunda mandi dulu ya nak, karena Bunda belum sholat sekalian nanti Bunda mau tidur sebentar, Gala bisa jaga adik-adiknya nak sebentar, mainnya dikamar saja ya" jelasku ke gala
"Siap Bunda, nanti pintu kamar dikunci saja bunda, tapi Gala mau siapkan memang air buat minum dikamar, agar nanti Gala tidak perlu bolak balik kedapur kalau Bunda tidur" sahut Gala
"Makasih sayang....Gala memang anak yang baik dan rajin" sambil ku elus kepala anak sulungku.
Arina segera kekamar mandi dengan membawa baju gantinya, karena dia sudah merasa gerah sekali, setelah mandi dan mengambil wudhu Arina keluar, dan melakukan sholat dhuhur terlebih dahulu, setelah sholat Arina merapikan mukena dan alat sholatnya, lalu menyetel alarm di ponsel agar nanti pada saat tidur tidak kebablasan, tak berapa lama Arina merebahkan tubuhnya ke ranjang akhirnya dia tertidur, terdengar dengkuran halus darinya.
Sementara dirumah Astrid, Farid masih menunggu astrid yang belum kembali dari mengantar Arina dan anak-anaknya pulang.
Sambil menunggu Farid membuka sosmed nya yang dimana dia pernah DM ke Arina dengan nama akun Mata Elang, dia mencoba men DM ke Arina lagi karena rencana Farid kali ini, dia akan mengakui kalo si mata elang tersebut adalah dirinya, karena dengan pengakuannya ini Arina mau memaafkan Astrid, yang saat ini pasti lagi sedih dan bingung karena didiamkan oleh Arina.
Yang seharusnya kena marah Arina adalah Farid, karena gara-gara dia Astrid sampai keceplosan, dan harus menceritakan yang sebenarnya sampe papa dan mama juga jadi mendengarkan.
[Assalamu alaikum Arin....maaf aku menganggu istirahat siangmu]
DM farid terkirim dan centang dua namun belum berubah warna menandakan pesan tersebut belum dibaca namun Farid tetap melanjutkan DM nya kembali
[Rin...aku hanya mau mohon maaf jika kesalahpahaman kamu dan Astrid itu dikarenakan olehku, jadi bukan Astrid yang patut kamu salahkan tapi aku, karena aku yang memaksa dia untuk menceritakannya...tolong jangan marah dan mendiamkan Astrid, karena aku tahu adik aku itu tidak bisa kalau kamu marah padanya.
Ya mata elang itu adalah aku Rin...Farid....jadi kalo kamu mau marah dengan hal yang terjadi tadi dirumah, marahlah padaku karena semua berawal dari aku...sekali lagi aku mohon maafkan lah Astrid, dan jika kamu tidak mau memaafkanku tidak apa-apa, aku terima Rin...karena aku sayang kamu dan anak-anak]
Send.....
"Ya setidaknya aku sudah berusaha untuk membantu Astrid dan mengakui perasaanku yang selama ini ku pendam" monolog Farid dalam hatinya.
Terdengar suara mobil masuk kepekarangan rumah, dan dipastikan itu Astrid yang telah tiba dari mengantarkan Arina pulang tadi bersama anak-anaknya.
Terdengar salam terucap dari luar dengan suara yang sangat lemas sekali, dan Farid bisa merasakan kalo adiknya itu lagi sedih karena Arina marah padanya.
"Waalaikum salam...dek sini duduk dulu dekat kakak" ajak Farid namun terlihat Astrid menatap kakaknya dengan tatapan sangat tajam, walau Astrid keliatan lemas tapi soal menatap masih saja tajam jika dia lagi dalam mode on marah.
Farid agak meringis liat tatapan Astrid tapi dia harus terima akibatnya, karena ini semua berawal dari dirinya yang terlalu kepo tentang Arina
"Kak Farid puas liat aku begini hah...."bentak Astrid dan langsung duduk di sofa yang di seberang Farid dia tak mau duduk bersama farid karena dia lagi marah sama kakaknya itu.
"Maaf kan kakak dek, karena ini semua berawal dari ke kepoan kakak terhadap masalah Arina, jadinya kamu yang disalahkan" ucap Farid dengan menyesal
"Terus sekarang mau bagaimana kak, Arina sudah terlanjur kecewa dan marah sama aku...mana sepanjang jalan tadi dia tidak pernah bicara sama sekali kepadaku, hanya pas aku mau balik dia hanya bilang terima kasih sudah mau direpotkan" huffttt lelah Astrid
"Kakak sudah kirim pesan ke Arina dan kakak sudah minta maaf, dan menjelaskan semuanya kalo semua itu yang patut disalahkan adalah kakak" jelas Farid kembali
" Ya sudahlah kak mau bagaimana lagi sudah terjadi...nantilah kalo Arina sudah tenang aku akan kerumahnya meminta maaf kembali...maafkan Astrid kak tadi sempat membentak kakak, aku mau ke kamar dulu kak karena aku belum sholat dhuhur" ucap Astrid sambil berdiri, dan berlalu ke kamarnya meninggalkan Farid yang pusing sendiri.
Sementara dirumah Arina, dia terbangun karena bunyi ponselnya yang menandakan pesan masuk beberapa kali.
Arina membuka matanya dan melihat ada beberapa DM dari si mata elang, kemudian Arina mencoba bangun dengan kesadaran yang belum full, dia mencoba membaca semua DM itu satu persatu dan Arina hanya berucap
"Ternyata dugaan aku memang tidak salah tentang si Mata Elang"
terutama suamimu biar tahu diri