Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIDANG PERTAMA
Senin, 20 Oktober 2014
Hari ini adalah sidang pertama kasus yang menimpa Zevanya Meghan. Yang dilaksanakan di sebuah pengadilan Federal Kota Cleveland. Agendanya hari ini adalah pemeriksaan terhadap terdakwa.
Seorang Panitera pengganti, selaku protokol sidang mulai membuka sidang. Semua yang hadir dipersidangan berdiri. Saat Hakim Ketua Sidang pengadilan, masuk keruangan sidang dan menempati kursi kebesarannya. Seluruh hadirin kembali duduk. Jaksa penuntut umum, dan penasehat hukum sudah duduk ditempat masing-masing.
"Sidang pengadilan Cleveland, yang meneruskan perkara atas nama Zevanya Meghan, pada hari ini, Senin tanggal 20 Oktober 2014 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum , Tok...! Tok...! Tok...!
Hakim ketua mulai membuka sidang dan mengetukkan palu, tanda sidang dimulai.
Protokol memanggil terdakwa untuk masuk ke ruang sidang.
Dengan memakai kemeja putih berlengan panjang, dan celana panjang berwarna coklat muda. Zee memasuki ruangan sidang dengan langkah yang sedikit gugup dan gemetar.
Seorang petugas pengadilan, mengantar Zee untuk duduk di kursi pemeriksaan, sambil meremas kedua jemarinya.t
Zee mendengarkan dengan seksama setiap pertanyaan yang diajukan Hakim Ketua.
"Apakah anda dalam keadaan sehat dan siap untuk mengikuti persidangan?" Tanya Hakim m memulai pertanyaannya.
"Ya, saya sehat , Yang Mulia!"
"ZEVANYA MEGHAN, berusia 24 tahun, berasal dari Canberra, Australia dan mahasiswi lulusan S2, Ohio state university."
"Ya, Yang Mulia!" Zee mengangguk.
"Apakah anda didampingi penasehat hukum ?"
"Tidak, Yang Mulia!"
Setelah hakim ketua selesai dengan pertanyaan awalnya. Seorang Jaksa perempuan membacakan surat dakwaan.
"Apakah anda sudah memahami surat dakwaan yang saya bacakan?" Tanya Jaksa penuntut umum.
"Ya !" Zee mengangguk lagi.
Setalah Jaksa penuntut membacakan surat
Dakwaan, dan menjelaskan seperlunya dihadapan sidang, Zevanya tidak menyatakan eksepsi atau keberatannya.
Saat pembuktian, Zevanya dipindahkan dari kursi pemeriksaan ke kursi terdakwa.
Wanita malang itu, masih kelihatan tegar, menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan Majelis Hakim, sesekali memandang kearah seorang wanita yang duduk di kursi penasehat hukum, wanita itu adalah Nyonya Jennifer Wilson.
Wanita itu datang, sebagai kuasa hukum putranya. Dan menyudutkan Zee dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak.
"Maaf yang mulia...Saya keberatan dengan keterangan terdakwa...!" Kata nyonya Jenny.
Berdiri dari duduknya.
"Silahkan Nyonya Jenny !" Hakim ketua mempersilahkan wanita itu untuk bicara.
"Setahu saya, Reynald anak saya sudah tidak berhubungan lagi dengan wanita ini, seminggu sebelum putra saya bertunangan dengan kekasihnya Claire Antoine. Jelas dia berbohong, dia memfitnah putra saya, saya akan menuntutnya dengan pasal pencemaran nama baik. " ungkap Jenny dengan angkuh.
"Keberatan diterima!" Jawab Hakim ketua.
Zevanya memandang wanita itu sekilas, penuh kebencian. kemudian kembali menatap lurus kedepan.
Kapten Leonard yang mengikuti jalannya sidang, menarik nafas panjang. Dia benar-benar menyesal menemui wanita arogan itu.
Karena hanya menambah tuntutan terhadap Zevanya semakin berat. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dan Zevanya tidak akan mampu melawan mereka.
"Sidang dilanjutkan Minggu depan!" Hakim ketua berdiri dan meninggalkan ruang sidang.
Zee menunduk lesu, saat Hakim memberitahukan tentang hak konstitusionalnya untuk mendapatkan pengacara. Semua itu dapat membantu dirinya melawan mereka di pengadilan.
Namun, Zee tidak memiliki kekuatan untuk itu. Dia tahu, Kapten Leonard sudah berusaha keras untuk mencarikannya pengacara. Namun, tak satupun pengacara itu mau membantunya. Karena mereka tidak mau mencari masalah dengan keluarga Wilson. Apalagi Zevanya bukanlah warga negara, dia hanya lah seorang pendatang yang sedang menuntut ilmu.
Zevanya tak banyak berharap, bahkan dia ragu, jika keadilan itu akan berpihak padanya.
Karena dia yakin, semua sudah dibawah kendali keluarga Wilson.
*
*
Seorang wanita bergaun putih berjalan seorang diri menyusuri jalan setapak disebuah taman bunga yang sangat luas. Hanya ada hamparan bunga yang berwarna warni...sangat indah dipandang oleh mata.
Disisi kiri taman terdapat sungai kecil yang airnya mengalir dengan jernih, diatasnya terdapat sebuah jembatan kecil berwarna putih melengkung membelah sungai dibawahnya.
Wanita itu berdiri diatas jembatan, sambil memegang sekuntum bunga mawar putih.
Seorang pria berpakaian serba putih, memandang wanita itu dari kejauhan. Dia berusaha untuk mendekat, namun kakinya sulit untuk di langkahkan. Bibirnya bergerak perlahan. Ingin berteriak memanggil, tapi suaranya tercekat di tenggorokan.
"Zee....!" Pria itu memanggil tanpa suara.
Wanita itu berputar diatas jembatan dan pandangan matanya tertuju pada pria itu.
"Rey...!" Wanita itu berlari kecil mendekati sang pria.
Namun langkah kaki itu terhenti, beberapa jengkal dari pria itu, seolah ada dinding tak kasat mata, menghalanginya untuk melangkah.
"Zee...aku merindukanmu, kembalilah padaku!" Pria itu mengulurkan kedua tangannya. Kedua tangan itu terbuka lebar menunggu kedatangan kekasih hatinya.
Walaupun suara itu tak terdengar, namun batin wanita itu bisa merasakan.
Zee menggeleng.
"Kita tidak akan bisa bersama, Rey! jika kita memaksa, kita akan semakin menderita."
"Aku mencintaimu, Zee! Mendekat lah padaku!"
"Aku tidak bisa Rey, aku akan pergi, tempatku bukan disini!" Zee berbalik membelakangi Reynald yang masih terpaku ditempatnya.
"Zee, jangan tinggalkan aku sendiri! atau aku bisa mati!" Teriakan itu terasa menyayat hati.
Zee hanya menangis perih.
Rey berusaha mengejar wanitanya, namun apa daya, raganya kaku tak bernyawa, ia hanya bisa menghiba, hingga bayangan putih itu hilang dari pelupuk mata.
Rey menangis dalam tidur panjangnya.
Sementara itu Zee tersentak dari tidurnya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, sepertinya Zee mengalami mimpi yang sama, seperti yang dialami Reynald dalam komanya. Bagaimana bisa?
"Maafkan aku, Rey!" Gumamnya.
"Tuhan, izinkan aku, untuk melihatnya sekali saja, aku mohon!" Zee merintih pilu dalam doanya.
*
*
Xena menemani Rey dirumah sakit, siang itu.
Dia baru saja keluar dari kamar mandi. Saat melihat tubuh Reynald berkeringat dingin, wajahnya tampak pucat. Xena menatap iba, saat melihat setetes air mata, jatuh disudut mata, yang masih setia untuk terpejam.
Xena menyeka air mata itu dengan tisu.
"Rey ...bangun Rey! Kau harus kuat! Ada jiwa yang harus kau selamatkan!" Bisik Xena ditelinga sepupunya itu.
"Apa kau mau, orang yang kau cintai dihukum atas kesalahan yang tidak dia lakukan? Dia akan membencimu, dan menganggap kau yang ingin menjatuhkannya." Namun seperti biasa, tidak ada jawaban.
"Bangun Rey... hanya kau yang bisa menyelamatkan kekasihmu....!" Xena mengusap keringat pada wajah pucat itu dengan tangannya.
"Bagaimana keadaaan Rey, sayang!" Tanya Abraham yang baru saja datang dari luar ruangan.
"Sepertinya dia mimpi buruk, sayang! lihat lah, air matanya mengalir dari tadi, aku kasihan padanya." ungkap Xena.
Abraham mendekat kearah Xena, dan menyandarkan kepala Xena di pelukannya.
Hubungan asmara antara Xena dan Abraham, terjalin semenjak keduanya sering bertemu ditempat Reynald dirawat.
Xena menyukai Abraham yang tegas dan bertanggung jawab. Sebaliknya, Abraham menyukai Xena karena kelembutannya.
"Sudah hampir dua bulan, Reynald koma tapi tidak ada tanda-tanda dia akan sadar," keluh Xena.
"Iya, aku juga bingung, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Bagaimana jika mereka berdua kita pertemukan, mungkin hanya Zee yang bisa membuat Rey kembali terbangun, karena Rey masih mengingat Zee di alam bawah sadarnya," 'Usul Xena.
"Uncle Ronald dan Aunty Jenny, pasti tidak menyetujuinya !" Abraham merasa pesimis.
"Aku akan bicara dengan Aunty Jenny dan uncle Ronald, dan kau temui Kapten Leonard, agar mengizinkan Zee dibawa kerumah sakit menemui Rey, " saran Xena kemudian.
"Baiklah, aku setuju!" Kata Abraham.
Xena dan Abraham saling pandang sejenak, keduanya sangat menyayangi Rey, dan mereka akan berjuang agar Reynald kembali pulih.
*
*
Tanpa menunggu waktu lebih lama, Xena menemui Daddy Ronald dan mommy Jenny di Mansion nya.
"Selamat siang Uncle, Aunty !" Xena memeluk keduanya dengan hangat.
"Ada apa, Xena. Apa ada sesuatu yang terjadi di rumah sakit," Daddy Ronald mengajak Xena duduk di sofa, ruang tamu, didampingi mommy Jenny.
"Sebelumnya aku dan Abraham mohon maaf, uncle!" Saya mohon ... , anda mengijinkan Reynald untuk bertemu dengan ... Zee," ucap Xena dengan hati-hati.
Pria tua itu nampak tidak suka, saat nama wanita itu disebut. Keningnya berkerut.
"Dengar Xena, sampai kapanpun aku tidak akan mengijinkan wanita itu menemui Reynald." Ujar Tuan Ronald tegas.
"Aku melakukan semua ini demi Rey, uncle! Jika Rey bangun, kalian pasti akan senang. Aku tidak tega melihatnya menangis, Aunty!" Kata Xena lagi, mencoba memohon pada mommy Jenny.
"Aku sependapat dengan Daddy-nya Rey, Xena! Maaf, aku tidak akan memberi kesempatan perempuan itu untuk menemui putraku, dia pasti akan memanfaatkan Rey dikemudian hari," seru mom Jenny.
Xena menarik nafas panjang. Dia tidak habis fikir, apa yang ada didalam benak kedua orang tua itu. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tapi Tuan dan Nyonya Wilson seolah tak peduli dengan keadaan Rey saat ini.
"...Atau, jangan-jangan mereka dalang dibalik semua kejadian ini," pikir Xena dalam hati.
"Baiklah...tapi setelah Rey sadar dari koma, aku akan memindahkan Rey ke rumah sakit yang ada di New York." putusnya tiba-tiba.
Xena memandang Tuan Ronald tak percaya. Sepertinya keputusan Tuan Ronald sudah bulat. Dan tidak bisa diganggu gugat.
Pria itu memang egois, seperti yang diceritakan Mommy Sandra.
Tapi apa daya, Xena tidak bisa berbuat apa-apa. Setidaknya dia telah berusaha.
Bersambung...
Pingin nangis/Sob//Sob/