Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32 - Bersiap Pergi
"Mas Abas? Kau baik-baik saja?" melihat Abas tak kunjung mengatakan apapun, Doni lantas bertanya.
"Eh, maaf. Iya, saya baik-baik saja," ujar Abas.
"Kirain tadi kenapa. Pastikan datang nanti ya, Mas. Nanti Pak Irwan marah," tanggap Doni.
"I-iya. Saya usahakan," sahut Abas sambil tersenyum kecut.
"Ya sudah. Aku pergi sekarang. Ada urusan lain yang harus di urus," pamit Doni.
Abas mengangguk dan melepas kepergian Doni sampai ke depan toko. Bersamaan dengan itu, Mila datang. Abas langsung menceritakan padanya mengenai kebetulan tak terduga di antara Tari dan Irwan.
Kini Mila memperhatikan undangan yang diberikan Doni tadi. Sama seperti Abas, dia juga dibuat kaget.
"Ini kebetulan yang gila sih, Bas?" tukas Mila.
"Makanya aku sekarang merasa serba salah. Mau memutuskan pergi atau tidak," balas Abas sambil menyurai rambutnya dengan dengusan kasar.
"Ya harus datang lah, Bas! Lagian apa yang kau cemaskan? Kecuali kau masih belum move on sama Tari," timpal Mila.
"Dih! Siapa juga yang belum move on. Aku kesal aja bawaannya kalau lihat muka pengkhianat itu," gerutu Abas.
"Bawa tenang dong, Bas. Kalau kau terbawa emosi kan nggak baik." Mila berusaha menenangkan Abas. "Toh Pak Irwan sudah banyak bantuin kita," tambahnya.
"Kau benar... Tapi aku kan juga malas ketemu mantan mertuaku di sana," ungkap Abas.
"Jangan hiraukan mereka. Kita datang ke sana nanti bukan untuk mereka. Tapi untuk Pak Irwan. Selain itu, aku akan mendandanimu sedemikian rupa. Buktikan kalau kau sudah move on dan sukses dengan kehidupanmu," kata Mila.
Mendengar itu, Abas akhirnya tersenyum. Tak lama Mila membalas senyumannya.
"Aku senang kau ada bersamaku," ungkap Abas. Hatinya semakin mantap untuk menikahi Mila. Namun untuk sekarang, Abas memutuskan akan menunda lamarannya. Dia akan serius bicara setelah datang ke acara pernikahan Tari dan Ferry nanti.
...***...
Hari pernikahan Tari dan Ferry tiba. Kini Abas sudah siap dengan kemeja batik mahal pilihan Mila. Perempuan itu juga sudah siap dengan gaun pesta berwarna biru.
"Aku memesan go car khusus untuk kita hari ini," ucap Mila sambil menggandeng Abas.
"Buang-buang duit saja kau. Pakai motor kan nggak apa-apa," komentar Abas.
"Kau yang nggak apa-apa! Lah, aku akan kesulitan duduk di motor dengan gaun begini. Nanti rambut aku acak-acakan lagi," ungkap Mila.
Dari balik pintu, Denis menyaksikan interaksi dekat di antara Abas dan Mila. Jujur saja, sampai sekarang dia masih tidak tahu kalau ayahnya punya hubungan khusus dengan Mila.
Bukan tanpa alasan itu terjadi. Abas terpaksa harus merahasiakannya karena permintaan Mila sendiri. Entahlah apa alasan Mila. Yang jelas perempuan tersebut mengakui kalau dirinya belum siap menerima reaksi Denis.
"Ayah..." panggil Denis lirih.
Sontak Mila langsung melepas gandengannya dari lengan Abas. Dia juga melangkah lebih jauh dari lelaki itu.
Abas menatap heran Mila. Dia sebenarnya tidak habis pikir kenapa Mila bersikap begitu jika ada Denis. Berulang kali Abas mencoba mengakui hubungan spesialnya dengan Mila pada Denis, akan tetapi Mila selalu berupaya menghentikan pengakuan itu.
"Apa kita akan pergi sekarang?" tanya Denis. Dia melirik Mila selintas.
"Iya. Kita akan segera pergi. Tapi sebelum itu, Ayah ingin mengatakan sesuatu," ucap Abas.
"Apa, Yah?" Denis penasaran.
Abas meraih tangan Mila. Mata Mila seketika terbelalak.
"Bas... Apa yang kau lakukan?" tanya Mila pelan.
"Ayah dan Kak Mila saling mencintai. Kau tidak masalah kan dengan itu?" Abas tak menghiraukan pertanyaan Mila. Dia hanya melakukan pengakuan pada sang putra.
ingat entar tambah parah Lo bas....,