.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kedatangan
.
.
.
sore harinya Nana kebagian membersihkan Ruangan Pribadi Vano sebagai hukuman karna dirinya terlambat bekerja tadi pagi.
"Nana? ". Vano yang melihat topi khas Nana pun berdiri dari duduknya.
"lanjutkan saja pekerjaanmu Arka, aku dihukum dengan membersihkan ruanganmu". gerutu Nana
Vano mengerutkan keningnya, "memangnya kamu ngapain kok bisa terlambat? ".
Vano berjalan ke arah kulkasnya dan mengambilkan satu botol air dingin lalu memberikannya ke Nana, Nana yang kebetulan sangat haus pun menerima minuman pemberian Vano dan meneguknya sampai tandas.
"apa kau punya roti Arka?". tanya Nana menaikkan sedikit topinya.
"roti? apa kau tidak makan? ". tanya Vano
"iya.. karna wanita itu marah dan menghukumku tidak boleh makan sebelum pekerjaanku selesai". keluh Nana
"aku akan beri pelajaran padanya". Vano hendak mencari manager kebersihan itu tapi Nana mencekal tangannya.
"cepatlah..! perutku sudah lapar". rengek Nana
Vano tertegun, baru pertama kalinya ia melihat Nana tengah merengek padanya.
"aku akan beli makanan diluar ya? duduk saja di sofaku". ucap Vano lembut mengelus kepala Nana
Nana mengangguk dan Vano berlari dengan langkah lebar keluar ruangannya demi mendapatkan makanan untuk Nana.
Nana melihat kepergian Vano pun segera bekerja membersihkan kaca, lantai dan membuang sampahnya juga, walaupun isinya hanya kertas tapi tong sampah harus tetap bersihkan.
"apa takutnya sih bersih-bersih di Ruangan Arka? mereka bilang Arka sangat cerewet". kekeh Nana melihat Ruangan Vano bersih seolah sudah kerlap-kerlip saja semua tempat.
Nana duduk di sofa Arka sambil melihat sekeliling, ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa hingga Nana ketiduran.
Vano tiba di Ruangannya membawa 2 kantong plastik besar dan memanggil Nana,
Nana tersentak lalu mengucek-ngucek matanya, "maaf aku ketiduran".
Vano duduk dihadapan Nana, "justru aku yang minta maaf telah membangunkanmu, jika kamu lelah pulang saja".
Nana melihat kantong plastik yang dibawa Vano, "apa ini untukku? ". tanya Nana tersenyum lebar.
"iya..! bawa pulang dan berikan pada Ibu dewi". jawab Vano.
"terimakasih Arka, aku sudah membersihkan Ruanganmu, sekarang aku pulang". Nana bangkit membawa 2 kantong plastik yang dibeli Vano dan perlengkapan bersih-bersihnya.
Vano mengedarkan pandangannya, ternyata memang bersih seolah Nana punya kekuatan super padahal Vano yakin tadi Nana bilang lapar, bagaimana bisa Nana bekerja dengan begitu baik jika perutnya sedang lapar.
setibanya di Rumah
"Mama?? ". sapa Nana dengan ceria kembali ke Rumah kecilnya
Dewi berlari keluar Rumahnya dan terkejut melihat banyaknya makanan yang dibawa Nana.
"sayang..? dari mana kamu dapat uang membeli makanan ini? ". tanya Dewi tak percaya
"mah.. Nana tadi dibelikan oleh atasan karna Nana bekerja dengan baik dihari pertama". jawab Nana tersenyum lebar.
"benarkah nak? ". tanya Dewi seakan belum percaya.
"iya Ma..! kalau enggak dari mana lagi Nana dapatnya hmm? sudah-sudah ya Ma.. lebih baik kita makan ya? Nana sudah lapar sekali". alih Nana.
Alhasil Dewi dan Nana makan enak bersama untuk pertama kalinya, sebelumnya Nana pernah makan enak bersama Arka tapi sengaja tidak bawa pulang karna takut Mamanya curiga.
Nana tau kalau Dewi tidak ingin Nana berhubungan lebih dekat dengan Vano yang merupakan tunangan Celinne.
di kamar kecil khusus milik Nana.
Rumah mereka ada 2 kamar tapi kamar mandi hanya 1 dan itupun diluar Rumah, dan tempat masaknya juga dibelakang.
"Papa? ". gumam Nana tersenyum lebar melihat bukti tes DNA nya.
"Papa sangat gagah dan berwibawa pantas saja Mama mencintai Papa sampai sekarang". gumam Nana tersenyum tipis.
sejak kecil semua Pria yang mendekati Mamanya didesa Kawang selalu ditolak sopan oleh Dewi dengan alasan yang sama yaitu Dewi sangat mencintai suaminya.
tidak peduli seburuk apa penilaian Orang lain terhadap mamanya tapi Nana yang paling percaya Dewi, mamanya dikatakan orang ketiga atau tidak Nana tidak peduli karna bagi Nana bagaimana cara Dewi merawat dan membesarkannya itu adalah bukti bahwa cinta Dewi pada Papanya sangatlah besar.
ke esokan harinya
Nana bekerja seperti biasa, kali ini ia tidak terlambat dan tak sengaja Nana mendengar gosip-gosip Karyawan di Toilet.
"aku dengar Nona Celinne akan datang ya? "
"aah.. Tunangannya Tuan Devano ya? ".
"dia sangat seksi dan menawan".
"yang paling beruntungnya dia Putri Tunggal Wijaya".
"ditambah tunangan Tuan Devano".
"ckk.. dia sangat beruntung".
"tapi aku tidak suka, dia sangat sombong dan angkuh, apalagi pada kita dari kalangan bawah ini"
"Tuan Vano tidak mencintainya, aku dengar dari temanku katanya Nona Celinne pernah berteriak marah-marah di dalam toilet saat tau Tuan Devano ingin membatalkan tunangannya".
"benarkah? kenapa? ".
"Tuan Vano mencintai perempuan lain".
"haha.. rasakan itu, aku senang jika itu memang benar, dunia sangat tidak adil jika dia bisa mendapatkan Tuan Vano".
"sudah.. sudah.. ayo kita pergi..! kau tau kan Nona Celinne harus disambut". gerutu salah satu dari mereka
alhasil semua orang yang ada di Toilet pun pergi meninggalkan Nana seorang diri yang bersih-bersih.
"hmm.. aku penasaran pada wanita itu". gumam Nana tersenyum tipis.
Nana segera mempercepat pekerjaannya lalu membenarkan topinya berlari kecil ingin melihat secara langsung Celinne yang merupakan tunangan Vano.
tak berapa lama Celinne keluar dari Mobil mewahnya dengan angkuh nya ia memasang kacamata hitamnya dan berjalan melewati semua karyawan yang menyambutnya.
"dimana Tuan Vano? ". tanya Celinne
"di Ruangannya Nona". jawab salah satu Karyawan Vano
"hmmm". Celinne berjalan dengan pose seksinya
bukannya terpana dengan bentuk tubuh Celinne mereka malah berbisik-bisik menjelekkan Celinne yang mirip kupu-kupu malam saja, pakaian Celinne sangat ketat dan itu membuat perempuan manapun risih tapi jika laki-laki yang memandang pasti berbeda.
"itu Celinne, jika aku putri kandung Papa lalu siapa dia? apa dia memang putri Papa juga? ". gumam Nana terheran-heran.
Nana hendak pergi dan tak sengaja ia mendengar perkataan karyawan Arkatama Group yang bilang Celinne tidak disayang oleh Yardan karna tidak mau belajar bisnis.
"apa sulitnya belajar bisnis". gumam Nana terkekeh pelan lalu meninggalkan tempat itu.
Nana pergi ke Ruangan terpencilnya dan dengan lihainya ia mengotak-ngatik ponselnya yang diberikan oleh Vano.
Nana sudah memperbaiki Ponselnya hingga bisa digunakan untuk meretas CCTV, Nana yang bekerja di Perusahaan Vano tentu tau keamanan CCTV di setiap sudut ruangan yang ada di Perusahaan Arkatama group.
Nana menonton juga mendengarkan rekaman CCTV Ruangan Vano.
"apa benar Tuan mau membatalkan Pertunangan kita? ". tanya Celinne
"hmm". jawab Vano
"kenapa? apa karna perempuan itu? siapa perempuan itu Tuan? apa dia lebih hebat dariku yang seorang Putri Penguasa? ". cecar Celin
"aku sudah bilang hubungan yang dimulai tanpa cinta tidak akan baik seperti Papa dan Mamamu". sindir Vano
"apa aku boleh melihatnya Tuan? ". tanya Celin
"melihat apa? ". tanya Vano dengan dingin
"perempuan yang merebutmu dariku". jawab Celin
"tidak perlu". jawab Vano
Nana yang bosan mendengar percakapan itupun mematikan ponselnya, "aku pikir mereka berbicara hal penting ternyata hanya masalah pribadi". keluh Nana yang tidak tertarik dengan percakapan kedua manusia hebat itu.
Nana kembali bekerja mengabaikan semua orang yang sibuk bergosip mengenai Celin yang dicampakkan oleh Vano dengan dibatalkan pertunangan Vano dan Celinne.
.
.
.
tapi lanjut