Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reza dan Gendis bertengkar
Reza tertegun. Ia meneguk ludahnya saat melihat kedatangan Gendis yang tiba-tiba berada di rumah Mamanya.
Gendis datang tanpa menekan bel dan tanpa memberi salam, Langsung menyentaknya. Entah sejak kapan Gendis datang, sehingga ia tahu apa yang mereka bicarakan.
"Gen__gendis, sejak kapan kamu, datang?" tanya Mega ramah pada menantunya yang tengah mengandung itu.
"Nggak usah sok ramah, Mama padaku!" telunjuk Gendis menunjuk mertuanya.
"Gendis, jaga sikap kamu pada Mamaku!" tegur Reza yang tidak suka melihat Gendis menunjuk mamanya seperti itu
"Kenapa, aku harus menjaga sikap di depan Mama mertua yang Ingin membuat rumah tangga kita hancur!" pekik Gendis. wajahnya memerah menahan amarah yang ingin meledak.
"Gendis, ayo kita pulang. Aku tidak mau ribut dirumah Mama", Reza menghampiri istrinya dan ingin menarik tangan Gendis dari rumah ini.
"Lepasin aku, Mas!" Gendis menghembuskan tangan Reza yang telah menggenggam pergelangan tangannya.
"Kita, pulang sekarang. Selesaikan masalah ini dirumah", tegas Reza.
"Apa kamu bilang ? Kita pulang sekarang dan menyelesaikannya dirumah? Tidak bisa, karena ini ada campur tangan Mamamu!" pekik Gendis.
"Jangan keras kepala!" Reza membentak istrinya.
Gendis semakin tidak terima. Karena sang suami yang bersalah, kenapa dia yang dibentak. Hatinya terbakar Cemburu. Dipikiran Gendis saat ini adalah rasa cemburu yang sangat besar. Dia tak menyangka bahwa Reza masih menyimpan perasaan untuk Mentari.
Kebencian Gendis pada Mentari semakin besar. Disaat kehidupan Mentari mulai berubah kaya, membuat suaminya menjadi terpesona.
Ia tak habis pikir. Apa Reza tidak merasa bersalah setelah apa yang ia ketahui.
"Bagaimana mungkin aku membiarkan Mamamu, menyuruh dirimu untuk dekat kembali dengan Mentari. Kalian sudah gila!" Gendis meninggikan suaranya.
"Reza, bawa istrimu pergi! Mama tidak mau berdebat dengannya!" perintah Mega.
Mega lebih memilih menghindar Gendis. Kepalanya semakin sakit, pasti masalah ini akan merembet.
Gendis tidak terima dengan apa yang dikatakan mertuanya. Mega mengusirnya, dan tidak mau menjelaskan apapun.
Gendis segera berlari kearah lemari pajangan yang berisi piring koleksi dan beberapa gelas milik Mega. Dia mengeluarkan barang-barang itu dan membantingnya ke lantai.
Perabotan yang terbuat dari pecah belah itu langsung hancur. Menjadi pecahan beling.
Prang...!!
Prang ...!!
Mega berteriak histeris ketika melihat koleksi piring dan gelas mahalnya di banting oleh menantunya sendiri.
"Gendis, hentikan!" Reza meminta Gendis untuk menghentikan aksinya.
Gendis semakin brutal. Dia menghabiskan semua isi di dalam lemari kaca itu. Mega terjatuh pingsan dilantai. Hidupnya sedang dalam masalah besar, ditambah dengan kelakuan gendis yang bar-bar .
Gendis semakin menangis dan mengencangkan suaranya
...****************...
...Rumah Narti ...
Reza tiba di rumah mertuanya. Sedangkan Mega di urus oleh pembantu dirumahnya. Reza harus segera membawa Gendis pergi dari kediaman kedua orangtuanya.
Narti yang sedang sibuk mengobrol di depan rumahnya dengan Denok teralihkan fokus mereka. Saat melihat Gendis menangis.
Gendis turun dari motor. Ia masih terisak, Reza sudah meminta Gendis untuk menghentikan tangisnya. Tapi Gendis sengaja memperlihatkan kesedihannya di sepanjang jalan rumahnya.
Reza gegas menuju kedalam rumah. Ia tak peduli lagi dengan Gendis yang sengaja mencari perhatian. Sekarang ini Reza harus siap jika, di serang oleh istri dan ibu mertuanya. Karena sudah pasti Gendis akan mengadu, tentang apa yang terjadi.
Reza masuk kedalam kamar. Dia membanting pintu kamar dengan keras saat menutupnya.
"Kamu kenapa?" tanya Narti pada putrinya.
kedua mata Gendis sembab.
"Kamu ada masalah dengan suamimu?" Denok ikut bertanya penasaran.
Sepertinya Gendis dan suaminya telah terlibat pertikaian . Sebelumnya mereka tidak pernah bertengkar hebat, hingga membuat Reza memasang raut wajah sangat marah, saat mereka baru tiba.
Gendis tidak langsung menjawab pertanyaan ibu dan buleknya. Ia memilih masuk kedalam rumah.
Denok dan Narti mengikuti langkah Gendhis. Karena mereka semakin penasaran.
Gendis menggedor pintu yang ternyata di kunci dari dalan oleh Reza.
"Mas, buka! Kenapa kamu yang marah padaku? Harusnya aku yang marah padamu!" Gendis berteriak.
Reza sangat egois. Tidak ada kata permintaan maaf yang keluar dari mulutnya.
"Sebenarnya ini ada masalah apa?" Narti semakin khawatir dengan perdebatan antara putri dan menantunya.
Gendis justru kembali menangis dan mengencangkan suaranya.
Denok semakin bingung, Gendis seperti anak kecil menangis seperti itu.
"Reza, saat kamu memiliki masalah dengan istrimu, sebaiknya selesaikan sekarang, jangan sampai berlarut-larut. Gendis ini sedang hamil anakmu, pikirkan kondisi istrimu. Ibu tidak mau terjadi sesuatu yang bahaya pada janin yang ia kandung!"
Narti berbicara pada Reza agar keluar dari kamar.
"Biarkan saja, itu yang mas Reza , inginkan! Dia mungkin memang sengaja menyakiti aku. agar aku mengalami keguguran. Mas Reza, tidak menginginkan anak ini!" kata Gendis.
Tak lama pintu kamar terbuka. Reza muncul dengan raut wajah yang masih terlihat kesal.
"Kita duduk bersama, dan kita selesaikan dengan kepala dingin!" titah Narti.
Mereka semua duduk di sofa. Reza masih belum berbicara.
Sedangkan Gendis sedang mengusap air matanya dengan tisu.
"Sekarang katakan pada, ibu. Apa masalah kalian? Sehingga Gendis seperti ini. Menangis karena mu, ibu tidak suka ketika kamu membuat putri ibu sedih!" ujar Narti.
"Mas Reza, kembali mendekati Mentari!" ujar Gendis memberitahukan pada ibu dan buleknya.
Karena Gendis yakin, Reza tidak akan berani mengatakan hal ini.
Mereka berdua langsung shock, Narti dan Denok saling tatap. Hala yang tidak pernah mereka sangka. Antara Reza dan Mentari terlah usai. Bahkan dulu Reza yang telah meninggalkan Mentari demi bisa menikahi Gendis yang seorang perawat.
"Untu apa kamu mendekati, Mentari? Jangan bilang karena hidup Mentari sekarang telah berubah. Sehingga membuatmu, tertarik lagi padanya?" Narti bertanya untuk memastikan.
Narti ingin kejujuran dari Reza.
"Eling Reza! Kamu itu sudah mempunyai istri! Akhirnya Denok ikut berbicara.
Dia tidak tahan menahan geram. Karena keponakannya disakiti oleh suaminya . Penyebab semua ini adalah Mentari.
"Ini hanya salah paham. Gendis saja yang berlebihan!" Reza akhirnya berbicara.
"Aku tidak berlebihan. karena, Akau mendengarkannya sendiri. Jika, kamu mengirimi pesan pada Mentari. Parahnya lagi Mamamu mengijinkan perbuatanmu itu!"
"Gendis! Aku tidak ada niatan untuk menggoda Mentari", Reza kembali membantah.
Narti dan Denok semakin bingung melihat pasangan itu justru eyel-eyelan di hadapan mereka.
"Aku mendengarnya sendiri loh, Mas! Jika, kamu mengirim pesan padanya. Kamu marah karena di blokir kembali oleh, Mentari. Kamu pikir aku ini bodoh? Akan percaya dengan perkataanmu, hahhhh...!"
"Terserah, kamu mau percaya atau tidak. Karena aku telah mengatakan yang sebenarnya!" Reza jengah mengahadapi sikap istrinya.
"Kamu bohong! Katakan padaku apa menariknya, Mentari ?" Gendis berdiri.
Ia berteriak tepat di hadapan Reza.
"Diam, Gendis!" ucap Reza.
"Sana pergi balik sama Mentari! mana mau dia sama kamu, Mas. Suaminya saja Konglomerat, kamu tak sebanding dengan suaminya!" teriak Gendis semakin meremehkan Reza.
"Diam atau kita, cerai!" Reza membentak Gendis.
Gendis langsung diam.
"Sudah, sudah!" Narti semakin ngeri mendengarnya.
lanjut thor
ines bukan rasa cinta itu..