Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.
Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.
Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.
Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.
Yang mau liat ilustrasi bisa ke IG : n1.merena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Ronan.
"Apa maksudnya, Tuan?" tanyaku dengan suara bergetar, menghindari penggunaan istilah 'Ayah' yang mungkin terasa terlalu akrab untuk situasi ini. Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dan perasaanku semakin mencekam.
Ayahku, Damian Vesper Nightshade, menatapku dengan mata merah yang seolah bisa menembus jiwaku. "Ronan, kau tahu alasan keluarga Nightshade dapat berdiri kokoh selama berabad-abad?" Suaranya berat dan tegas, seakan setiap kata-katanya membawa beban sejarah dan kekuatan.
Aku menelan ludah dengan susah payah, lalu menjawab, "Karena keluarga Nightshade selalu menghasilkan keturunan yang berbobot, memiliki kecerdasan tingkat tinggi. Tidak hanya itu, setiap anggota keluarga Nightshade adalah orang-orang kuat yang diseleksi agar tidak mencoreng nama keluarga." Kata-kataku terdengar meyakinkan, meskipun dalam hati aku merasa takut jika apa yang kuucapkan tidak sesuai dengan harapan.
Ayahku mengangguk perlahan, senyum misterius yang terukir di wajahnya tampak semakin menakutkan. "Itu benar. Nightshade tidak membutuhkan seseorang yang lemah dan bodoh." Suaranya yang berat seolah menggema dalam kepalaku, membuatku merasa seolah-olah aku berdiri di tepi jurang yang dalam dan gelap.
Aku menahan napas panjang. Ketidakpastian mulai menggerogoti rasa percaya diriku. Aku mengutuk diriku karena terjebak dalam tubuh Ronan yang dianggap sampah ini. Kenapa harus transmigrasi ke dalam tubuh orang bodoh ini?
Mengatur napas, aku akhirnya memutuskan untuk menanyakan dengan penuh keberanian, "Tuan... tidak, Ayah, apa yang harus aku lakukan?" Aku mencoba untuk menyesuaikan diri dengan situasi ini, merasa bahwa penggunaan istilah 'Ayah' mungkin bisa mengubah suasana hati dan menambah peluangku.
Ayahku menatapku dengan bangga, senyuman di wajahnya berubah menjadi lebih lebar. "Tiga hari lagi akan ada seleksi untuk seluruh penerus keluarga Nightshade. Jika kau berhasil bertahan dalam seleksi itu, maka kau akan diakui sebagai pewaris sah Nightshade dan tidak akan disingkirkan." Suaranya penuh penekanan, dan kata-katanya terdengar seperti hukuman yang harus kuterima.
Aku terdiam, mencerna informasi tersebut. Ini adalah kesempatan sekaligus kutukan. Jika aku dapat bertahan hidup, mungkin aku bisa mengubah nasibku. Namun, kegagalan berarti kematian yang cepat. Aku tidak ingin menghadapi bencana besar yang akan datang dalam tiga tahun mendatang, tetapi lebih buruk lagi jika aku mati sebelum waktunya.
Aku menatap Ayahku dengan tekad baru. "Ayah, apakah aku bisa memohon kepadamu?" tanyaku dengan serius, mencoba untuk menghindari perasaan putus asa.
Ayahku menatapku dengan penuh antisipasi. "Katakanlah."
Aku menundukkan kepala dalam-dalam, menahan rasa takut dan putus asa yang melanda diriku. "Kumohon, buatlah aku menjadi lebih kuat dalam tiga hari ini. Jika aku yang sekarang mengikuti seleksi, hanya kematian mengenaskan yang akan menantiku." Aku berhenti sejenak, menelan rasa takut. "Jika Ayah, sebagai Tuan Besar keluarga Nightshade, melatihku secara langsung, aku yakin masih ada harapan bagiku untuk bertahan hidup."
Ayahku tertawa keras, suaranya bergema di seluruh ruangan, menambahkan rasa tertekan yang semakin mendalam. "Hahahaha!" Dia tertawa seolah menemukan sesuatu yang sangat menghibur. "Baiklah... dalam tiga hari, aku akan mengubahmu dari pecundang bodoh menjadi monster yang hanya tahu bagaimana untuk menang." Senyumnya semakin lebar, menunjukkan kegembiraan yang aneh dan menakutkan.
Aku menelan ludah, hatiku bergetar memikirkan apa yang akan terjadi dalam tiga hari ke depan. "Terima kasih," kataku dengan suara rendah, bersyukur meskipun rasa takut masih menyelimutiku.
"Latihan dimulai dari sekarang," kata Ayahku dengan nada berat yang menggetarkan seluruh tubuhku. Sebelum aku bisa bereaksi, sebuah pukulan mematikan telah menghantam tubuhku, membuatku terhempas ke dinding. Darah mengalir deras dari mulutku, dan saat aku mencoba menatap sekeliling, aku melihat sebuah lubang besar di dinding.
Ayahku berdiri di sana dengan senyuman puas di wajahnya, tampak menikmati penderitaanku. Sebelum aku bisa bangkit, dia sudah di depanku lagi, dan sebuah pukulan keras menghantam wajahku, membuatku kembali memuntahkan darah.
"Apa yang terjadi, Ronan? Bukankah kau yang meminta untuk dilatih?" Ayahku mengejek dengan nada provokatif, suaranya penuh sindiran dan tantangan.
Dengan sisa tenaga, aku meludah darah yang tersisa ke arahnya, namun dia dengan tenang menutup tangannya untuk menahan ludahku. Dalam momen itu, aku melompat mundur, mencoba menjaga jarak aman.
"Itu bagus, Ronan. Latihan terbaik adalah pengalaman nyata," kata Ayahku dengan ekspresi serius, menilai tindakanku dengan penuh perhatian.
Aku tersenyum masam, merasakan sakit di setiap otot tubuhku, dan berpikir bahwa mungkin aku akan mati lebih awal dari yang direncanakan. Namun, aku menolak untuk menyerah begitu saja.
Dengan tekad yang kuat, aku siap bertahan hidup. "Majulah," kataku dengan senyuman kecut, mencoba memprovokasi. "Pukulanmu terlalu lembek. Ayo sedikit lebih serius." Aku sengaja menantangnya, berharap bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk bertahan.
Kami saling menatap, dan dengan kilatan kegilaan di matanya, Ayahku menyerang lagi.
the darkest mana
shadow mana
masih ada lagi tapi 2 itu aja cukup