Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Mona Menelepon
"Pagi, sayang." Alex memberikan senyuman manis saat Ayna baru membuka mata.
Pagi-pagi mata Ayna sudah disuguhi pemandangan wajah tampan yang mententramkan hati dan jiwanya.
"Aku masih ngantuk, Mas." Ayna menenggelamkan wajahnya di dada pria yang membuatnya nyaman.
"Lanjutlah tidurnya, sayang. Aku tahu kamu capek." Ledek Alex seraya mengelus kepala Ayna.
"Aw!" Alex meringis, Ayna mencubit perutnya. Tangan wanita itu lebih kecil darinya, tapi cubitannya cukup sakit.
Ayna memasang wajah cemberut pada Alex. Ia kurang tidur karena melayani pria itu hingga hampir pagi.
"Lucu banget kamu kalau cemberut gini. Bibirnya kayak bebek." Ledek Alex mencubit gemas pipi Ayna. Lalu ia mendaratkan kecupan di bibir istrinya sejenak.
"Mas, aku masih ngantuk!" Ayna segera menutup matanya. Ia tidak mau terlalu menatap Alex. Bisa-bisa ia tidak bisa menolak saat Alex menginginkannya kembali. Tubuhnya begitu sangat lelah, ia butuh istirahat.
###
"Ayo Mas, cepat!" Ucap Ayna yang tidak sabaran bertemu kedua orang tuanya.
Alex segera turun dari mobil. Ia menuju bagasi mobil untuk mengambil buah tangan yang tadi sempat mereka beli di jalan.
"Mas, sini biar aku bawa." Ayna akan membantu.
"Sudah, aku saja." Alex mengeluarkan bungkusan dari bagasi mobil. "Sana, kamu masuk duluan!"
Cup
Ayna mengecup pipi Alex dan langsung kabur.
'Kenapa cuma yang kanan? sabar ya pipi kiri, nanti kita tagih!'
"Ayah... Bunda..." Ayna segera berlari memasuki rumah. Ia langsung memeluk kedua paruh baya yang terkejut melihat putri tersayangnya datang.
"Mana suamimu?" Tanya Ayah dengan wajah khawatir. Takut sang putri datang karena ada masalah dengan suami dadakannya itu.
"Lagi turuni barang, Yah." Jawab Ayna masih betah memeluk sang Ayah.
"Kenapa tidak kamu bantui, Nak?" Ayah mengelus kepala Ayna dengan sayang.
"Nggak apa, yah. Ini mau diletak di mana ya?" Alex menunjukkan bungkusan yang dibawanya.
"Aduh, kalian ini kenapa repot-repot sih." Bunda pun menerima bawaan Alex.
Ayna membantu Bunda membuat minum. Matanya melirik-lirik Alex yang berada di ruang tamu dengan Ayah. Ingin menguping karena sepertinya obrolan mereka cukup serius.
'Apa Mas Alex dan Ayah sedang membahas aku, ya?'
"Ay, kenapa kamu melamun?" Ucap Bunda menyadarkan Ayna.
"Ma-maaf, Bun. Aduh kemanisan ini, bisa diabetes." Ayna terlalu banyak meletakkan gula dalam cangkir teh.
"Nak, apa kamu sudah ngisi?" Tanya Bunda serius.
"Hah!!!" Sendok yang Ayna pegang mendadak jatuh. Tangannya jadi gemetaran mendengar pertanyaan Bunda. Dengan segera ia berjongkok dan mengambil sendok itu.
"Ayna antar teh ini ke depan ya, Bun." Wanita itu segera beranjak pergi membawa teh kemanisan itu. Ia menghindari pembahasan itu.
Sementara Bunda hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Setelah meletakkan teh di atas meja, Ayna ikut duduk di samping Alex. Ia akan mendengarkan apa yang diobrolkan 2 pria ini.
"Ayah setuju kamu resign dari kantor itu." Ayah memang sempat khawatir jika Ayna tetap bekerja di kantor yang sama dengan Arga.
"Iya, Yah. Mas Alex menyuruh Ayna resign. Tapi Ayna sudah mengirim lamaran ke kantor tempat Mas Alex bekerja." Jelas Ayna tersenyum lebar.
Alex menoleh dengan tatapan kaget. Ia tidak menyangka istrinya itu bergerak cepat.
"Jadi nanti, kalau Ayna diterima. Ayna akan satu kantor dengan Mas Alex!"
"Kalau diterima, kamu jangan merepotkan nak Alex di sana." Bunda memperingatkan putrinya.
"Nggaklah, Bun. Jabatannya kita beda. Pasti di kantor jarang ketemu juga. Paling pergi sama pulang kerja yang bisa sama." Jelas Ayna kemudian. Ia berharap bisa sekantor dengan suami tampannya.
"Mas Alex bekerja sebagai manajer di WIJAYA GRUP, lho.l!" Ayna dengan bangga memberitahu kedua orang tuanya.
"Sayang..." Alex jadi malu pada kedua orang tua Ayna.
"Manajer apa ya, Mas?" Tanya Ayna dengan wajah serius.
Alex bingung akan menjawab apa.
"Keuangan ya, Mas?" Ayna kembali memastikan. Dan Alex mengangguk, mengiyakan segera. Terserah wanita itu saja.
Ayah dan Bunda tersenyum. Melihat putrinya tampak bahagia, mereka bisa bernafas lega. Alex pasti memperlakukan putri mereka dengan sangat baik.
###
'Semoga Alex suka masakanku!' Mona membawa bungkusan berisi masakannya yang telah dimasak untuk Alex.
Mona menekan bel apartemen Alex.
Sekali...
Dua kali...
Tiga kali...
Pintu tidak juga terbuka.
'Apa dia masih tidur?' Mona merogoh ponsel dalam tas, ia akan menghubungi Alex dan mengatakan jika ia sudah berada di depan apartemen pria itu.
Sementara Ayna dan Alex sedang tidur siang menjelang sore di kamar Ayna. Rencananya mereka akan menginap sehari di rumah Ayah dan Bunda.
"Mas, ponselnya bunyi itu!" Dengan masih terpejam Ayna membangunkan pria di sampingnya.
"Sudah, biarkan saja." Alex menarik Ayna agar makin dekat padanya.
"Angkat dulu, Mas!" Ayna pun bangun dan mengambil ponsel Alex di atas meja nakas.
"Mas, Mona menelepon." Ucap Ayna kembali berbaring di tempat tidur.
"Biarkan saja!"
Baik Ayna dan Alex sama-sama masih mengantuk. Mereka masih setengah sadar.
"Jawab Mas Alex, mungkin penting!" Ayna menyerahkan ponsel itu.
"Kamu jawab saja." Mata Alex sulit dibuka.
"Halo..." Jawab Ayna segera.
Tak ada jawaban hanya hening.
"Halo." Ucap Ayna kembali.
Tut... tut... tut...
"Mas, ditutup." Ucap Ayna.
"Salah sambung mungkin. Ayo tidur lagi, Ay!"
Ayna mengangguk. Mereka kembali mendengkur sambil saling berpelukan.
Sementara di depan pintu apartemen Alex. Mona kaget mendengar suara wanita yang menjawab ponsel Alex.
'Siapa dia? apa itu kekasihnya?'
Mona jadi bertanya-tanya dalam hati, siapa wanita yang menjawab teleponnya? Suara wanita itu baru bangun tidur, apa Alex sedang bersama wanita itu?
Dengan perasaan kesal Mona pun pergi dari apartemen Alex. Ia akan bertanya langsung pada pria saat masuk kerja besok.
###
Tangan Alex meraba-raba sekitarnya mencari ponsel yang berdering.
"Mana sih?" Gumam Alex yang berat membuka matanya.
"Ini bukan ponselku? sejak kapan ponselku kenyal-kenyal?" Alex pun terpaksa jadi membuka mata. Dan,
'Astaga.' Alex melihat tangannya malah memegang aset kenyal sang istri.
Alex menjauhkan tangannya segera. Ia melihat wajah Ayna yang masih terlelap tenang. Senyum Alex pun mengambang.
Dalam pikirannya ia akan kembali menjamah tubuh Ayna.
Tapi deringan kembali dari ponsel itu, membuat lamunannya ambyar sudah.
"Apa, Jo?" Tanya Alex sinis.
"Ayna Renata... ia sudah mengirimkan lamarannya." Ucap Jo dari seberang sana.
"Ok. Lakukan interview besok!" Alex memelankan suaranya. Ia tidak mau Ayna mendengar pembicaraannya.
Setelah mengatakan rencananya soal Ayna pada Jo. Alex mengecek ponselnya. Matanya terbelalak melihat beberapa panggilan dari Mona. Dan salah satu panggilan itu terjawab.
Alex memutar otaknya, mengumpulkan kembali ingatannya.
Mona meneleponnya hari ini, kapan ia menjawabnya? Alex tidak merasa hari ini ada menjawab telepon dari Mona.
Alex pun melihat Ayna. Ia mulai ingat jika tadi Mona menelepon dan ia yang meminta Ayna menjawabnya.
'Semoga Ayna lupa dan tidak bertanya macam-macam nanti."
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘