Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 34 Jenuh
“Kamu kenapa Don?” Dokter Rafael selesai memerikasa Donny, dia menyimpan semua alat-alatnya ke dalam tasnya. “Apa adik kecil kamu itu membuat ulah lagi?”. Donny terdiam sejenak lalu kemudian bangkit dari berbaringnya dan duduk di sofa.
“Apa yang mengganggu pikiran kamu?”. Laki-laki itu masih diam membuat sepupunya semakin mengkhawatirkannya.
“Donny…”. Donny hanya menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan.
“Saya merasa ada yang berbeda dengan hubungan saya dan Natasya”. Akhirnya Donny mulai berbicara.
“Maksud kamu”?
“Selama enam tahu kami bersama, saya tidak pernah merasa perasaan seperti sekarang”. Adunya pada sepupunya.
“Dia tidak berubah sama sekali, saya pun merasa tidak ada yang berubah”, Donny diam sejenak memikirkan kembali pertemuannya dengan Natasya beberapa kali terakhir. “Tapi kenapa ada yang berbeda?”. Lanjutnya.
“Mungkin kamu sedang bimbang”. Donny mendongak menatap sepupunya. “Tentang apa?” tanyanya.
“Tentang perasaaan kamu padanya”. Donny semakin tidak mengerti. “maksud kamu?”.
“Mungkin kehadiran Mia di kehidupan kamu membuat perasaan kamu pada Natasya jadi berubah”. Donny kembali mengernyit benar-benar tidak mengerti maksud sepupunya.
“Hati kamu. Apa yang sebenarnya kamu rasakan pada adik kecilmu itu?”. Donny tercengang. Perasaannya pada Mia?, perasaan itu hanya perasaan kakak pada adiknya, perasaan ingin melindungi dan tidak ada perasaan yang lain.
“Kamu tahu selamanya saya hanya menganggapnya seperti adik, Raf. Tidak ada perasaan yang lain untuknya”. Donny mengatakannya dengan tegas.
“Kamu yakin?”
“Tentu saja”.
“Berarti kamu hanya sedang jenuh”. Dokter rafael bangkit dari duduknya, merasa kalau tidak ada yang salah dengan kesehatan sepupunya, mengambil tasnya yang masih ada di atas nakas di samping tempat tidur. “Jenuh dengan hubungan kamu, jenuh dengan penantian tidak pasti kamu”. Lanjut Dokter muda itu.
“Saya balik ke rumah sakit. Minum air putih yang banyak, dan…” berhenti sejenak, “pastikan perasaanmu pada adik kecil mu. Dia cantik”. Seketika Donny menatap tajam pada sepupunya itu, Dokter Rafael terkekeh dan menghilang di balik pintu.
Perasaannya pada Mia, kenapa Dokter Rafael bisa menyimpulkannya seperti itu. dia pernah bilang kalau akan menjaga Mia seperti adiknya meskipun perjanjian pernikahan mereka berakhir. Tidak ada perasaan yang lain selain persaudaraan. Tapi benarkah?.
Akhir-akhir ini dia merasa sangat damai dan nyaman bersama gadis itu, bahkan hanya melihatnya terlelap saja sudah membuat hatinya yang kacau menjadi tenang.
Donny mengusap wajahnya kasar, mencoba mengenyahkan fikiran-fikiran yang membuatnya semakin pusing. Dia akan menyetujui pendapat Rafael bahwa dia hanya jenuh. Ya, mungkin saat bertemu lagi dengan Natasya rasa jenuhnya akan hilang dan perasaannya akan kemabli lagi seperti dulu.
“Apakah saya boleh masuk, Tuan?”. Donny menyahut, Alfandy masuk bersama Bu Mira.
“Permisi Tuan”. Bu Mira pergi setelah meletakkan nampan berisi sarapan untuk Donny.
“Duduk, Al”. Al duduk di sofa yang berada di samping Donny.
“Apa yang kamu katakan pada Mia waktu saya sakit tempo hari”, Alfandy membulatkan matanya terkejut lalu dengan cepat mengubah ekspresinya.
“Maafkan saya, Tuan”.
“Apa kamu juga mengancammnya akan membuat Fiona kehilangan pekerjaannya”. Al semakin menunduk, dia sangat malu pada Donny.
“Maafkan saya, Tuan”.
“Sudah minta maaf”, Al diam tidak berani mengatakan apapun.
“Bukankah saya sudah mengatakan pada semua orang untuk menghargai dan menghormatinya seperti saya. Kamu orang yang paling saya percaya, Al. dan kamu mengecewakan saya”.
“Ini pertama dan terakhir, Al. Jika masih kamu ulangi bertindak kurang ajar pada istri saya, saya tidak akan memafkan kamu apapun alasan kamu”.
“Maafkan saya, Tuan”. hanya maaf yang bisa Al ucapkan. Dia tahu kekurang ajarannya pada Nyonya mudanya, dia juga menyesalinya.
“Kamu boleh keluar, Al”.
“Baik, Tuan”. Alfandy lalu keluar dari kamar Donny dan masuk ke dalam ruang kerja Tuannya. Banyak hal yang harus dia kerjakan sebelum kembali ke perusahaan bersama Donny.
Mia merapikan semua kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerjanya, menyusunnya kembali ke dalam map nya masing-masing. Sebentar lagi jam kantor usai dan gadis itu sejak tadi sudah gelisah ingin cepat pulang.
Sepanjang hari dia gelisah mengingat Donny tadi sakit saat dia tinggalkan. Dia ingin menghubungi Donny tapi ponselnya tertinggal di rumah, dan lagi hingga saat ini dia dan Donny belum bertukar nomer handphone.
“Tumben buru-buru pulang”, Cilla bertanya ketika melihatnya mematikan layar komputernya.
“Kamu juga, tumben pulang tepat waktu. sudah baikan sama pacar kamu? Sudah nggak galau lagi?” Mia memberi pertanyaan balik pada Cilla. Gadis itu berdecak lalu merangkul Mia dan berjalan bersama.
Pintu lift terbuka, matanya langsung menangkap sosok yang dia khawatirkan sepanjang hari ini saat melangkah keluar lift. Laki-laki itu sedang duduk di sofa tunggal yang ada di loby dengan kaki kakan memamngkku kaki kirinya, di tangannya ada tablet yang biasa di bawa ke mana-mana. Dan di belakang laki-laki itu ada…. Alfandy.
Pandangan mereka saling bertburukan, laki-laki itu tersenyum padanya lalu berdiri hendak menghampirinya. Cilla yang melihat temannya terdiam seperti patung mengkerutkan dahinya dan megikuti arah pandang temannya itu.
Mendadak Cilla juga ikut terdiam dengan bibir yang sedikit terbuka, saat ini mereka sedang memandang sosok yang sama yang sedang berjalan ke arah mereka.
“Tuan Donny, maafkan saya yang tidak mengetahui kedatangan anda”. CEO perusahaan bersama beberapa orang berlari kecil ke arah Donny, perhatian Donny pun teralihkan pada mereka. padahal jaraknya dengan Mia tinggal beberapa langkah lagi. Mia bernafas lega, dan menarik tangan Cilla meninggalkan loby. Donny memberi isyarat pada Alfandy untuk mengejar Mia, dia memang datang kemari untuk menjemput Mia.
“Tidak apa-apa, saya hanya melihat-lihat sebentar”, ucap Donny. Pikirannya saat ini tertuju hanya pada Mia, dia takut gadis itu pulang sendiri karena tidak menemukan Leo, Al sudah menyuruhnya pulang saat mereka tiba.
“Kalau begitu silahkan kita ke ruangan saya”, CEO itu mempersilahkan Donny dengan sopan.
“Terima kasih, tadi saya hanya mampir sebentar”. Tolaknya sopan. Seorang pria berpakain serba hitam tiba-tiba datang membisikkan sesuatu pada Donny.
“Kalau begitu saya permisi”, pamit Donny pada orang-orang itu. Donny menghentikan mereka saat akan mengantarnya ke luar. Di mobilnya saat ini sudah ada Mia, Alfandy tadi berhasil menghentikannya yang akan pulang dengan menggunakan taksi online.
Donny lalu keluar dari perusahaan itu dan hanya di ikuti oleh pengawal pribadinya.
“Maafkan atas kelancangan saya beberapa waktu yang lalu, Nyonya”. Mia membulatkan matanya, terkejut dengan Alfandy yang tiba-tiba minta maaf padanya. Saat ini gadis itu sudah duduk di dalam mobil dengan Al yang masih berdiri di samping mobil itu menunggu Tuannya.
“Saya tahu sangat terlambat, tapi saya benar-benar berharap anda akan memafkan saya”. Mia menaruh tangannya di dada dan memutar bola matanya tidak perduli dengan permintaan maaf Alfandy, dia terlanjur kesal dengan laki-laki itu.
Tidak lama kemudian, Alfandy membuka pintu mobil membuat Mia kaget. Gadis itu memegang dadanya terkejut, pikirnya Alfandy akan memaksa di maafkan tapi ternyata Alfandy membuakkan pintu mobil untuk Donny. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.