Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Orang-orang di dalam ruangan rapat mulai meninggalkan ruangan satu persatu. Menyisakan Bryan, Annelise, Pak Halim dan Bella serta beberapa orang dengan jabatan penting dari perusahaan itu.
Mereka masih sempat membahas proyek besar yang dalam waktu dekat akan di kerjakan. Perusahaan Bryan dan Pak Halim bekerjasama untuk membangun hotel bintang 5 di kota Batam. Ini akan menjadi proyek kedua yang Bryan kerjakan di kota yang terkenal dengan julukan Kota industri. Sebelumnya, Bryan sudah membangun mall besar yang sekarang cukup terkenal di sana. padahal belum lama di resmikan.
"Saya permisi karna masih ada urusan." Bryan pamit sambil berdiri dari duduknya. Semua orang ikut berdiri untuk menjabat tangan Bryan. Usianya yang terbilang masih sangat muda, bukan berarti Bryan tidak di segani oleh para pengusaha yang jauh lebih tua darinya. Kemampuan Bryan dalam mengembangkan bisnis cukup di kagumi para seniornya. Apalagi semua orang tau siapa orang tua Bryan. Shaka juga di segani banyak rekan bisnisnya.
"Terimakasih Pak Bryan, mari saya antar." Dengan penuh rasa hormat, Pak Halim mengantar Bryan keluar dari ruangan rapat. Bella seperti tidak mau ketinggalan, anak dari pemilik perusahaan itu segera menyusul dan berjalan di samping Bryan dengan rasa percaya diri yang tinggi. Meski semalam kesal pada Bryan karna merasa di tolak mentah-mentah, nyatanya pesona Bryan tidak mampu menyurutkan obsesi Bella pada sosok pria tampan itu.
"Apa nanti malam Kak Bryan punya waktu luang.? Aku punya rekomendasi tempat yang bagus untuk menikmati malam di Kota ini." Ujar Bella penuh semangat. Bella sedikit mencondongkan badannya ke arah Bryan. membuat pria itu melirik malas.
"Saya tidak punya waktu." Lagi-lagi Bryan menunjukan penolakan secara terang-terangan. Sejak awal memang tidak suka ketika melihat Bella, sampai-sampai Bryan melakukan sandiwara secara spontan di depan Pak Halim dan Bella dengan memperkenalkan Annelise sebagai sekretaris sekaligus kekasihnya.
Meski Bella sudah tau kalau Bryan memiliki kekasih, bahkan kekasihnya juga ada di sana, Bella seakan tidak peduli dan pantang menyerah untuk menarik perhatian Bryan.
Sementara itu, Annelise malah sengaja memperlambat langkahnya agar berada di belakang rombongan itu. Dia malas berbasa-basi, apalagi harus mendengarkan ocehan Bella yang membuat telinganya panas. Annelise paling tidak suka melihat orang yang bersikap pura-pura, bukan tampil apa adanya.
...*****...
"Kita ada jadwal jam 2 siang. Masih ada waktu 3 jam sebelum bertemu relasi kerja. Saya mau minta ijin pergi mall." Kata Annelise. Mereka baru tiba di tempat parkir dan sekarang sudah berdiri di samping mobil mewah yang Bryan sewa.
"Ijin di tolak, aku melarang kamu pergi sendirian ke mal. Kalau kamu hilang, aku yang repot. !" Jawab Bryan dnegan ekspresi ketus dan dingin yang tidak pernah ketinggalan.
Annelise memutar malas bola matanya. Bryan ini bercanda atau sedang mengejeknya. Annelise sudah berusia 25 tahun, bukan anak usia 5 tahun yang akan hilang kalau di lepas di tempat umum.
"Pak Bryan, saya bisa mengoperasikan ponsel pintar ini dengan baik. Bagaimana mungkin saya hilang.? Bapak sangat tidak masuk akal." Annelise mengangkat ponsel miliknya di depan wajah, menunjukkan pada Bryan kalau dia bisa menyusul di manapun Bryan berada dengan ponsel itu.
Bryan tidak bergeming, dia membuka pintu mobil dengan wajah kesalnya karna Annelise terus membantah.
"Masuk, aku membawamu ke sini karna urusan pekerjaan. Buktikan kalau kamu memang profesional dalam bekerja seperti yang sering kamu katakan pada ku.!" Titahnya.
Annelise berdecak malas, sayangnya dia tidak punya pilihan lagi selain masuk ke dalam mobil itu.
"Kita makan siang dulu." Ucap Bryan seraya melajukan mobilnya meninggalkan perusahaan milik Pak Halim.
"Hem." Saking kesalnya pada Bryan, Annelise hanya berdehem pelan.
Bryan tampak melirik tajam, seumur-umur baru kali ini ada wanita yang berani bersikap ketus dan pembangkang seperti Annelise. Sikapnya berbanding terbalik dengan sekretaris-sekretaris sebelumnya yang sangat patuh dengan semua perkataan Bryan. Sayangnya mereka tidak profesional, karna tak jarang bersikap seakan ingin menggoda Bryan. Memancing Bryan agar menyentuhnya.
Tapi Annelise.?? Jangankan menggoda Bryan, dekat-dekat dengan Bryan saja terlihat malas. Tidak heran kalau tawaran konyol Bryan di tolak mentah-mentah oleh Annelise. Namun penolakan itu justru membuat Bryan semakin berfikir keras untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Annelise melotot tidak percaya ketika Bryan membelokkan mobilnya ke Mall terbesar di kota itu. Kepalanya cukup pusing untuk sekedar memahami isi kepala Bryan. Jelas-jelas Bryan melarangnya saat meminta ijin pergi ke Mall, sekarang Bryan malah membawanya ke Mall. Benar-benar di luar nalar. Entah apa yang ada dalam pikiran Bryan. Kenapa tidak bilang saja akan mengantar atau menemani Annelise ke Mall, tanpa harus berbelit-belit dan sempat membuat Annelise kesal.
"Padahal Pak Bryan hanya perlu bilang akan mengantar saya ke Mall, tidak perlu melarang dnegan alasan nanti saya hilang." Cerocos Annelise sambil melepaskan sabuk pengaman.
"Kamu terlalu percaya diri. Restorannya ada di dalam Mall. Lagipula saya ingin melihat perkembangan Mall yang baru 1 tahun lalu saya resmikan." Jawab Bryan seraya keluar dari mobil.
Annelise menepuk keningnya, dia menahan malu karna sudah salah sangka pada Bryan. Lagipula Annelise mana tau kalau restoran tempat makan siang mereka ada di Mall ini, dia juga tidak tau kalau Mall ini milik Bryan.
"Astaga Annelise, ada apa dengan isi kepala mu." Annelise merutuki ucapannya yang membuatnya malu di depan Bryan.
Tokk,,, tokk, tokk,,
Bryan mengetuk kaca jendela cukup keras.
"Mau sampai kapan di dalam.?!" Gerutunya.
"Iya, iya, aku turun.!" Kata Annelise setelah membuka pintu. Dia buru-buru keluar dari mobil karna Bryan terlihat akan meninggalkannya.
...******...
Duduk berhadapan, keduanya sedang menikmati makan siang dalam diam. Sudah mirip seperti orang asing yang di pertemukan dalam satu meja. Annelise terkadang sibuk dengan ponselnya. Begitu juga Bryan. Dia beberapa kali menerima telfon dari seseorang.
"Cepat habiskan makanan mu." Titah Bryan. Annelise lantas melirik piring milik bosnya, piring itu sudah kosong tanpa ada sisa makanan.
"Bapak sedang buru-buru.? Tidak apa-apa saya ditinggal saja."
Bryan berdecak. "Kamu ikut saya ke office."
Annelise tidak mendebat lagi, dia buru-buru menghabiskan makanannya.
Kini keduanya sudah berada di dalam lift yang akan membawa ke lantai 5, dimana semua ruangan manager, supervisor dan staff ada di sana.
Begitu Bryan masuk ke dalam kantor, beberapa pekerja yang sedang bercanda tampak gelagapan dan kembali ke mejanya masing-masing. Mereka tidak tau kalau Bryan akan melakukan sidak. Hanya orang kepercayaan Bryan yang tau kedatangannya.
"Selamat siang Pak Bryan." Sapa meraka ramah, tapi tidak bisa menyembunyikan kegugupannya karna sadar telah melakukan kesalahan di jam kerja. Karna jam istirahat sudah lewat.
"Annelise, catat nama-nama mereka yang sibuk mengobrol.! Kamu masih hapal wajah-wajahnya kan.?!" Titah Bryan dengan aura dingin yang membuat ruangan terasa mencekam.
Annelise tidak membantah, dia langsung melaksanakan perintah dari Bryan dengan menghampiri beberapa orang yang tadi kedapatan sedang berkerumun di salah satu meja sambil bercanda.
"Maaf, saya hanya menjalankan perintah dari Pak Bryan." Ucap Annelise ketika mulai mencatat salah satu nama karyawan. Dia hanya perlu melihat name tag, tanpa harus bertanya pada mereka.
'Mampus, kita dapat SP.'
'Bagaimana ini, aku takut di pecat.'
'Kenapa tidak ada info kalau Pak Bos datang.'
Beberapa orang saling berbisik panik.
"Sudah saya catat semua Pak." Kata Annelise pada Bryan.
"Ikut saya.!" Bryan berjalan menuju ruangan manager. Annelise membuntutinya di belakang. Baru kali ini Annelise melihat aura Bryan berkali-kali lipat lebih menakutkan dari biasanya.
"Dia seperti ingin menelan orang hidup-hidup." Lirih Annelise.
"Aku mendengarnya Annelise.!" Tegur Bryan tanpa menoleh. Annelise menelan ludah susah payah, kemudian meminta maaf dan memilih diam.