“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27.
Hingga keesokan paginya, susana hati Kevin masih muram, sementara Gadisya benar benar tidak tahu menahu bahwa Kevin sedang memendam rasa cemburu, ia terus menerus mengajak Kevin bicara, namun Kevin selalu diam, jika kemarin kemarin wajahnya sudah terlihat lebih rileks, kali ini wajahnya terlihat kembali kaku seperti dulu.
Bahkan ketika sarapan, dan perjalanan menuju rumah sakit, Kevin tetap dalam mode diam.
Ia mulai bereaksi ketika Gadisya menanggapi sapaan para dokter Pria yang kebetulan melewati mereka, bahkan ada beberapa perawat pria yang terang terangan menggoda Gadisya yang tengah bergandengan tangan dengan suaminya.
Tentu saja hal itu membuat Kevin makin geram, hingga ia justru tak ingin melepaskan Gadisya ketika ia hendak berjalan menuju ruangannya.
"Bang … mau kemana?" Sebentar lagi jam praktekku dimulai."
"Keruanganku sebentar, ada yang mau aku bicarakan." Jawab Kevin, ia sedang dalam mode tak ingin di bantah.
Sesampainya mereka di ruangan Kevin, pria itu langsung melonggarkan dasinya, bahkan berjalan mondar mandir dengan perasaan gelisah.
Gadisya yang kebingungan dengan tingkah Kevin, hanya diam dan menunggu, hingga pria itu memulai pembicaraan.
Tiba tiba Kevin mencengkram kedua lengan Gadisya, kedua matanya nampak memancarkan emosi yang sulit di tebak. "Jangan ulangi lagi, jangan lakukan lagi!!" Hardik kevin.
Gadisya agak terkejut mendengar ucapan Kevin, "apa yang tidak boleh kuulangi?"tanya Gadisya kebingungan.
Kevin kebingungan, jika ia terus terang mengatakan tidak rela Gadisya tersenyum pada pria lain, tentu Gadisya akan tahu kalau ia sedang cemburu berat, gengsi dan harga dirinya terlalu mahal jika harus mengakuinya di depan Gadisya. "Jangan lagi …" walau ragu Kevin akhirnya berucap.
"Jangan lagi apa?" Tanya Gadisya semakin penasaran.
"Ituuu jangan lagi tersenyum di hadapan para pria." Akhirnya … walau terpaksa, terucap juga kalimat keramat tersebut.
Gadisya terkejut sesaat, kemudian ia mengulum senyuman, pelan pelan Kevin melepas cengkraman tangannya.
"Seperti katamu, hanya 3 bulan saja, jangan lupakan itu," Kevin berbicara dengan nada berapi api, menutupi rasa gengsinya. "Dan juga … " kalimat Kevin terhenti ketika Gadisya tiba tiba melingkarkan lengan memeluk tubuhnya.
Tubuhnya menegang, tak bereaksi sama sekali, ia sungguh terkejut dengan reaksi istrinya, Kevin tidak menyangka Gadisya akan langsung memeluknya, dan jujur saja pelukan Gadisya sungguh membuat perasaan resah gelisah yang melanda dirinya sejak kemarin, jadi musnah seketika, berganti dengan perasaan bahagia. "Maaf, aku tak akan mengulangi nya, tenang saja, aku ingat dengan jelas, 3 bulan perjanjian kita."
Walau terasa getir perasaannya, namun Gadisya tak menampakkan nya, ia tersenyum, demi meredakan amarah suaminya, bahkan memberanikan diri memeluk Kevin, padahal ia malu setengah mati.
"Ternyata suamiku begitu manis jika sedang cemburu." Gadisya meletakkan kedua telapak tangannya di pipi Kevin yang mulai memerah.
"Jadi jam berapa jadwal praktek mu?" Tanya Kevin.
Gadisya terkejut, "oh ya Tuhan, aku jadi melupakan nya,"
Dengan panik, Gadisya berlari meninggalkan ruangan Suaminya.
🌻🌻🌻
Erina mondar mandir di lobi depan William Medical Center.
Sejak kemarin malam kembali melihat Kevin, hatinya kembali goyah, perasaan yang selama ini ia kira telah sirna, ternyata masih melekat dengan kuat, Sebagian besar dari dirinya bahkan tidak mampu merelakan Kevin menjadi milik wanita lain, terlebih wanita itu adalah kawan baiknya sendiri.
Dan kini di sini lah ia, ingin mencoba menenangkan hatinya, merasa dekat dengan mantan kekasih nya, walau hanya dengan berada di tempat yang sama dengan sang mantan.
Kevin selalu memiliki tempat Spesial di hatinya, walau saudara kembarnya berwajah 90% sama dengannya, tapi itu tak pernah berhasil membuat hatinya berpaling, baginya, Kevin adalah dunia dan seluruh isinya, ia bahkan rela melakukan apa saja agar bisa berada disisi nya, ia tak rela ada perempuan lain yang mendekati pria pujaannya.
Karena itulah ia mengalami depresi hebat, ketika Kevin mengakhiri hubungan mereka secara sepihak, rasanya langit dunia runtuh seketika, kebahagiaan dan angannya bersama Kevin musnah, sirna, berganti menjadi duka dan awan gelap tak berkesudahan.
Sejak kecil, Erina selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan, tak peduli walau harus melawan seisi dunia, bahkan orang tuanya juga harus berusaha mendapatkannya, karena jika belum dia dapatkan, Erina bisa sakit selama berhari hari.
Bagi kedua orang tuanya, Erina laksana porselen antik nan sangat berharga, tak boleh rusak, tak boleh kotor, bahkan tak boleh disentuh orang asing, hanya yang terbaik yang dipersembahkan untuknya, padahal jika orang tuanya mau sedikit saja bersusah payah memberinya luka dan rasa sakit, tentu Erina tak akan berubah menjadi sosok egois dan merasa semuanya harus ia miliki.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Kevin tengah bersiap meninggalkan rumah sakit, ia sudah mengirimkan pesan bahwa dirinya menunggu di mobil, jadi Gadisya tak perlu ke ruangannya.
Melihat Kevin berjalan mendekatinya, Erina sangat bahagia, padahal Kevin sama sekali tak melihat kehadirannya, ia justru sijuk dengan ponsel dan medsos nya.
Kevin baru berhenti melangkah, manakala melihat Erina tengah berdiri dihadapannya dan menghalangi jalannya.
"Bisa kita bicara?" Pinta Erina memelas.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Jawab Kevin dingin.
"Tapi aku perlu bicara."
"Maaf Erin, aku tidak bisa,"
Erina mulai meneteskan air mata mendengar penolakan Kevin. "Tapi aku ingin,"
Kevin menggeleng, kemudian ia berlalu, tak pantang menyerah, Erina pun mensejajarkan langkahnya.
"Ku mohon," pinta Erina Lagi.
Dengan berat hati Kevin pun mengiyakan permintaan Erina.
Kevin membawa Erina jauh dari keramaian rumah sakit.
"Bicaralah… aku mendengarkan."
"Tidak bisakah kita kembali seperti dulu?"
Kevin menggeleng.
"Aku masih sangat mencintaimu, entah kenapa seluruh duniaku hanya berpusat kepadamu."
Kevin hanya diam, dia terlalu malas menghadapi sifat posesif Erina, walau ia sendiri tak menampik memiliki sifat yang sama dengan Erina, tapi sikap Erina, benar benar membuatnya lelah.
"Aku akan berubah, aku janji, aku tak akan melarangmu berbicara dengan lawan jenis lagi, bahkan aku tak akan menghalangi jika kamu ingin bersama teman temanmu tanpa kehadiran ku, yah? yah? yah?" Ujar Erina.
Erina sadar, dulu ia terlalu membatasi gerak gerik Kevin, bahkan untuk bertemu Dio dan Rendra saja, Kevin harus di interogasi nyaris Satu jam, dan bagi Kevin itu sebuah siksaan.
"Aku sudah menikah," kini Kevin menggunakan senjata terakhirnya, "aku tak mungkin kembali padamu," tak mungkin juga Kevin mengatakan, bahwa pernikahannya mungkin hanya akan berlangsung 3 bulan ke depan.
"Apa kamu mencintai nya, sama seperti kamu mencintaiku?" Tanya Erina pilu.
"Bahkan lebih," dustanya.
"Kenapa Harus Gadisya … !!!" pekik nya tajam, "kenapa bukan aku saja yang kamu cintai." Erina kembali menangis pilu. "Gadisya itu teman baikku, kenapa kamu harus membagi cintamu padanya," bulir air mata itu semakin deras, sesuatu yang dulu pernah menjadi miliknya yang paling berharga, kini memilih wanita lain dan dia adalah kawan baiknya, membuat Erina semakin terluka.
.
.
.
.
.
.
Haruskah Erina yang mengalah? Atau Gadisya? Atau mungkin Kevin memiliki pilihan lainnya? si anak sultan mulai berhadapan dengan pahitnya dunia percintaan, wes bang, sekarang merasakan bagaimana dulu papi Alex berdiri di persimpangan? Monggo …
.
.
.
.
.
Kevin: Othor jahad!!! 😤
.
Othor: biarin 🤪
.
.
Sampai jumpa esok di jam kunti 👻👻👻
.
.
.