Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #13
Abimanyu memegangi kertas dengan tangan gemetaran, dia tidak menyangka jika apa yang dia inginkan dan cari selama ini akhirnya terwujud. Hasil tes DNA menyatakan jika Alvarendra anak kandung dari Abi dan berarti Anaya adalah gadis yang tanpa sengaja dia lecehkan dulu. Abi menghubungi Al dan berkata ingin bertemu di taman karena Abi belum pulang dari apartemennya yang berada di kota S.
Beberapa menit kemudian.
Abi sedang menunggu Al dibangku, dia mengedarkan pandangan karena Al sudah terlambat lima belas menit.
Saat Abi menoleh ke sebelah kiri, terlihat Al yang sedang berjalan ke arahnya. Abi tersenyum lalu dia segera beranjak dari bangku.
Al sampai di tempat Abi berdiri, dia menatap wajah Abi yang tampak haru.
"Ada apa, Pak?"
"Jangan panggil saya dengan sebutan Pak lagi, kamu harus panggil saya dengan sebutan Papa." Abi berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Al dan dia langsung mendekap tubuh kecil milik Al.
Al paham akan ucapan Abi, dia tersenyum bahagia lalu membalas pelukan Abimanyu.
"Apa hasil tes darah itu sudah keluar?"
Abi mengangguk. "Hasilnya positif, kamu memang benar anak kandung Papa. Papa sangat bersyukur setelah bertahun-tahun mencari kalian akhirnya Papa menemukan kalian berdua."
Pelukan terurai.
"Pa, kenapa meninggalkan Mama disaat sedang mengandung aku?"
"Belum waktunya kamu mengerti soal itu, Nak. Jika kamu sudah dewasa pasti kamu akan memahami segalanya." Abi mengelus pucuk kepala Al.
"Jadi Pak Abimanyu adalah Ayah kandungku?"
Abi mengangguk cepat.
"APA!" pekik Anaya yang sudah berada di belakang Abi .
Abi dan Al yang kala itu saling memandang tidak sadar jika Anaya sudah ada di belakang mereka. Anaya pergi membuntuti Al setelah Al mengatakan ingin bermain ke rumah temannya dan Anaya seperti sedikit curiga dengan sikap Al belakangan ini. Dia memutuskan untuk mengikuti kemana Al pergi dan akhirnya dia tahu jika selama ini secara diam-diam Al terus mencari keberadaan Papanya.
Anaya berjalan mendekati Al dan Abi, dengan cepat dia menarik tangan Al dan melotot ke arah Abi.
"Jangan sentuh anakku!' teriaknya penuh emosi.
"Naya, aku—" Abi mencoba mendekati Anaya tetapi Anaya dengan cepat mengangkat sebelah tangannya.
"Stop! Anda tidak perlu mengatakan apapun, saya sudah mendengar semuanya dan saya pastikan jika ucapan Al salah. Anda bukan Papanya Al karena Papa Al sudah mati!" tukas Naya dengan penekanan.
Betapa sakitnya hati Abi saat mendengar penuturan dari bibir Anaya, dia tahu jika dia salah maka dari itu dirinya ingin menebus semua kesalahan dengan cara menikahi Anaya.
"Naya, aku sudah lama mencarimu . Aku mendapat informasi jika kamu di us—"
"DIAM!" sela Naya dengan cepat.
Abi sangat terkejut begitupun dengan Al yang baru kali ini melihat sang Mama marah hingga sebesar ini.
"Ma, maafkan Al yang sudah melanggar peringatan dari Mama." Al berkata dengan nada sedih.
Anaya menghela nafas berat lalu dia menarik tangan Al.
"Jangan pernah menemui putraku lagi dan jangan pernah tampakkan diri Anda di hadapan kami." Anaya segera pergi dari sana.
Abi menatap kepergian Anaya dengan nafas sesak, baru saja dia menemukan buah hatinya dan sekarang Naya menghalanginya untuk bersama dengan sang buah hati.
Abi terduduk lemah di bangku, dia menunduk dan mengusap wajah dengan kasar.
"Aku sadar aku salah, aku sudah mengakuinya tetapi apa tidak ada kesempatan kedua untukku? Aku benar-benar tidak senagaja melakukan semua itu, Anaya. Maafkan aku, aku hanya ingin bersama dengan kalian dan membahagiakan kalian berdua." Abi meneteskan air mata, dia sangat hancur ketika Naya melarangnya untuk bertemu dengan Al.
Di rumah.
Anaya melepas tangan Al yang sedari tadi dia genggam, Naya menatap wajah Al dengan sedikit rasa marah bercampur kecewa.
"Kenapa kamu melanggar perkataan Mama, Al? Apa kamu sudah tidak sayang lagi dengan Mama? Kamu sudah tidak patuh terhadap Mama lagi?" Anaya berkata lirih.
Al menghambur ke pelukan Naya. ''Mama gak boleh bicara seperti itu, Al hanya ingin tahu siapa Ayah kandung Al yang sebenarnya."
Naya hanya diam saja tanpa membalas pelukan dari Al, tetesan air mata jatuh begitu saja dari pelupuk mata Anaya. Al menatap wajah Naya lalu dia menghapus air mata yang ada di pipi Naya.
"Mama gak boleh nangis." ucap Al menenangkan Anaya.
"Mama seperti ini karena kamu."
"Maafkan, Al."
Naya menatap wajah Al, dia menangkupnya dan manik mata mereka saling memandang.
"Mama akan memaafkan kamu tetapi dengan satu syarat, jangan pernah lagi menemui Pak Abimanyu karena kamu bukan anaknya."
Al melepaskan tangan Naya yang ada di wajahnya. "Pak Abi sudah melakukan tes darah dan hasilnya positif, Al adalah anak kandung Pak Abi."
Anaya kecewa dengan jawaban dari Al. "Kamu ingin menyakiti perasaan Mama?"
Al dengan cepat menggeleng. "Ma, biar bagaimanapun Pak Abi adalah Ayah kandung Al. Iya'kan? Al tidak ingin menjadi menjadi anak durhaka jika Al tidak mematuhi ucapan Mama, tetapi Al juga tidak ingin menjadi durhaka jika Al tidak menganggap Pak Abi sebagai Ayah kandung Al ditambah harus meyakinkan jika Ayah Al itu sudah tiada sementara beliau masih sehat."
Naya tidak tahu lagi harus bicara apa, sakit hati yang masih membekas di dalam dadanya tidak bisa dia lupakan. Abi—lah penyebab dia diusir dari rumah dan tidak di anggap keluarga, karena Abi—lah dia mengandung tanpa seorang suami dan harta berharga yang mati-matian dia jaga dengan benar hancur sudah dan hilang hanya dalam sekejap mata.
Naya pergi dari dalam kamar milik Al, dia ingin menenangkan pikiran barulah bisa mengambil keputusan dengan benar.
"Ma! Mama!" Al berteriak kencang dan ingin mengejar Naya tetapi pintu kamar dengan cepat tertutup dan Anaya menutupnya dengan kencang hingga Al terlonjak kaget.
Al yang tahu jika sang Mama sedang marah besar hanya mampu berdiam diri menatap pintu kamar.
"Maafkan Al yang sudah membuat Mama marah besar seperti ini." Al menunduk sedih dan dia pergi ke jendela kamar.
Al membuka jendela, dia menatap langit yang biru.
"Ya Allah, kenapa hal seperti ini harus datang pada Al?" gumamnya sedih.
Al melihat ponsel karena dia mendengar ada panggilan masuk. Al pun segera menjawab panggilan itu karena Abi yang menelepon.
📱"Nak, bagaimana dengan Mama kamu?"
"Mama marah besar, Mama tidak mengijinkan Al untuk bertemu dengan Papa."
Di seberang sana Abi mengusap wajah dengan kasar, pikirannya juga tidak tenang mengingat raut wajah Naya yang tersirat kebencian dan kemarahan.
📱"Nanti malam Papa akan datang ke rumah kamu, Papa akan mencoba menjelaskan dan membujuk Mama kamu agar dia tidak marah lagi."
"Ya, Pa. Al menunggu Papa, tetapi jangan bilang pada Mama jika Papa sudah menghubungi Al."
Setelah mengatakan ya, panggilan pun langsung terputus.
•
•
**TBC
🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️🏵️
MAMPIR KE NOVEL TEMAN OTHOR YUK 🥰**
namanya juga bom.. pastinya unsur kesengajaan dan terencana..🤣🤣🤣 kalau itu sih nggak perlu diselidiki lagi
nunggu jawaban kasih waktu seminggu..
tapi diawal chapter ditulis 8 bulan kemudian 🤔🤔🤔