Elisabet Stevani br Situmorang, tadinya, seorang mahasiswa berprestasi dan genius di kampusnya.
Namun, setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi, Elisabet kecewa dan marah, demi menghibur dirinya ia setuju mengikuti ajakan temannya dan kekasihnya ke klup malam, ternyata ia melakukan kesalahan satu malam, Elisabet hamil dan kekasihnya lari dari tanggung jawab.
Karena Ayahnya malu, untuk menutupi aib keluarganya, ia membayar seorang pegawai bawahan untuk menikahi dan membawanya jauh dari ibu kota, Elisabet di kucilkan di satu desa terpencil di Sabulan di Samosir Danau toba.
Hidup bersama ibu mertua yang yang sudah tua dan ipar yang memiliki keterbelakangan mental, Elisabet sangat depresi karena keluarga dan suaminya membuangnya saat ia hamil, tetapi karena kebaikan ibu mertuanya ia bisa bertahan dan berhasil melahirkan anak yang tampan dan zenius.
Beberapa tahun kemudian, Elisabet kembali, ia mengubah indentitasnya dan penampilannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat Hati Masih Dendam
Malam itu Netta dan Jonathan masih di rumah Vani, wanita berparas cantik itu akhirnya menceritakan semuanya pada Jonathan.
“Aku tidak ingin tentang kami di ketahui mereka ya Bang”
“Tapi sampai kapan, seperti ini Van, kenapa tidak berdamai saja sih Dek,” ujar Jonathan.
“Kalau nenek lampir itu di sana, aku tidak akan kembali”
“Umur tidak ada yang tahu Da, selagi mereka masih hidup, lakukan apa yang mereka inginkan”
“Sulit Eda, hatiku sangat sakit, saat mereka membuang kami seperti sampah”
“Aku berpikir, justru sebaliknya Eda,” ujar Netta.
“Maksudnya?”
“Ada banyak cara orang tua melindungi anak-anaknya, mungkin amang hanya ingin menjauhkan mu dari ibu tiri eda,” pungkas Netta.
“Aku pun setuju sama Edamu, terkadang karena kita terlalu marah dan benci pada seseorang, akhirnya tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk”
“Gak tau Bang, setelah daddy menikah dengan wanita jahat itu, sejak dari itu aku tidak suka melihat dia,” ujar Vani.
“Gini saja, kalau ada masalah katakan saja pada kami, kalau bisa aku bantu akan kami lakukan,” ujar Jonathan.
“Eda ikut saja Arisan Situmorang bawa inang, kebetulan bulan ini di rumah kami, biar gak bosan inang itu,” tutur Netta.
“Ya Eda, akan aku pikirkan, tapi kalau inang mertuaku sakit aku panggil eda”
“Baiklah, kalau aku ke betulan di rumah”
Vani akhirnya mengungkapkan dirinya pada keluarganya, tadinya ia tidak ada niat menunjukkan pada Jonathan, tapi ibu mertuanya sakit dan ia tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi. Mau tidak mau ia menelepon Jonathan, karena keluarga mereka baik dan bisa dipercaya.
*
Beberapa hari kemudian, ibu mertuanya sudah pulih kembali, ia sudah kembali sibuk di kebun sayur miliknya.
“Ma, jangan terlalu capek dulu, kan, baru sakit,” bujuk Vani.
“Ya Pung, nanti bertambah sakit , lutut oppung itu,” ujar Jonas, ia datang membawa piring yang berisi potongan buah untuk nenek tercinta.
“Anak lelaki tampan itu sangat sayang sama oppung dan bibinya, mungkin karena dari bayi Inang Lisdalah yang merawat dirinya.
“Makin sakit badan oppung kalau tiduran terus, oppung hanya panen bayam ini, untuk sayur kita nanti”
“Oppunh petani yang hebat, apapun di tanam pasti subur, mama baru tanam bibit cabe saja tidak tumbuh-tumbuh,” ujar Jonas.
Vani terkekeh mendengar ledekan Jonas, karena apa yang dikatakan anak lelaki itu benar adanya, dari dulu apapun yang ditanam Vani tidak pernah numbuh subur, saat di kampung ia pernah nanam kacang, kacang itupun tidak berbuah, nanam jagung juga seperti itu.
Tetapi Inang Lisda apapun yang ditanam selalu subur dan makmur.
“Tangan mama panas kali Ya Bang,” canda Vani, ia ikut membantu panen bayam ibu mertua.
“Ya, tangan mama ada energi negatif”
“Kayak pesulap saja ada energi negatif segala”
Mereka bertiga bercanda, sementara Nur duduk di dekat pohon mangga, ia mulai melukis, imajinasi dalam otaknya bekerja, ia tidak boleh diganggu, ia bisa marah karena konsentrasinya hilang.
Hari Minggu , hari untuk keluarga mereka.
“Ma Jonas!”
“Ya Ma”
“Nanti bagilah sebagian buat, bapak Adelio,” pintah Ibu Lisda.
“Ya Ma”
“Ini kan banyak”
“Ya Ma”
Di rumah Jonathan.
Sementara hari itu di rumah Jonathan ada arisan Situmorang, bahkan bapak Vani datang, kalau biasanya laki-laki itu tidak pernah datang, tetapi kali ini ia ikut di dampingi Bonar.
“Tumben dia ikut ada apa?” tanya mami pada Jonathan.
“Gak tau Mi, beberapa hari kemarin dia katanya mau bicara denganku, aku memintanya datang ke arisan Situmorang”
“Mami dengar perusahaannya sedang ada masalah, mungkin dia ingin meminjam uang kamu jangan kasih,” ujar Mami Jonathan , ia langsung memperingatkan.
“Ya, jangan Ito, nanti istrinya itu yang akan menghabiskan uangnya”
Apa yang mereka pikirkan benar, tujuan Sudung ikut ke arisan keluarga kali ini, ia ingin mengajak Jonathan bekerja sama di perusahaannya, karena relasi bisnisnya banyak tidak meneruskan kerja sama mereka, untuk membuat perusahaan itu tetap beroperasi, Sudung harus mencari partner kerja baru.
Saat mereka sedang duduk, Jonathan mengirim pesan pada Vani.
[Dek, bapa uda ikut arisan Situmorang ada di rumah kami] isi pesan Jonathan
[Tumben … ada apa? Biasanya dia gak pernah ikut sama acara keluarga lagi semenjak menikah lagi dengan nenek sihir itu] balas Vani.
[Sebenarnya, dua hari yang lalu bapa uda menelepon aku, dia meminta aku berinvestasi di perusahaan itu, jadi, aku memintanya untuk datang ke cara keluarga kita]
[Jangan mau Bang, perusahaan itu sudah mau bangkrut, kalau daddy butuh uang suruh dijual semua aset propertinya , kan, masih ada mobil rumah]
Vani menjelaskan kondisi Lonax sudah diambang kebangkrutan, bahkan sebagian saham perusahaan itu milik Vani dan William, inilah tujuan Vani ingin membuat perusahaan keluarga itu hancur lalu ia membangun yang baru
Saat keluarga sedang berkumpul di rumah, Jonathan keluar dari rumah, ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di perusahaan bapak Vani. Karena seperti yang di ketahui, Jonathan itu orang yang tidak tegaan, apalagi sama keluarga sendiri, ia ingin tahu kondisi sebenarnya agar ia bisa mengambil keputusan.
Salah mengambil keputusan perusahaannya juga bisa dapat masalah, karena maminya dan Eva kakaknya juga sudah memperingatkannya terlebih dulu. Bapak dua anak itu menekan nomor Vani.
“Ya Bang, ada apa?” suara Vani di ujung telepon.
“Begini, aku tidak tahu kalau kondisinya sudah separah itu, karena bapa udah tidak menceritakan yang sebenarnya”
“Kalau ia menceritakan semuanya, dia takut abang tidak mau”
“Lalu bagaimana?”
“Abang tolak saja, bilang saja pembukaan kantor baru yang di medan membutuhkan biaya yang banyak”
“Kok kamu tau, kamu menyelidiki ku juga?”
“Kan … Abang yang cerita kan malam itu,” ujar Vani, ia sebenarnya berbohong sebenarnya ia menyelidiki semuanya, karena ia pernah melihat Jonathan di kantor bersama Bonar.
“Oh gitu ya …?”
“Ya,” jawab Vani dengan yakin.
“Tapi terkadang menghadapi keluarga ini sangat sulit”
“Terserah abang, apa mau uangnya habis sia-sia,” ujar Vani, ia menghalangi keluarga untuk membantu bapak kandungnya, kesannya memang jahat tetapi semua itu ia lakukan agar ibu tirinya keluar dari rumah keluarga, menurut Vani kedua wanita itu Rosa dan Winda datang ke rumahnya hanya untuk mengincar harta keluarga.
Terbukti saat Sudung sakit, kedua wanita itu seolah-olah tidak perduli, bahkan Rosa malah pergi ke Korea Selatan untuk melakukan perawatan kecantikan, sementara Winda mencuri brankas penyimpanan Sudung. Tetapi bapak Vani tidak tahu semua perbuatan licik kedua wanita itu. Karena hal itulah Vani semakin bersemangat menghancurkan perusahaan keluarganya.
“Bapa uda datang dengan Lae Bonar, apa kamu tidak ingin bertemu?”
Mendengar nama Bonar Vani menghela napas, ia melihat ibu mertuanya yang saat itu sedang bercanda dengan Jonas.
“Bang, apa aku jahat jika menjauhkan mereka?” tanya Vani.
“Jelas salah si Dek, semua orang tua pasti ingin melihat anak-anaknya,” ujar Jonathan.
“Baiklah Bang, mungkin waktu dekat aku akan bertemu dengan Bonar”
Vani sedikit melunakkan hatinya demi ibu mertua, selama ini Bonar tidak pernah perduli dengan mamanya sendiri, jadi, Vani berpikir kalau Bonar tidak menginginkan orang tua, tetapi mungkin tidak untuk Inang Lisda, karena seorang ibu akan selalu merindukan anaknya bagaimanapun perbuatan mereka.
Bersambung
Kakak yang baik hati jangan lupa vote, like, komen ya terimakasih.