Hari-hari Kimeera di kampus yang bertemu Juan si tengil yang selalu punya seribu macam cara untuk membuat Kimeera merasa kesal dan marah padanya.
Apa akan berunjung cinta atau malah sebaliknya.
ikuti kisah Kimeera disini yah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibran Atharrazka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Beberapa waktu berlalu dengan cepat,Kimeera mulai bekerja di kantor Vihaan sebagai sekretaris baru lelaki itu,karena sekretaris lamanya di pindahkan ke kantor cabang yang baru dan bertanggung jawab disana.
Khumaira setuju saja,ia malah senang jika Kim terus berdekatan dengan Vihaan berharap hubungan mereka berkembang menjadi lebih serius dari sekedar sahabat tapi mesra.
Hari itu,Vihaan dan Kim keluar menemui klien di salah satu Restoran sekaligus untuk makan siang.
"Bagaimana kabar Claudia?"tanya Kimeera tiba-tiba membuat Vihaan melengos sebal.
"Jangan membahas yang tidak penting"sungut Vihaan membuat Kim tertawa pelan.
"Apa yang lucu?"tanya Vihaan sewot sambil memutar kemudi masuk ke area parkir restoran.
"Kamu lucu,aku cuma bertanya saja kenapa kamu memasang wajah semasam itu"kata Kim sambil tertawa.
"Yang jelas dia bukan urusannya.Si Robert sialan yang tanam ubi masa aku yang harus panen"ucap Vihaan membuat Kim memasang wajah bingung.
"Maksudnya apa?Robert itu petani ya?"tanya Kim polos membuat Vihaan jadi gemas.
"Terkadang orang pintar bisa jadi bodoh di saat-saat tertentu.Seperti kamu ini.Maksudku adalah Robert yang tanam benih aku yang di kejar-kejar untuk menutupi aib.Eitss,jangan bilang kamu tidak mengerti lagi"kata Vihaan membuat Kim berdecak.
"Jadi benar Robert itu petani"kata Kim membuat Vihaan menatap Kim gusar.
"Claudia mahidun,belum mengerti juga aku balikin kamu ke teka!"gerutu Vihaan kesal.
Kim ber oh ria sambil mangut-mangut dengan wajah bodoh.
"Kenapa angguk-angguk sudah paham?"tanya Vihaan.
"Tidak!"jawab Kim membuat Vihaan mengetok dahi gadis itu pelan.
"Telmi!"gerutu Vihaan membuat Kim tertawa lepas.Senang rasanya menjahili sahabatnya itu.Melihat wajah kesal Vihaan membuat Kim merasa terhibur sendiri.
"Ya aku mengerti Vihaan.Terus si Robert kamu apakan?"ucap Kim membuat Vihaan menoleh tak menyangkah jika Kim bisa menebak sampai sejauh itu.
"Kok kamu tahu?"tanya Vihaan dengan ekspresi takjub.
"Ya aku kenal kamu Vihaan,pasti nasib Robert apes kan?jangan bilang kamu menyeretnya di hadapan Claudia dan keluarganya buat bertanggung jawab,benarkan tebakanku?"ucap Kim dengan nada yakin.
Vihaan tersenyum mengusap kepala Kim lantas mengangguk pelan.
"Kamu benar,aku bawa dia kesana dengan keadaan menyedihkan.Rasanya kesal sekali gara-gara ulahnya aku jadi incaran Claudia demi menutupi aibnya itu.Kesal rasanya di kejar-kejar seperti aku adalah pelakunya sementara dia malah enak-enakan liburan di Bali.Entah bagaimana kelanjutannya aku tidak tahu toh aku sudah membantu sejauh itu jadi aku rasa sudah cukup"ujar Vihaan membuat Kim tersenyum.
"Ok pak Vihaan waktunya kita turun.Kan tidak enak jika klien kita menunggu terlalu lama"kata Kim.
"Oke,sekretaris bawel.Mari kita mulai bekerja"kata Vihaan sambil tertawa pelan.
Keduanya segera turun dari mobil dan masuk kedalam restoran.Sesampainya di salah satu ruangan vip yang mereka pesan rupanya ruangan itu masih kosong bertanda sang klien juga belum tiba di sana.
"Ah syukurlah kita tiba terlebih dahulu"ucap Kim lega.
"Pesan makan atau menunggu dulu mereka datang?"tanya Kim.
"Nanti saja,tunggu mereka dulu"jawab Vihaan pelan.
Kedua lantas sibuk memeriksa berkas yang mereka bawa dari kantor sambil menunggu klien mereka tiba.
*****
Sementara di kota lain
Juan melepaskan genggaman tangan Aluna dari lengannya.Keduanya berpapasan ketika hendak masuk kedalam kantor.
"Maaf Aluna bisa jaga sikapmu?kita tidak pacaran atau punya hubungan apapun jadi jangan bersikap seperti ini"ucap Juan membuat Aluna berwajah masam.
"Kalau begitu kita pacaran saja"kata Aluna tak tahu malu.
"Maaf,aku tidak bisa!"jawab Juan tegas.
"Kenapa?karena kamu punya pacar di kota asalmu sana?belum tentu dia bisa menjaga kesetiaannya selama kamu kerja disini.Lebih baik kita menjalin hubungan saja biar impas"kata Aluna lagi.
Juan tak habis pikir dengan jalan pikiran Aluna,heran saja kenapa gadis itu bersikap seperti itu padahal selama ini Juan tak pernah memberi harapan padanya.
"Siapa bilang pacarku dikota asalku?"tanya Juan tak mengerti.
"Arman pernah bilang begitu ketika gosip belokmu itu beredar"jawab Aluna.
"Dia bilang kamu akan segera menikah,apa itu benar?"sambung Aluna lagi.
Juan tersenyum,mungkin itu cara Arman untuk membantu dirinya waktu itu.
"Itu cuma cara Arman saja buat meyakinkan kamu dan juga orang-orang.Intinya pacarku ada disini"kata Juan begitu saja.
"Siapa?apa dia bekerja di kantor ini juga?"tanya Aluna penasaran.
"Tidak"jawab Juan lantas berlalu meninggalkan Aluna yang kesal sendiri.
"Saya tidak akan percaya kalau belum bertemu dengan dia"teriak Aluna tapi Juan tidak peduli tetap melanjutkan langkahnya menjauh dari sana.
Aluna mengikuti Juan yang menuju ruang kerjanya dengan wajah ketus.
"Pokoknya saya tidak akan percaya sebelum melihat siapa pacarmu"kata Aluna membuat Juan merasa lelah dengan sikap gadis itu.
"Dia sibuk dan bukan pengintil"jawab Juan jengkel.Sementara Arman yang bisa menatap keduanya dengan tatapan bingung.Tak ada Rian disana karena pria itu sudah di pecat oleh Karim atas permintaan Aluna.
"Terserah kamu saja,aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan tentang hal privasi padamu"jawab Juan ketus.
"Tapi itu penting untukku,saya ingin tahu siapa perempuan yang sudah merebut hatimu"jawab Aluna keras kepala.
Arman menepuk jidatnya sendiri.Entah mau dikatakan apa Aluna ini.Seandainya dia bukan anak bos mereka ingin rasanya Arman mengatai Aluna agar gadis itu sadar dan berpikir.
"Kamu tidak punya hak untuk itu,kamu hanya sebatas anak bos dan rekan kerja.Bukan istri atau orangtuaku jadi jangan bersikap seolah-olah aku wajib memberitahumu apapun tentangku"kata Juan tegas,tak ada rasa takut ketika mengatakan itu.Dia tidak peduli jika pak Karim akan memecatnya.Toh dia bisa kembali ke kota asal dan bekerja di kantor sang papa.
Aluna menatap Juan dengan mata berkaca-kaca.Ternyata seperti itu rasanya tak di anggap.Rasanya hatinya sakit sekali dan Aluna merasa terjatuh di dasar jurang.
"Kamu Jahat!"pekik Aluna sambil terisak.
Juan malah bersikap tak peduli,sibuk dengan berkas dan laptopnya.Sementara Arman yang bisa menjadi saksi hidup disana tanpa bisa berkomentar apa-apa.
Detik berikutnya Aluna keluar dari sana dengan langkah cepat.
"Juan kamu tidak takut di pecat,dia menangis loh.Pak Karim pasti tidak akan terima hal ini"kata Arman kuatir.
"Aku tidak peduli Ar,soal hati aku tidak bisa berpura-pura"jawab Juan datar.
"Astaga,kamu benaran tidak takut di pecat ya?"decak Arman tak percaya.
"Soal pekerjaan tidak jadi masalah buatku.Kalau kamu mau ikut keluar kamu boleh kok ikut denganku kerja di kantor orangtuaku"jawab Juan membuat Arman termangu.Jadi benar kabar yang pernah ia dengar jika Juan itu anak seorang pengusaha besar di kota besar sana.Pantas saja Juan bisa bersikap sesantai ini,dia punya jaminan atas dirinya sendiri.
"Jangan bercanda Juan"kata Arman pelan.
Juan hanya tersenyum lantas meletakan ponselnya di hadapan Arman.Arman menunduk melihat foto yang ada di layar ponsel mahal milik Juan.
Ada Juan,Jhon dan Luciana disana.Memasang wajah dengan senyum sumringah disalah satu acara.
"Itu papaku,Jhon Felix Alexander.Kamu boleh kok lihat di situs internet tentang dia kalau kamu masih ragu perkataanku"kata Juan santai.
"Eh saya pernah lihat wajah papamu di majalah bisnis milik pak Karim"jawab Arman sambil tersenyum.
Ia melirik Juan tak percaya ternyata rekan kerjanya selama ini anak seorang konglomerat.
"Dasar orang kaya"gumam Arman tak habis pikir.
Aluna masuk kedalam rumah dengan wajah sembab.Kebetulan hari itu Aurora tidak kesekolah karena ada rapat guru.
"Kenapa itu muka?sedih amat kayak baru putus cinta saja"ledek Aurora melihat wajah Aluna yang tampak berantakan.
"Bunda"rengek Aluna semakin terisak membuat Anisa jadi bingung sendiri.
"Kamu kenapa?"tanya Anisa penuh perhatian.Menyambut Aluna kedalam pelukannya.
"Juan jahat ma"kata Aluna pelan.
"Hha?kayak tidak asing nama itu"gumam Aurora pelan.
"Kenapa dia?"tanya Anisa menuntun Aluna menuju sofa dan duduk disana.
"Aurora ambilkan air minum buat kakakmu"pinta Anisa.
"Iya,sebentar"kata Auroa lantas segera beranjak dari tempat duduknya.
Tak lama ia kembali dengan segelas air di tangannya.Ia meletakan di atas meja dan kembali duduk di tempat semula.
"Juan jahat ma,dia nolak saya.Katanya dia sudah punya pacar tapi pas saya ingin bertemu dengan pacarnya dia malah menolak dan marah"adu Aluna sambil terisak.
"Ya kakak yang salah,itu adalah privasi dia.Hak dia kakak tidak bisa memaksa kehendak kakak pada dia"kata Aurora membuat Aluna semakin terisak sedih.
Anisa melotot tajam pada Aurora,memberi kode agar tidak membuat Aluna semakin sedih.
"Tidak perlu menangis,kamu cantik sayang.Dia saja yang bodoh tidak melihatmu"hibur Anisa.
"Percuma cantik bunda,Juan tidak suka padaku"kata Aluna sedih.
"Astaga kak,dunia tidak berakhir dengan penolakan si Juan itu.Stok cowok di dunia ini banyak kak yang lebih OK pun masih ada banyak.Tidak usah seputus asa itu juga kak"kata Aurora sambil memutar bola matanya kesal.
"Kamu tidak tahu sakit dan malunya seperti apa,makanya kamu bicara seperti itu!"sentak Aluna kesal.
"Ya sakit itu pasti,malu apalagi tapi harus kita ratapi begitu.Sudah hukum alam begitu,kenapa sesuatu di persulit jika masih ada jalan lain yang bisa di tempuh.Memangnya kakak yakin dia jodoh kakak?"ucap Aurora ikut kesal.
"Saya sumpahin kamu sakit hati biar kamu mengerti apa itu sakit hati"umpat Aluna jengkel.
"Terserah kakak saja lah,saya selalu siap dengan apapun yang akan terjadi.Kan itu sudah jadi garis takdir kita ya sudah jalani saja"kata Aurora membuat Aluna kesal.
"Bunda tolong bilang sama dia tidak usah ceramah disini.Saya tidak butuh ceramahnya"rengek Aluna.
"Dih sok pakai jubir segala.Saya dengar kali,lagian malas juga kasih saran sama kakak lebih baik saya ke kamar saja lah"kata Aurora lantas beranjak dari sana.
"Aurora menyebalkan bunda"ucap Aluna manja,Anisa hanya bisa menghibur putrinya itu dengan kata-kata manis.
Terkadang Anisa merasa lelah dengan sikap Aluna yang kekanak-kanakan.Berbanding terbalik dengan Aurora yang bersikap lebih dewasa dan mandiri.
"Kamu masuk ke kamar dan bersihkan dirimu biar segar setelah itu beristirahat.Sebentar sore kita ke kota jalan-jalan ke Mall.Oke nanti kamu bisa beli apapun yang kamu mau asal jangan sedih lagi,lupakan Juan.Dia tidak pantas untuk putri bunda yang cantik ini,kamu pantas mendapatkan yang lebih baik lagi"kata Anisa membuat Aluna tersenyum dan mengangguk pelan.Segera ia pergi menuju kamarnya meninggalkan Anisa yang hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Astaga,kenapa dia sekacau itu hanya gara-gara di tolak"gumam Anisa pelan.
"Nanti saja saya bicara dengan ayahnya.Siapa sih itu Juan sampai membuat Aluna sedih seperti itu"ucap Anisa lagi lantas beranjak dari sana menuju dapur untuk menyiapkan makan siang nanti.
Karena selama ini Anisa selalu memasak sendiri walaupun ada ART di sana.