Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulan Madu yang Tak Terlupakan
Dania sama sekali tak menyangka bahwa dirinya akan melakukan malam pertama dengan Hanggono dengan cara yang tak biasa. Pria tua itu menunjukan bahwa walau usia sudah tua namun ia masih perkasa untuk urusan ranjang. Apakah Dania menikmati permainan suaminya? Tentu saja jawabannya tidak, ia sama sekali tak menikmati permainan itu bahkan rasanya ia risih dan ingin segera menyudahi semuanya tapi ia tak bisa melakukan hal itu karena kalau sampai hal itu terjadi maka Hanggono pasti akan curiga dan pada akhirnya rencananya akan gagal.
"Selamat pagi."
"Pagi."
Hanggono nampak langsung memeluk Dania dengan posesif pada pagi ini, sesuatu yang tak pernah Dania terima saat ia belum resmi menikah dengan Hanggono.
"Kamu kenapa jadi manja begini?"
"Kenapa memangnya? Kamu gak suka?"
"Tentu saja aku suka, hanya saja mungkin aku masih shock. Sebelumnya kan kita gak pernah sampai melakukan ini."
"Kamu tentu saja paham kenapa aku gak sampai melakukan hal yang lebih jauh, kamu kan belum resmi aku nikahi waktu itu. Sekarang kamu sudah resmi menjadi istriku, jadi bukankah wajar kalau seorang suami ingin bermesraan dengan istrinya?"
Jawaban Hanggono barusan membuat Dania tersenyum terpaksa, mendengarnya saja sudah membuatnya menjadi tak nyaman namun lagi-lagi Dania tak bisa mengatakan dengan lantang pada Hanggono bahwa sesungguhnya ia sama sekali tak menyukai hal ini.
"Aku mau mandi dulu."
"Bagaimana kalau kita mandi bersama?"
Namun usulan dari Hanggono barusan langsung ditolak oleh Dania, ia beralasan kalau nanti ketika mereka mandi bersama maka pasti akan lama sementara itu hari ini mereka akan pergi liburan ke Bali dan tentu saja Dania tak ingin ketinggalan pesawat ke Bali.
"Kamu ini tenang saja, kalau kita ketinggalan pesawat maka kita bisa ganti tiketnya bahkan kalau perlu kita naik private jet."
Mendengar jawaban Hanggono barusan memang sangat menggiurkan namun bayang-bayang yang terjadi semalam sudah membuat Dania tak mau melakukannya.
****
Putra dan Nancy sudah bersiap untuk pergi ke kantor pagi ini dan hari ini adalah hari pertama Putra akan bekerja sebagai asisten pribadinya. Jujur saja Putra tak menyangka bahwa ia akan mendapatkan tugas ini, tapi ia juga tak bisa menolaknya dan ia bertekad akan memberikan yang terbaik untuk Nancy dan juga perusahaan. Nancy dan Putra menaiki mobil mewah milik Nancy dan tentu saja Putra yang menyetir mobil ini seperti apa yang diminta oleh Nancy.
"Kenapa kamu gak mau pakai sopir saja?"
"Kamu memangnya gak suka menyetir mobil untukku?"
"Bukannya aku gak suka, hanya saja aku penasaran kenapa kamu ingin aku yang menyetir mobil ini."
"Kamu ini sengaja atau memang benar-benar gak paham?!"
"Kok kamu marah?"
"Jelas aku mau kamu yang mengemudi kan supaya kita punya waktu berdua lebih banyak tanpa dilihat orang lain. Kita jadi punya privasi untuk membicarakan banyak hal, masa sih kamu gak paham?"
Putra nampak tersenyum mendengar jawaban jujur pada Nancy barusan, sebenarnya ia sendiri sudah menduga bahwa maksud Nancy seperti ini hanya saja ia sengaja untuk memancing Nancy mengatakan secara langsung padanya maksudnya dan sepertinya apa yang ia harapkan bisa berjalan sesuai dengan rencananya.
"Aku tahu, terima kasih sudah mengatakannya secara langsung."
"Sudah aku duga kamu tahu, kenapa sih harus sampai aku mengatakannya."
****
Hanggono selalu menempel pada Dania ke mana pun wanita itu berada dan pergi, Dania sejujurnya merasa agak risih dengan sikap posesif pria tua ini apalagi Dania tak bisa tebar pesona di depan banyak pria tampan di area pantai yang mana sepertinya para pria itu tertarik pada kemolekan tubuh dan kencantikannya namun sayangnya Dania tak bisa terlalu mengekspos hal tersebut karena Hanggono selalu ada di sekitarnya.
"Jadi bagaimana, kamu suka?" tanya Hanggono saat mereka sedang makan siang di sebuah restoran.
"Ini enak sekali, aku suka."
Dania tidak berbohong ketika mengatakan bahwa menu restoran ini memang enak, Hanggono terus tersenyum menatap Dania yang sibuk makan hingga wanita itu yang merasa sejak tadi diperhatikan berdehem dan menanyakan pada Hanggono mengenai apakah ada yang salah.
"Oh sama sekali nggak ada yang salah, aku hanya suka saja bagaimana cara kamu menikmati makanan ini. Kamu begitu cantik sekali hingga rasanya aku tak ingin berkedip karena ingin selalu memandangi wajah cantikmu."
Alih-alih tersipu malu dengan ucapan Hanggono barusan, Dania ingin muntah mendengarnya namun tentu saja ia tak bisa melakukan itu. Dania bersikap seolah malu-malu dan menyukai apa yang Hanggono katakan demi menjaga perasaan sang suami. Dania nampak buru-buru menghabiskan makan siangnya dan mereka langsung pergi dari restoran ini.
****
Putra bisa langsung beradaptasi dengan tugasnya yang baru sebagai asisten pribadi Nancy, ia sudah meminta jadwal dari sekretaris Nancy dan menyusunnya sedemikian rupa kemudian juga menyiapkan bahan rapat serta mendampingi Nancy untuk pertemuan bisnis dengan sesama pengusaha
"Jadi beliau ini suami anda, Bu Nancy?"
"Benar Pak, dia adalah suami saya sekaligus asisten pribadi saya."
Hari ini Nancy bertemu dengan rekan bisnisnya dan kedatangannya tentu saja untuk membahas mengenai proyek yang tengah mereka kerjakan bersama.
"Saya dengar ada sedikit masalah saat upaya pembebasan lahan di dekat permukiman warga."
"Oh iya, memang ada masalah di sana namun semua tentu saja sudah dibereskan, kami tentu saja ingin semua pihak merasa tidak dirugikan dalam proyek pembangunan apartemen tersebut."
Nancy dan rekan bisnisnya itu kemudian juga membahas beberapa hal penting seperti proyeksi keuntungan perusahaan dalam 5 tahun ke depan saat apartemen itu resmi bisa dijual unitnya pada calon pembeli. Setelah menjelaskan semuanya maka pertemuan ini pun selesai, Nancy dan Putra tak langsung kembali ke kantor melainkan mereka menikmati makan siang terlebih dahulu di sebuah restoran.
"Pak Wiratama itu sudah lama bekerja sama dengan perusahaan, ya?" tanya Putra saat mereka sedang menyantap makan siang.
"Iya, perusahaan kami dan perusahaan beliau sudah lama menjalin kerja sama yang saling menguntungkan."
****
Nancy mendapatkan kabar bahwa adanya penolakan kembali oleh warga sekitar yang sebelumnya sudah diberikan uang ganti rugi oleh perusahaan karena lahannya digunakan untuk proyek apartemen. Nancy merasa heran kenapa orang-orang itu kembali berdemo dan menghalangi para pekerja melakukan tugasnya padahal semua persoalan mengenai ganti rugi lahan sudah selesai.
"Tolong panggilan direktur keuangan ke sini," perintah Nancy pada Putra lewat telepon.
Tak lama kemudian pintu ruangannya diketuk dari luar dan Putra datang bersama direktur keuangan yang tadi memang dipanggil olehnya.
"Silakan duduk Pak Wiratmo."
"Ada apa ini, Bu? Kenapa anda memanggil saya datang ke sini?"
"Saya hanya ingin memastikan saja kalau tidak ada penyelewengan yang dilakukan oleh anak buah saya dan berdampak fatal pada kredibilitas perusahaan yang sudah susah payah dibangun oleh papa saya selama ini."