Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.
Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Empat
Saat sore hari, Rachel baru saja keluar dari dalam ruangan. Diwaktu bersamaan juga Vina lewat. Tatapannya begitu tajam kepada saudara tirinya.
"Apalagi Vina?" tanya Rachel.
"Apa?" tanya Vina mengernyitkan keningnya. "Aku 'kan cuma lihat. Nggak boleh?"
"Cara kamu lihat aku mau ngajak berantem."
Vina tidak menggubris perkataan saudaranya itu, ia berlalu pergi meninggalkan Rachel. Begitu pun dengan wanita yang sedang hamil muda itu. Dia melanjutkan langkahnya keluar dari rumah sakit.
Rachel segera menuju gerbang untuk menunggu suaminya di sana. Siapa sangka ada mobil yang yang berhenti di depan wanita itu membuat Rachel takut.
"Ka-kalian siapa?"
"Bawa dia masuk!" Ucap salah satu dari orang yang ada di dalam mobil.
"Tolong! Tolong!"
"Bawa cepat."
Kedua pria itu menarik lengan Rachel agar segera masuk ke dalam mobil. Dan mereka membawa wanita itu pergi dari tempat tersebut. Rachel terus saja meminta tolong agar bisa dilepaskan oleh orang-orang itu.
"Kalian siapa? Kenapa culik aku?" tanyanya.
"Diam!"
"Tolong! Tolong!"
Tiba-tiba tubuh orang-orang yang ada di dalam itu condong ke depan. Di belakang mereka ada sebuah mobil yang terus menabrak mereka.
"Mobil siapa itu?"
"Hati-hati bawanya. Jangan sampai kita yang jadi korban."
Lagi-lagi mobil yang ada di belakang mereka terus saja melakukan hal tersebut. Sampai akhirnya mobil yang menculik Rachel menabrak pohon.
"Aw!"
"Sialan itu mobil."
Saat salah satu dari mereka membuka pintu, Rachel pun menendang pria itu. Dia sempat di tahan oleh pria lainnya namun ia pun memiliki ide untuk menggigit lengan pria itu.
"Arghhh!"
Rachel segera keluar, pintu mobil yang menolongnya sudah terbuka.
"Rachel. Masuk!"
"Vina."
"Masuk!" perintah wanita itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Rachel memutuskan untuk masuk ke dalam mobil itu. Walaupun dia menaruh curiga kepada saudara tirinya itu.
[] [] []
Setelah kejadian penculikan yang menimpa dirinya, sudah tiga hari Rachel tidak pergi ke rumah sakit. Bukannya karena takut hal itu terjadi lagi. Melainkan Fariq lah yang melarang wanita itu untuk keluar rumah.
Pagi ini Fariq belum juga beranjak dari tidurnya. Saat ini kepalanya sedang dipangkuan Rachel, padahal wanita itu sedang menyetrika baju.
"Mas-"
"Ssst ... Udah amas bilang 'kan, Mas nggak mau pindah."
"Rachel jadi susah Mas, nanti lama tau."
"Biarin! Mas nggak peduli."
"Berarti Mas nggak peduli sama Rachel?"
"Bukan gitu. Kok jadi salah makna sih."
"Sekarang Mas tidur di kasur aja." Pinta wanita itu.
"Kamu pelit! Mas nggak suka." Fariq beranjak dari tempat itu. Dia pun melangkahkan kakinya menuju balik pintu kamar.
"Ngapain di sana, Mas?"
"Mas mau di sini aja, kamu pelit."
"Jangan bawah, di kasur aja 'kan bisa."
"Enggak!" Fariq duduk sambil memainkan ponselnya, ia masih fokus pada game yang ada di benda pipih itu.
Sudah belasan menit berlalu, Rachel sesekali memperhatikan pria itu. Ingin rasanya dia tertawa melihat kelakuan suaminya. "Mas, Ariq."
"Jangan panggil."
"Mas Ariq sayang."
"Nggak mau."
Rachel benar-benar ingin tertawa melihat tingkah suaminya. Bibir pria itu maju ke depan sambil tetap fokus pada permainannya.
"Mas Ariq. Tidur di kasur."
Bukannya beranjak, Fariq malah membelakangi Rachel. "Mas nggak mau ngomong sama kamu. Kamu pelit! Mas cuma mau tiduran malah di usir."
Rachel tidak menggubris lagi, ia lebih fokus untuk menyelesaikan setrikaannya.
Hampir satu jam sudah berlalu, akhirnya Rachel selesai dengan tugasnya. Dia pun menghampiri suaminya yang sudah tertidur di balik pintu.
"Gemes banget sih."
"Bisa ya. Laki-laki senakal dia malah kayak anak kecil gini. Kalau aku bangunin kasian, tapi masak aku biarin dia tidur di sini."
Rachel memiliki ide, ia pun mengambil bantal untuk suaminya. Agar leher pria itu tidak sakit saat terbangun nanti.
"Sayang banget sama laki-laki satu ini. Semoga Mas selalu seperti ini, jangan pernah berubah."
Cup!
Setelah meninggal jejak di wajah suaminya, Rachel keluar dari kamarnya untuk segera memasakkan makanan.
[] [] []
"Mama masak apa?"
"Masak bubur ayam, sayang ... Kamu kerja hari ini?"
"Enggak, Ma. Rachel libur dulu," jawabnya. "Lagian Mas Ariq lagi libur, jadi nggak apa-apa deh libur lagi."
"Masih belum di izinkan Ariq?" tanya Indi.
"Nggak tau, Ma. Tadi Rachel nggak bilang mau kerja. Rachel cuma setrika baju. Mas Ariq juga nggak bahas itu."
Indi mengambil wadah untuk menghidangkan bubur ayam yang sudah ia buat. "Kamu yakin mereka itu bukan suruhan Vina?"
"Yakin, Ma. Nggak mungkin juga Vina rela merusak mobilnya kemarin."
"Kalau di pikir-pikir iya juga. Tapi kalau dipikir lagi kelakuan dia sama kamu, Mama jadi bingung sendiri."
"Nggak usah dipikirin, Ma. Itu nggak penting."
"Oh, Mama mau bilang. Kamu harus ganti kerusakan mobil Vina."
"Pasti, Ma. Rachel nggak punya utang aja terus di ganggu, apalagi sekarang punya utang."
"Tapi kamu harus hati-hati. Bisa jadi ini akal-akalan Vina supaya bisa mengelabui kamu."
"Iya ... Mama tenang aja ya."
"Sekarang kamu panggil Ariq. Ajak dia makan bubur."
"Tapi Mas Ariq lagi tidur."
"Kalian sama-sama libur. Harusnya menghabiskan waktu bersama, sana bangunin dia."
"Iya, Ma."
[] [] []
"Arghhh ..."
"Mas."
"Sakit Rachel."
"Mas sih ngapain tidur di sini."
Rachel segera berjongkok dan mengusap jari-jari suaminya. Akibat membuka pintu tadi pria itu sampai kejepit.
"Sakit banget ya?" tanya Rachel saat melihat mata pria berkaca-kaca.
"Sakit."
"Maafin Rachel ya. Rachel nggak sengaja. Udah jangan cengeng, 'kan cuma kejepit dikit."
"Tapi sakit, biru lagi."
"Sekarang Mas cuci muka ya, kita sarapan dulu. Habis itu keluar jalan-jalan."
"Mau di peluk."
"Eh ... Sakitnya bohong ya?" tanya Rachel memastikan.
"Enggak ... Beneran sakit Rachel."
"Terus kenapa minta di peluk hm?"
"Biar sakitnya hilang."
"Setelah itu Mas mandi, kita sarapan. Rachel mau jalan-jalan."
Fariq langsung menarik lengan istrinya. Dia memeluk wanita itu dengan penuh cinta—pun dengan Rachel yang membalas pelukan suaminya.