Asmara di dua dimensi, ternyata benar adanya.
Bukti nyata yang di alami Widuri. Perempuan berusia 19 tahun itu mengalami rentetan keanehan setiap hari. Widuri kerap kali mendengar bisikan-bisikan masa depan yang tepat sesuai peristiwa yang terjadi di depan mata.
Mimpi berulang kali yang bertemu dengan pria tampan, membawanya ke tempat yang asing namun menenangkan. Widuri asyik dengan kesendiriannya, bahkan ia selalu menanti malam hari untuk segera tidur, agar bertemu dengan sosok pria yang ia anggap kekasihnya itu.
Puncaknya, 6 bulan berturut-turut, kejadian aneh makin menggila. Sang Nenek merasakan jika Widuri sedang tidak baik-baik saja. Wanita berusia lanjut itu membawa cucunya ke dukun, dan ternyata Widuri sudah ...
Ikuti kisah Widuri bersama sosok pria nya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALNA SELVIATA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Membawa Ke Rumah
Kailash menunggu Widuri selesai menangis. Dia hanya bisa menenangkan istrinya dengan sebuah kalimat, selebihnya membiarkan Widuri melepas kesedihannya. Wajar saja, seorang Ibu merasa sedih sebab perpisahan jarak antara anak-anaknya nanti.
"Kenapa aku tidak bisa memeluk mereka setiap saat?" tanya Widuri berulang kali. Ia masih sesenggukan menerima kenyataan.
Kailash dihinggapi rasa bersalah yang menghujam sanubarinya. Ya, ini kesalahannya. Mencintai Widuri dengan keegoisan. Kailash tahu, keputusan menikahi Widuri adalah keegoisannya sebagai bangsa jin.
"Maafkan aku, Sayang. Ini salahku. Aku terlalu mencintaimu tapi tidak memikirkan perasaanmu di masa depan," ucapnya.
Jika mendengar perasaan bersalah suaminya, seketika Widuri terenyuh. Baginya, tidak pantas Kailash merasa bersalah sepenuhnya. Keputusan juga ada di tangannya, Widuri sadar akan hal itu.
"Jangan merasa bersalah sendiri. Aku yang juga memutuskan. Aku tidak menyesali menikah denganmu. Aku hanya sedih karena aku tidak bisa jadi Ibu seutuhnya untuk anak-anakku," kata Widuri. Gegas ia menghapus air matanya untuk meredam kesedihan Kailash.
"Terima Kasih ya, kamu sudah hadir membawa bahagia, aku tidak sepenuhnya bersedih," lanjutnya lagi.
Kailash yang tidak nau merusak suasana hanya mengangguk. Ia yakin, jika melepaskan kalimat yang sama, Widuri akan kembali menangis.
"Sekarang ikut aku. Kita akan ke tempat keluargaku, aku akan mengenalkan mu dengan kakak ku," ajaknya.
Kereta kuda moderen itu tiba-tiba hadir di depan mereka. Widuri menepuk pelan lengan Kailash, selalu saja pria itu membuatnya terkejut dengan hal-hal di luar logika.
"Masuklah sayang, pelan-pelan, ingat cara mengandung di dunia jin itu berbeda," ucap Kailash.
Widuri masuk ke kereta lalu disusul oleh Kailash. Sepanjang perjalanan, Widuri banyak bertanya tentang kehidupan jin. Kailash menjawabnya dengan lembut. Ia tidak ingin merusak suasana hati istrinya.
"Dimana nanti aku akan melahirkan?" tanya Widuri tiba-tiba.
"Tentu disini. Setelah kamu merasakan tanda-tanda sebaiknya hari itu kamu segera tidur."
Widuri mengangguk-angguk. Dia mengusap perutnya yang sudah sangat membesar. Tangan Kailash pun ikut mengusapnya.
"Sepertinya benar kata Uwa Mando, anak yang ku kandung mencari ayahnya."
"Aku sudah kembali. Mereka tidak akan berbuat nakal lagi."
Selang beberapa menit, mereka tiba di rumah Areta. Kakak tunggalnya itu menyambutnya dengan ramah beserta pelayan. Widuri yang malu-malu hanya bisa melepas senyuman.
"Adik ipar kamu semakin cantik sedang hamil," puji Areta.
Widuri tersipu malu. Kailash mengedipkan mata melirik istrinya.
"Ayo, masuk ..Aku ingin banyak bercerita denganmu, Adik Ipar," Ajak Areta menarik tangan Widuri.
"Hati-hati kakak, Widuri sedang hamil," kata Kailash. Ia sangat tahu sifat kakaknya agak berlebihan.
Areta masuk dengan Widuri. Sementara Kailash memilih ke suatu tempat untuk mengutarakan keinginannya. Ada banyak yang ingin ia rencanakan untuk bersama Widuri. Memberi perhatian kepada anak-anak di dalam kandungan istrinya.
"Widuri, duduk disini, makanlah ..Ini buah dari dunia mu, jadi aman .." Kata Areta.
Dia sudah sangat mempersiapkan penyambutan adik iparnya. Areta bahkan memboyong pelayan dari rumah orang tuanya. Tentu saja harus tutup terhadap Kaluna dan Winasa, Ayah Areta dan Kailash.
"Terima kasih, Kak," ucap Widuri.
"Areta, Kak Areta. Aku kakak Kailash satu-satunya, dia mendahului ku menikah, tapi ya sudahlah," jelas Areta.
Widuri tertawa seraya mengusap perutnya. Areta senang ia bisa berbicara langsung dengan adik iparnya. Dua bulan belakangan ini, Areta hanya bisa mengomel di samping Widuri tanpa respon. Ya, dia terus mengawasi adik iparnya di dunia manusia selama Kailash tak ada.
Widuri mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah. Dia sedang mencari seseorang.
"Hmm, Papa dan Ibu mertua dimana, Kak?" tanyanya.
Areta tersentak. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Mereka ada di rumahnya. Ini rumahku, dan Ayah dan Ibu sangat sibuk, tapi pasti dia senang kamu bisa kesini," kelitnya.
Widuri mengangguk, memahami jika kehidupan jin memang jauh lebih sibuk, sebab mereka punya rutinitas seperti manusia, bahkan lebih.
"Widuri, kehamilan mu itu sudah tujuh bulan. Di alam jin, kehamilan hanya tujuh bulan, mungkin kamu akan melahirkan beberapa hari lagi, aku harap kamu bisa tahan sakitnya," kata Areta. Kali ini raut wajahnya terlihat serius.
Widuri menarik nafas panjang. Dia masih bingung dengan cara melahirkan yang di maksud Kailash dan Areta. Tetapi, jika membahas rasa saki, dia tidak perduli itu.
"Untuk rasa sakitnya, aku tidak peduli, Kak. Aku siap mengorbankan nyawaku untuk melahirkan anak-anakku dengan sehat dan selamat," ucap Widuri.
Areta yang terharu bergegas memeluk adik iparnya. Seketika ia mempunyai sahabat untuk bercerita. Mereka berdua saling berbagi cerita hal-hal yang unik di dunia jin dan manusia.
***
"Kamu memutuskan untuk itu, Kailash?" tanya Aji Ratuna.
"Iya, Aji. Saya memutuskan hal ini. Saya tidak ingin istriku kesakitan di dunia manusia ketika melahirkan. Aku tidak bisa menyentuhkan ketika disana."
Aji Ratuna terlihat berpikir. Dia memang harus membantu Kailash sebab anak yang di kandung Kailash memiliki derajat tinggi.
"Baiklah, aku akan membantu mu, tapi ingat, semua atas persetujuan istrimu, dia harus tahu."
"Baik, Aji. Saya akan membicarakan hal ini padanya."
Kailash pamit lalu kembali ke rumah Areta dengan kereta kudanya. Kereta kuda itu melesat dengan kecepatan tinggi. Hingga membawa Kailash tiba di rumah kakaknya kembali.
"Sayang, kamu dimana?" serunya.
Widuri dan Areta sudah tidak ada di ruang di tamu. Kailash berpapasan dengan pelayan yang sedang membersihkan bekas makanan.
"Istriku dimana?"
"Ada di dalam kamar Anda, Tuan?" jawabnya sambil menunduk.
Wajah pelayan itu berseri sebab dia kedatangan manusia yang sebangsanya. Setidaknya, kehadiran Widuri mengobati rasa rindunya di dunia manusia dan keluarganya yang ada disana.
Kailash membuka pintu kamar. Dia melihat Widuri sedang berbaring di atas ranjang. Kailash masuk tanpa bersuara. Ia tahu energi istrinya sedikit terkuras setelah melewati dimensi.
Kailash mendekap tubuh Widuri dari belakang. Ia menghirup aroma tubuh istrinya yang menguar, menyegarkan batin Kailash.
" Sayang, kamu sudah pulang," ucap Widuri menoleh.
"Iya, Sayang. Aku dari rumah Aji Ratuna."
Widuri melepas kancing kemeja Kailash satu persatu. Dia ingin puas mencium dada bidang suaminya yang sangat di rindukan. Tetapi, tampaknya itu tidak akan berhasil. Sebab, Widuri tidak akan pernah puas. Rindu itu akan selalu ada karena dimensi yang memisahkan jarak.
"Aku ingin berlama-lama denganmu," ungkapnya.
"Itu akan terwujud, Sayang. Tunggulah," kata Kailash.
"Benarkah? kapan?"
"Ketika kamu akan melahirkan. Aku akan membawamu kesini. Disini kamu akan tinggal berhari-hari setelah melahirkan anak-anak kita."
Widuri mengangguk setuju. Tetapi, dia malah teringat dengan reaksi keluarganya jika dia tertidur lama.
"Bagaimana jika mereka menganggap ku mati?"
Kailash tertawa. Namun, pembahasan ini memang harusnya serius.
"Akan ada yang terjadi sehingga mereka tidak bingung dan bertanya-tanya dengan hal itu. Kami tidak boleh mengungkapkan rahasia sebelum takdir," jelas Kailash.
Thor apa di dunia nyata ada cerita seperti ini?