Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 10
Setelah selesai memanaskan Sayuran, Naira pun duduk dan menyiapkan untuk di nikmati Bagas, Naira melakukan semua dengan senang hati, tak ada keterpaksaan sedikit pun bagi Naira meski Bagas menilai nya begitu buruk.
Tak berapa lama Naira duduk menunggu kemunculan laki-laki itu, Bagas datang dan duduk di meja makan. Naira pun mengambil kan nya makanan untuk ia makan.
"Tangan mas Bagas bisa makan sendiri gak?, Mau aku suapin?." Tanya Naira dengan lembut.
"Tidak, aku bisa sendiri." Jawab Bagas tegas.
"Mas Bagas itu gak boleh sering marah-marah, kalau mas Bagas bisa lihat aku yang cantik ini, nanti Nyesal loh."Goda Naira. Bagas mengambil minuman dan meneguk nya saat Naira melemparkan kata-kata yang begitu pedenya.
Naira tersenyum, ia lalu duduk melihat Bagas makan sebelum akhirnya ia juga mengambil piring untuk ia juga makan.
"Kamu makan juga?." tanya Bagas.
"Iya, aku kan juga belum makan. Aku tuh gak biasa makan sendiri Mas, jadi kalau mas Bagas gak makan Aku juga gak makan." Balas Naira.
Bagas mendengar dan hanya diam saja dengan ekpresi datar nya.
•••
Setelah malam Itu.
Bagas merasa kalau Naira itu gadis yang ceria dan agak bawel. Ia berbaring di tempat tidur membayang kan seperti apa sosok wajah wanita itu. apa secantik yang di katakan Naira dengan pede nya tadi saat makan.
Seulas senyum muncul di bibir Bagas ketika mengingat setiap ucapan Naira yang bawel menurutnya.
...•••...
Saat matahari sudah mulai menampakkan diri nya, Naira sudah bersiap untuk berangkat ke toko nya. Ia pun lebih dulu menyiapkan sarapan untuk diri nya dan Bagas. Saat Bagas keluar dari kamar lagi-lagi ia sudah di sambut dengan aroma makanan yang begitu mengoda dan menggoyangkan cacing di perut nya.
"Selamat pagi mas. duduk Mas, aku buatkan nasi goreng, Hari ini aku akan ke toko, jadi cuman masak nasi goreng. gak apa-apa ya." Kata Naira.
Bagas mengangguk, melihat Bagas yang mengangguk, Naira pun tersenyum karena Bagas sudah mulai mau merespon pembicaraan nya.
"Aku sudah mencarikan pembantu untuk rumah ini, kalau sudah ada kamu tidak perlu lagi bangun menyiapkan sarapan dan makan malam." Kata Bagas.
"Em, aku sih lebih suka kalau masakan kita, di masak sendiri dari pada orang lain." Balas Naira.
"Kenapa?."Tanya Bagas.
"Ya, karena biar gak malas juga, kebersihan juga sudah pasti bersih." Balas Naira.
"Begitu kah?." Balas Bagas.
"Iya."
Dari pintu utama, tampak Ken datang dan masuk, ia tersenyum saat melihat dari jauh Bagas dan Naira saling bicara.
"Selamat pagi Tuan, Nona." Sapa Ken.
"Pagi." Balas Naira.
"Bos, apa hari ini ke kantor?." Tanya Ken.
"Iya."
Setelah sarapan, Naira dan Bagas pun keluar dari rumah bersama, Naira mengunci pintu untuk berangkat sebelum pergi, tiba-tiba Ken memberitahu nya kalau ban mobil nya kempes.
"Nona, seperti nya ban mobil Anda kempes." Kata Ken.
"Apa." Naira lekas berlari kecil mendekati mobil nya dan melihat ban nya kempes.
"Astaga, kemarin baik-baik saja seperti nya, uh gimana ini." Ucap Naira. Bagas pun mendengar nya.
"Masuk mobil!." Kata Bagas.
"Mas Bagas mau antar aku?." Tanya Naira. Namun Bagas tak menyahuti nya.
Naira pun memajukan bibir nya cemberut lalu masuk ke dalam mobil, karena di cueki Bagas.
"Ken, Nanti panggilkan orang bengkel untuk lihat mobil nya." Kata Bagas.
"Baik Bos." Balas Ken.
Di perjalanan, tidak ada obrolan, semua tampak diam, begitu juga dengan Bagas dan Naira yang duduk bersampingan. hingga Saat Tiba-tiba Ken menginjak rem mendadak membuat Naira dan Bagas terkejut, Tangan Bagas Reflek menahan Naira agar tidak terhantuk, Naira yang melihat pun begitu terkejut Bagas bisa sereflek itu.
"Apa kau tidak bisa lebih hati-hati, kau bisa mencelakakan orang lain." Bentak Bagas. Naira terkejut mendengar bentakan itu.
Ia merasa itu terlalu berlebihan.
"Maaf Bos, tadi ada kucing menyebrang." Jawab Ken.
Bagas membuang nafas berat dan memperbaiki duduk nya dan agak bersandar di kursi.
"Kenapa dia harus semarah itu, padahal itu tidak sengaja." Batin Naira.
Naira lalu melihat Ken yang di marahi tadi, tapi ia melihat Ken biasa-biasa saja. "Dia pasti sudah terlatih karena sering di marahi." Gumam Naira dalam hati.
"Aku harus belajar banyak bersabar seperti nya dari Sekertaris Ken." Gumam nya lagi sembari tersenyum memandang ke arah lain, memikirkan ia kini hidup bersama orang pemarah, Tapi sikap pemarah tadi juga menunjukkan perhatian Bagas pada dirinya.
bukan pak Cipto