Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukti Cinta
Altaf tak hentinya mengagumi istri cantiknya, erasa di kerjain, Ara pasang muka kesalnya. Suaminya memang pria menyebalkan, selalu memancing emosinya.
Tatapan Altaf yang sulit diartikan membuat Ara kesal bukan main. Rasa malu dan kesal menjadi satu.
"Kak, jangan lihatin Ara kayak gitu dong!" Kata Ara kesal sambil berusaha menutup tubuhnya. Dan sang suami malah senyum-senyum tidak jelas.
"Kakak! Ara marah ni!" Kata Ara lagi sambil berusaha bangkit dari posisinya.
"Mau kemana hem...! Rara yang nantangin kakak, jangan menghindar, lawan kakak Ra!" Kata Altaf membuat Ara tak mengerti.
"Hih....kakak! Jangan gitu! Kata Ara saat suaminya malah mengangkat kedua tangannya di atas kepala.
"Diam Ra, Rara yang nantangin kakak, jangan menghindar! Tanggung jawab! Beneran Ara sudah siap?" Bisik Altaf lembut tepat di telinga sang istri. Dan Ara hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Rara nggak akan menangis, karna ini akan sakit buat Rara?" Tanyanya lagi sambil menghembuskan nafas hangatnya di telinga Ara, yang membuat sensasi aneh bagi Ara. Ara kembali mengangguk.
"Hentikan kakak kalau Ara merasa nggak nyaman ya!" Kata Altaf lagi dan kembali Ara hanya mengangguk.
Altaf mencium pucuk kepala dan kening sang istri sebelum melanjutkan ibadah halalnya.
Ara menikmati setiap sentuhan dari sang suami. Saat suaminya sudah menyatukan raga mereka, Ara menahan air matanya agar tidak keluar. Rasa sakit dan perih pun ditahan sekuat tenaga. Sekuat apapun menahan ternyata air matanya lolos juga. Melihat air mata Ara keluar dari sudut matanya dengan cepat Altaf menjilatnya agar tidak mengalir.
"Sakit?" Tanyanya lembut, dan Ara hanya mengangguk lemah.
"Sorry." Kata Altaf menghentikan aktifitasnya, namun dengan cepat Ara menahannya.
"Jangan berhenti, Ara sayang sama kakak!" Kata Ara lembut dan mencoba untuk tersenyum. Altaf memeluk erat Ara sebelum melanjutkan kegiatannya.
Mereka terlena dalam suasana panas penyatuan cinta mereka. Altaf menyudahi kegiatannya, melihat sang istri nampak lelah dan mengantuk. Dipeluknya tubuh yang kini sudah menjadi miliknya secara utuh. Tak henti-hentinya Altaf mencium sang istri dan membelai rambut panjangnya hingga Ara terlelap dalam pelukannya.
"Terima kasih Rara sayang, kamu sudah memberikan sesuatu yang paling berharga dalam dirimu untuk kakak. Kakak janji akan menjagamu sampai kapanpun." Kata Altaf dalam hati.
Melihat sang istri sudah tidur pulas, Altaf bangkit dari ranjang menuju kamar mandi. Keluar membawa wadah berisi air hangat dan handuk kecil. Dibersihkan nya bagian tubuh sang istri yang sudah memberikan kenikmatan duniawi kepadanya, lalu memakaikan kembali gaun tidurnya.
"Rara...Rara... Kamu ini unik, ngeyel minta dijodohin, ngeyel minta dinikahin dan ngeyel di gituin, eh baru dua ronde sudah KO!" Kata Altaf dalam hati dengan senyum bahagianya.
Setelah mengembalikan wadah air dan handuknya, Altaf ikut berbaring di samping sang istri tercinta dan tidur dengan posisi memeluk sang istri. Altaf menyusul sang istri terbang ke dunia mimpi.
Pagi menjelang subuh Ara menggeliat terbangun, dilihatnya sang suami masih terlelap dalam tidurnya, Ara membelai lembut wajah tampan di depannya. Tangan Altaf masih setia memeluk pinggangnya.
"Ih.....ganteng banget sih suami Ara!" Katanya dalam hati sambil tak henti memperhatikan wajah sang suami. Ara bangkit dan duduk di ranjang. Dirasanya bagian bawahnya sakit dan perih. Mencoba bangkit tapi rasa sakit ia rasakan hingga ia mengaduh.
"Aowwwwwww! Sakit!" Kata Ara pelan namun dapat didengar Altaf. Altaf langsung terbangun dan terduduk.
"Ra....sakit ya?" Tanya Altaf merasa bersalah.
Dan Ara hanya mengangguk.
"Mau ke kamar mandi?" Tanya Altaf lagi dan lagi-lagi Ara hanya mengangguk. Dengan sigap Altaf mengangkat tubuh sang istri. Ara mengalungkan tangannya di leher sang suami dan menempelkan kepalanya di dada bidang sang suami, karena Altaf hanya mengenakan celana pendek dan bert***nj*ng dada.
"Mau dimandiin?" Tanya Altaf dan...
PLAKKKKK!
"Ra...! Jangan kdrt dong!"
"Habis kakak ngeselin!"
"Ya kan siapa tahu aja, karna sakit nggak bisa mandi sendiri!"
"Bisa! Jangan modus! Udah kakak keluar! Mandinya gantian!" Kata Ara kesal dan Altaf hanya bisa nurut.
"Kalau sudah selesai panggil kakak ya, nanti kakak bopong keluar!" Kata Altaf dan Ara mengangguk.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya Ara manggil Altaf. Altaf kembali membopong Ara.
"Masih sakit? Kakak oles salep ya!"
PLAKKKKKK
"Ra, apa sih mukul terus!" Tanya Altaf tak mengerti dengan tingkah sang istri.
"Kakak yang apa-apaan! Ngeselin! Malu tahu nggak!" Kata Ara ketus.
"Malu sama siapa sih Ra, kakak udah lihat semua, nggak perlu malu. Mau nanti ketemu mama papa Rara nggak bisa jalan?" Tanya Altaf lembut dan Ara menggeleng.
"Makanya sini kakak oles salep!" Kata Altaf lagi lalu mulai mengoles salep pada bagian tubuh Ara yang perih.
"Kakak kok udah nyiapin salep, berarti kakak emang udah pingin gitu-gitu kan sama Ara?" Tanya Ara mengagetkan Altaf. Dan yang ditanya salting sendiri.
"Tuoloooooong! Ada empang nggak? Gua mau nyebur nih, siapapun yang lihat gua tolong ceburin gua dalam empang aja! Mualuuuuuu......!" Kata Altaf dalam hati.
"Bener kan kak? Emang kakak udah nyiapin semua, emang udah punya rencana?!" Tanya Ara lagi.
"Ra, nggak usah bahas itu, sini kakak keringin rambutnya!" Kata Altaf sok dingin mengalihkan topik pembicaraan. Dan Ara hanya memanyunkan bibirnya.
"Ara lupa nggak bawa hair dryer!" Kata Ara dengan mada manja.
"Nggak papa, kakak keringin pakai handuk."
Lalu dengan lembut Altaf mengeringkan rambut sang istri sambil menghirup wangi sampo yang dipakai Ara.
"Udah, udah kering! Kakak mandi dulu, habis itu kita sholat subuh, Rara ambil wudunya nanti aja!" Kata Altaf sambil mencium pucuk kepala Ara dengan lembut, membuat Ara tersenyum bahagia.