Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Tanda Lahir • Revisi
Karena bentakan tersebut, Chester langsung meneteskan air mata. Tina mulai panik, cepat-cepat menghampiri Chester kemudian menggendong anak sahabatnya itu. Tina dapat merasakan tubuh mungil Chester bergetar hebat. Chester tengah menahan takut saat ini.
"Oh jadi ini Mamamu!" Mata Marisa masih menyala. Dia sesekali melirik ke bawah lututnya, yang ternyata sedikit merah karena hantaman Chester tadi.
Tina membawa Chester ke dalam pelukannya lalu menoleh ke depan. "Maafkan anak ini Nyonya, sekali lagi aku minta maaf karena tadi aku teledor menjaganya," kata Tina apa adanya, sebab Chester tadi tiba-tiba terlepas dari tangannya saat sedang mencari tempat makan.
Sepertinya Chester terlalu senang karena melihat di belakang Marisa ada wahana permainan. Jadi, sangking senangnya anak itu berlari kencang dan tidak sengaja menabrak Marisa.
"Alasan, lihat lah gara-gara anakmu ini, kakiku lecet! Apa kamu bisa mengganti rugi lecet di kakiku ini?!" balas Marisa, memandang dengan sengit.
Kemarahan Marisa pada Juwita tadi belum mereda dan saat ini ada lagi kejadian yang membuat Marisa semakin meradang.
Tina makin panik. Apa dia bisa membayar nyonya di hadapannya ini yang menurutnya kaya raya. Tina dapat mengetahui kekayaan Marisa hanya dengan tas branded yang ditenteng Marisa saat ini. Tas merk Dior yang dia tahu dibrandol ratusan juta.
"Ampun Nyonya, aku benar-benar minta maaf, aku akan bertanggung jawab, berapa yang harus aku ganti?" tanya Tina seraya mengelus pelan punggung Chester yang masih menangis.
Marisa tersenyum sinis.
"Tidak usah, aku tahu kamu tidak akan mampu membayar pengobatan kulitku ini! Pergi lah sekarang dari hadapanku sebelum aku berubah pikiran!" balasnya sambil melototkan mata.
"Baik Nyonya, sekali lagi aku minta maaf!" Secepat kilat Tina berlalu pergi dari situ.
Melihat kepergian Tina, Marisa mendengus dingin. Namun, entah mengapa ada sesuatu yang menganggu pikirannya saat ini.
"Kenapa bocah itu mirip sekali badannya dengan Calvin waktu kecil dulu ya, warna matanya juga sama, bahkan tanda lahirnya juga di bagian kakinya mirip sekali."
Marisa mengerutkan dahi, tampak berpikir keras. Merasa heran karena bocah yang menabraknya tadi, tubuhnya, warna mata dan tanda lahir di bagian betis belakangnya sama persis dengan Calvin. Sebuah tanda yang tidak semua orang bisa memiliki, tanda lahir berwarna cokelat khas keluarga Cloud. Tanda yang dimiliki mendiang suaminya juga dulu.
"Hmm, mungkin hanya mirip." Detik selanjutnya, Marisa menggeleng cepat lalu melenggang pergi dari mall.
Di lain sisi, Juwita telah sampai di tempat makan yang diberitahu Tina barusan. Juwita melangkah cepat menuju meja saat melihat Chester tampak sesenggukan.
Kedatangan Juwita membuat wajah Chester terlihat senang. Meskipun begitu jejak air mata di kedua pipi bulatnya itu masih terlihat dengan sangat jelas.
"Mama!" Chester merentangkan kedua tangannya seketika sambil tersenyum lebar.
Juwita buru-buru duduk di samping Chester lalu memeluk sejenak anaknya.
"Tina, apa yang terjadi dengan Chester?" tanya Juwita seraya melirik sekilas Tina yang wajahnya terlihat muram.
"Maafkan aku Juwi, ini semua salahku, tadi Chester tidak sengaja menabrak seorang wanita, lalu wanita itu marah besar dan bentak-bentak Chester, makanya Chester nangis," terang Tina.
Mendengar penuturan Tina, Juwita tampak terkejut. Meskipun begitu dia tidak dapat menyalahkan Tina. Dia pun mengecup pelan pucuk kepala Chester, berharap anak laki-lakinya itu tidak trauma. Perlahan, air mata Chester juga ikut berhenti mengalir.
"Padahal aku sudah meminta maaf tadi, mentang-mentang orang kaya memperlakukan orang seperti kita dengan semena-mena," sambung Tina lagi teringat dengan perlakuan Marisa tadi, yang menurutnya berlebihan, anak sekecil Chester malah dimarahi dan dibentak-bentak.
Juwita tersenyum meringis. Dia jadi teringat dengan Marisa, yang menghina-hinanya juga tadi.
"Mau bagaimana lagi Tina, aku pun heran dengan orang-orang seperti mereka, padahal kita semua sama di mata Tuhan, tapi ada juga kok yang baik," balas Juwita kemudian. Masih ada orang kaya dan baik seperti Lara.
Tina menggangguk, menyetujui pendapat Juwita.
"Mama, kok pakaiannya basah?" celetuk Chester seketika kala melihat pakaian atas Juwita tampak basah.
"Iya kamu habis ngapain?" Tina pun baru sadar dengan penampilan Juwita saat ini, seperti ketumpahan air.
Juwita cepat-cepat mencari alibi di dalam otaknya. "Aaa, tadi saat aku ke sini, ada seorang pengunjung mall yang tidak sengaja menabrakku dan kebetulan dia membawa minuman tadi."
Tina mangut-mangut. "Oh begitu, ada-ada saja ya, tadi Chester yang menabrak orang eh ternyata kamu juga ditabrak."
Juwita membalas hanya dengan tersenyum lalu memesan makanan. Tak berselang lama, makanan sudah tiba, Chester pun makan dengan lahap. Sesekali terdengar tawa rendah Juwita dan Tina di meja tersebut, kala melihat kelakuan lucu Chester. Setelah usai makan, Juwita mengajak Chester bermain di wahana permainan.
Tepat pukul tiga sore, Juwita terpaksa mengakhiri kegiatan saat melihat Chester mulai menguap, dan saat ini Juwita, Tina dan Chester berada di taksi hendak pulang ke rumah.
"Juwi, maaf jika perkataanku ini sedikit mengganggumu, jika kamu mempunyai rahasia, cepat lah beritahu aku Juwi, aku tidak mau rahasia yang kamu tutupi itu, aku ketahui dari mulut orang lain," kata Tina tiba-tiba seraya melirik Chester tertidur di pangkuan Juwita sedari tadi.
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?