Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Nadia benar-benar menghindari Bintang selama beberapa hari ini. Dia sengaja bermalam di rumah sakit menemani Neneknya yang kondisinya semakin membaik. Nadia juga sudah melihat beberapa rumah kecil yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Dia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah Bintang dan memulai hidup yang baru seperti yang Tuti katakan. Dia sadar betul tidak akan mampu bersaing dengan Sarah Diandra.
“Nek, Nadia sudah lihat-lihat rumah untuk kita tinggali saat Nenek keluar nanti” cerita Nadia pada Neneknya.
Nenek Mina pun setuju dengan Nadia kalau sudah saatnya mereka kelaur dari rumah itu. Nenek Mina sudah tidak bisa bekerja seperti dulu lagi dan Nadia pasti akan sibuk mencari kampus untuk kuliah, tinggal di rumah itu secara cuma-cuma tentu akan membuat Sarah semakin menghina mereka.
“Pilih yang kecil saja, biar murah” kata Nenek Mina.
“Iya, Nek. Sambil Nadia cari kerja juga untuk tambah-tambah tabungan kita” Nenek Mina hanya tersenyum sambil mengelus rambut Nadia yang sedang berbaring di pangkuannya itu.
“Kamu sudah bilang sama Tuan Bintang kalau kita akan keluar dari rumahnya” Nadia terdiam, jangan bicara dengan Bintang melihatnya saja Nadia sudah tidak mau lagi. Nadia benar-benar ingin menjaga hatinya sekarang dengan menjauh dari Bintang, sejauh yang dia bisa.
“Nenek aja deh, kalau aku nanti nggak sopan” alasannya. Nenek Mina juga berfikir hal yang sama, bagaimanapun Nadia masih anak-anak, tidak sopan jika dia yang berpamitan pada Bintang jika dirinya masih ada.
Sementara Bintang merasa Nadia sengaja menghindarinya. Dia terus menghubungi ponsel Nadia tapi nomornya tidak pernah aktif. Bukan tidak aktif tapi Nadia sudah memblokir nomornya sehingga dia tidak akan bisa lagi menghubungi Nadia.
Dia mengutuki dirinya sendiri setelah menyadari bahwa hari itu dia memiliki janji dengan Nadia tapi malah pergi bersama Sarah. Dia yakin Nadia marah dan kecewa padanya karena hal itu. sejak hari itu, dia tidak pernah lagi melihat Nadia di rumahnya.
Tuti yang di tanya pun tidak mau mengatakan di mana Nadia, dia hanya selalu menjawab tidak tahu kalau Bintang bertanya di mana Nadia. Bintang pernah beberapa kali ke rumah sakit mencari Nadia, tapi kebetulan saat itu Nadia memang sedang tidak ada keran keluar mencari rumah dan pekerjaan.
“Di mana kamu, Nad?” tanya Bintang entah pada siapa.
“Kalian mau lanjut dimana?” tanya Nadia pada Vanesa dan Angel.
“Aku belum tahu, kalau aku dapat yang bagus tapi Papa sama Mama nggak bisa juga mau di apa” jawab Angel yang di mana dia melanjutkan sekolahnya adalah tergantung dari keputusan orang tuanya.
“Bisa nggak sih kita satu kampus aja, malas banget berteman sama orang baru” kata Vanesa yang tidak mau berpisah dari teman-temannya.
“Maunya sih, tapi kan tetap keuangan yang bicara” Angel setuju dengan Nadia.
“Aku malah nggak tahu bisa lanjut atau tidak, soalnya Kak Marisa sedang butuh uang banyak untuk ke luar negeri” keluh Angel si anak terbuang.
“Bagaimana kalau aku minta orang tuaku yang membiayai kuliah kalian, hitung-hitung mereka memberikan beasiswa untuk murid yang berprestasi seperti kalian.”
Menyekolahkan dua anak sampai selesai tentu tidak akan mempengaruhi keuangan keluarga Vanesa. Tapi Nadia dan Angel menolaknya, mereka tidak mau sekolah secara gratis hanya dari belas kasihan walaupun niat Vanesa sama sekali tidak seperti itu.
“Jadi bagaimana dong, aku kan tidak mau pisah sama kalian” Vanesa merasa sedih Angel dan Nadia menolak bantuannya.
“Cari sugar daddy aja lagi, kamu mau aku mibta Om Alex kenalkan temannya?” gagal membujuk keduanya kuliah di biayai orang tuanya, Vanesa malah menawarkan hal gila pada Angel.
“Kamu juga, Nad. Kamu kan sudah gagal sama Tuan Bintang, cari gantinya aja”
Vanesa menjerit ketika Nadia mencubitnya, ide gilanya benar-benar membuat Nadia dan Angel kesal.
“Ada-ada aja deh kamu. Aku itu masih patah hati malah di suruh coba-coba lagi yang ujungnya pasti patah hati lagi” omel Nadia. Angel menjulurklan lidahnya pada Vanesa karena gadis itu mendapat omelan dari Nadia akibat ide-idenya yang tidak masuk akal.
“Iya, iya. Aku nggak akan bicara macam-macam lagi” Vanesa mengalah dan tidak lagi memberi ide gila pada temannya.
Mereka sedang duduk di pinggir jalan di depan sebuah ruko besar, ada kursi panjang di depan ruko itu. Sambil menikmati cemilan ringan yang mereka beli di supermaker di samping ruko itu. Mereka lebih memilih duduk santai di tempat itu dari pada harus menghabiskan uang nongkrong di cafe. Nadia dan Angel merasa sungkan juga jika Vanesa selalu menjadi donatur mereka.
Hal yang tentu sangat berbeda ketika masih ada Bryan yang memberikan kartu tanpa batas pada Angel, dia bergantian dengan Vanesa yang selalu menjadi donatur saat mereka kumpul di manapun itu.
“Nadia, ngapain kamu di sni?” mereka bertiga terkejut begitu melihat Bintang ternyata sudah berdiri di depan mereka. Tapi Nadia pasti yang paling terkejut, dia melihat ke kiri dan ke kanan entah mencari apa dan siapa.
“Tuan Bintang” katanya dengan wajah cueknya. Sebisa mungkin dia memperlihatkan pada Bintang kalau dia sudah tidak tertarik lagi menjadi wanita kedua untuknya.
“Kalian kenapa duduk di sini dan bukannya di cafe atau di tempat yang lebih asyik, masak nongkrong di pinggir jalan” Bintang memperhatikan bungkusan snack dan minuman yang ada di ata kursi itu. Dia menggeleng-gelengkan kepala sambil berdecak-decak.
“Lagi hemat, Om” celetuk Vanesa.
“Hemat...?” Bintang mengkerutkan keningnya, hemat?
Seingatnya, Nadia pernah mengatakan kalau kedua temannya itu adalah sugar baby. Jadi tidak mungkin mereka tidak punya uang untuk sekedar nongkrong di cafe. Apalagi dia memberikan kartu pada Nadia dan mengatakan kalau Nadia boleh memakai kartu itu sesuka hatinya, lalu kenapa mereka malah memlilih nongkrong di pinggir jalan dengan cemilan yang tidak sehat seperti itu.
“Nad, ayo pulang” Bintang tidak mau pusing dengan kedua teman Nadia. Toh, dia merasa senang akhirnya bisa menemukan Nadia walau di tempat yang tidak di duga.
“Saya masih ada urusan, Tuan. Tuan dulan aja” Vanesa dan Angel mebalik wajahnya karena menutupi senyuman mereka. Bintang terlalu percaya diri mengajak Nadia padahal Nadia sudah tidak mau lagi berurusan dengannya.
“Aku yang akan mengantar ke manapu kau mau pergi, ayo” kali ini wajah Bintang sudah tidak seramah saat pertama dia datang. Wajahnya mulai datar dan nada bicaranya juga sudah tidak ramah.
Nadia masih ingin menolaknya tapi dia juga merasa takut. Hingga akhirnya dia mengikuti Bintang dengan wajah di tekuk.
“Bye, Nadia” teriak Vanesa yang sengaja meledeknya. Nadia berbalik dan memperlihatkan wajah memelasnya.
Bintang membukakan pintu depan untuk Nadia dan mendudukan gadis itu di samping kemudi, dia lalu memutri mobilny untuk duduk di balik kemudi setelah memasangkan sabuk pengaman untuk Nadia. Sementara gadis itu hanya terus menunduk dengan wajah masam.
kalau di kehidupan nyata sudah pasti salah.