Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Shima selalu memakai cincin itu kapan pun juga, kecuali, saat mandi. Namun, sekarang dengan perasaan berat hati, dia akan menjualnya.
Shima mengeluarkan sertifikat keaslian cincin dari dalam kotak, melihat kembali cincinnya, dan menarik napasnya dalam-dalam.
Mungkin sekarang saatnya dia pergi, sama seperti orang yang pernah memberinya cincin indah ini.
Benda berharga itu adalah simbol cinta Deril, tapi ternyata cinta tidak seberharga itu di dunia ini. Dia bisa hilang atau terlepas begitu saja sesuai waktu dan kondisi.
Antara benci dan cinta itu ternyata jaraknya tipis sekali.
Seperti cincinnya sekarang yang harus dijual karena keadaan. Deril tidak bersedia memberinya uang, hingga benda berharga itu tidak bisa pula dia pertahankan. Hanya itu benda berharga yang masih ada padanya saat ini.
Pelayan toko melihat surat itu sambil tersenyum ramah, dia tahu Shima memiliki kartu member khusus. Keterangan itu tertera pada lampiran dalam surat perhiasan.
“Bu, apa Ibu benar-benar mau menjual cincinnya?” kata pelayan, sebelum memberikan surat tersebut pada manajer toko.
Tentunya pelayan itu tahu kalau cincin milik Shima, dibuat dengan rancangan khusus. Batu permata di dalamnya pun tergolong langka serta, berkualitas premium. Tentunya benda itu sangat berharga.
“Ya!”
“Baiklah, kalau begitu tunggu sebentar, ya, Bu, soalnya membutuhkan waktu agak lama untuk mencairkan uangnya,” kata pelayan itu lagi sambil berlalu ke ruang lain.
Tak lama dia keluar lagi dengan seorang pria dan tersenyum, sambil membawa surat perhiasan yang tadi dibawanya.
“Bu, bolehkah saya melihat cincinnya?” kata pria yang merupakan manajer toko perhiasan itu.
“Tentu!” kata Shima sambil melepaskan cincin dari jari manisnya.
Namun, belum sempat Shima menyerahkannya pada manajer, seseorang masuk dengan berdehem cukup keras.
“Ehem! Ehem!” Suara itu berasal dari mulut Karina, yang melangkah sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Karina memakai baju terusan warna putih yang elegan, sepatu putih hak tinggi dan tas tangan dengan warna senada melengkapi penampilannya. Sementara rambutnya yang panjang, digerai begitu saja, ada jepit rambut terbuat dari bulu putih bertengger di atas telinga.
Dia terlihat sangat cantik dan anggun, bibirnya yang merah menyala sangat menggoda. Semua orang akan tertarik dengan penampilannya. Berbeda jauh dengan penampilan Shima.
“Wah, siapa mau menjual cincin di sini?” katanya setelah berdiri di samping Shima. Lalu, dia meletakkan satu tangannya di atas etalase dan meletakkan tas bermerek di sana pula.
“Nyonya Deril, selamat sore! Apa yang Anda butuhkan hari ini?” Manajer toko menyapa Karina dengan ramah.
Sebutan Nyonnya Deril yang disematkan manajer toko pada Karina, membuat hati Shima seperti ditusuk dengan kuat oleh tombak besi.
Bagaimana tidak? Dia yang menjadi istri Deril selama empat tahun saja, tidak pernah mendapatkan sebutan itu dari orang lain. Bahkan, sampai mereka sudah bercerai pun, tidak ada orang luar yang memanggilnya begitu. Tidak banyak orang yang tahu Shima adalah istri sah orang terkaya di kota.
Pernikahan mereka adalah pernikahan rahasia.
Waktu memesan perhiasan itu, Deril tidak memperkenalkan siapa Shima pada pengurus toko. Sementara Karina yang belum menikah, bisa dipanggil dengan julukan nyonya.
Memangnya apa kedudukan Karina sampai dipanggil Nyonya Deril? Apa benar mereka sudah menikah?
Sampai di sini, harga diri Shima seolah dipermainkan setengah mati.
Pikiran Shima berada di antara—tidak tahu dan bingung—dengan sikap Deril. Apakah pria itu terlalu menjaganya atau malu memperkenalkannya pada orang.
Ternyata, cinta memang tidak bisa memberi seseorang kedudukan ataupun kekuasaan. Jangankan membuat kenyang, cinta justru hanya mendatangkan kesakitan bila diberikan pada orang yang salah.
“Biar aku saja yang membelinya!” kata Karina.
Tanpa sopan santun, dia mengambil cincin itu dari tangan Shima.
Melihat sikap Karina, pelayan dan manajer tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya saling melihat satu sama lain, lalu tersenyum.
Setahu mereka, Karina adalah kekasih Deril yang selama dua tahun ini selalu muncul di manapun. Karina memperkenalkan diri sebagai kekasih orang terkaya di Surala. Meskipun dia tidak menyebutkan nama Deril Pratama, tapi kebanyakan orang tahu maksudnya.
Sekarang wanita itu menjadi bagian dari, orang terkaya dan sangat terkenal. Berapa pun harga cincin Shima, dia pasti mampu membelinya.
Kalau Karina mau membelinya, maka manajer toko tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar Shima. Mengingat perhiasan itu sangat mahal harganya, tentu agak sulit. Toko harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
“Baiklah! Kalau begitu, kami akan membuatkan not—“ Ucapan manajer terhenti, saat Shima merebut cincinnya kembali.
“Gak jadi! Aku gak jadi menjualnya!” katanya.
Setelah itu percakapan yang terjadi, hanya antara Shima dan Karina.
“Kenapa? Kayaknya kamu kekurangan uang ya, sampai mau menjual cincin? Kasihan sekali kamu, Shima!”
“Bukan urusanmu!”
“Kamu gak usah malu-malu menjualnya padaku, Shima! Kamu tahu, kan, sekarang aku ini siapa? Aku bisa membeli cincin seperti yang kamu punya itu berapa pun harganya, sebutkan saja!”
Shima menatap Karina sinis, dia tidak mau cincinnya menjadi milik Karina. Lebih baik dibuang saja dari pada perempuan itu yang memakainya. Dia tidak rela.
Cincin itu memang mau dia jual, tapi asal bukan Karina yang menjadi pembelinya. Membiarkan cincin itu menjadi milik Karina sama saja merelakan Deril bersamanya.
Tidak, dia masih belum rela walau Derik telah menyakitinya. Perasaannya kacau.
“Apa yang mau kamu mempertahankan, Shima? Apa kamu mau lihat bukti lagi, yang menunjukkan hubunganku yang sebenarnya? Ayolah, jangan keras kepala begini! Soalnya, kalau dilihat dari posisi dan keadaan kamu sekarang, kamu itu gak layak sama sekali punya cincin seperti ini!”
Karina berkata seraya melotot pada Shima, dia berusaha merebut cincin dari wanita berjilbab yang kumuh di depannya.
Namun, Shima mempertahannya, hingga, dua perempuan itu saling berebut.
“Karina, kamu hanya manusia biasa, meski kamu memiliki suami orang terkaya di kota, bukan berarti kamu bisa memiliki apa pun yang kamu mau di dunia!” Shima berkata sambil menatap tidak suka, sedangkan, hatinya setengah mati menahan tangis agar tidak tumpah saat itu juga.
Dia sangat sedih.
Shima gadis manja yang dilimpahi kasih sayang, serta cinta sejak kecil dari kedua orang tuanya. Setelah menikah, Deril juga memperlakukannya seperti seorang ratu di rumah mereka. Apa pun keinginan Shima selalu dipenuhinya.
Namun, sekarang dia tidak lebih seperti seorang gembel yang menyedihkan. Mempertahankan benda sekecil cincin kawin saja, harus mempertaruhkan harga dirinya.
Mempertahankan hak milik memang tidak mudah.
“Shima, gak ada gunanya kamu pertahankan cincinmu, karena hubungan kalian itu sudah selesai! Jadi, kenapa gak kamu berikan saja padaku? Aku bisa memberi kamu uang yang sepadan!”
Saat itu keanggunan Karina yang berkelas seolah sirna. Dia menampakkan taring tajamnya tanpa peduli dengan penilaian orang.
Dia berniat menghancurkan Shima, itu jauh lebih penting. Jangan sampai Deril kembali pada Shima lagi.
Karina ingin menjadi Nyonya Deril seutuhnya dengan cara menyingkirkan Shima secepatnya.
“Aku gak butuh uangmu! Lepaskan cincinku!” seru Shima.
“Dasar kamu perempuan gak tahu diri, kamu gak pantas mempertahankan seorang pria termasuk cincin ini!”
“Apa kamu gak ingat sama almarhum suamimu, Karina? Dia pasti malu pernah menikah dengan orang seperti kamu!”
“Apa kamu bilang?”
Di saat yang bersamaan, cincin terlepas, dan terjatuh dari tangan kedua wanita itu hingga menimbulkan suara berdenting di lantai.
Ting!
Benda itu menggelinding sampai ke pintu masuk toko.
Shima berjalan dengan cepat untuk mengambil cincin yang tergeletak di sana. Dia masih berlutut saat sebuah mobil berhenti di hadapannya.
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭