Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 13
KETERKEJUTAN LUAR BIASA
Ingatan Grace akan keluarganya pudar dalam sekejap saat tangannya merasakan ukuran yang tertera di batang pohon. Sambil mengerutkan keningnya, Grace mengamati ukuran tersebut— ukiran yang tak terlalu jelas namun masih bisa dibaca.
“Sam.. and Vin... 4ever...” eja Grace ketika dia menyentuh seraya melihatnya.
Ukiran yang terlihat cukup sangat lama sekali.
“Vin? Vincent. Lalu Sam? Siapa Sam?” gumam Grace menjadi penasaran dan bertanya-tanya. Namun tiba-tiba suara mesin mobil serta lampunya baru saja memasuki gerbang Mansion sehingga Grace cepat-cepat bersembunyi di balik pohon sembari mengintip.
Sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari arah Grace. Vincent turun dari sana, berjalan menuju bagasi mobil dan membukanya.
Betapa terkejutnya Grace saat melihat tuannya mengeluarkan seorang pria dengan banyak darah di sekujur tubuh terutama wajahnya. “Astaga...” Gumam Grace menutup mulutnya dengan kedua tangannya serta menatap dengan mata melotot.
Tanpa ampun Vincent menarik pria yang saat ini hanya diikat tangannya, sementara ikatan di kakinya baru saja di lepas.
“A-ampuni aku Vincent.” Mohon pria itu tak mau dibawa lebih jauh lagi.
Vincent yang sama sekali tak menatapnya, menyeret dengan paksa dan kejam menuju ke belakang rumahnya.
Jika tempat para maid ada d sebelah kiri, maka gudang rahasia Vin ada di sebelah kanan.
Dengan keraguan ingin mengikuti Vincent, Grace masih diam di tempat. Tubuhnya gemetar hebat melihat betapa brutalnya Vin memukuli pria malang tadi.
“Cepat selesaikan ini.” Pinta Vincent mendorong kasar tubuh pria yang dia bawa tadi hingga tersungkur ke lantai dengan lemasnya.
“Baik bos!” balas bersamaan mereka yang bertugas di gudang tersebut.
Vincent menyalakan cerutunya, menghisapnya hingga kebaikan asap terlihat jelas. Teriakan ampun pria yang tak lama lagi akan mati itu, sama sekali tak di gubris Vin.
“KAU AKAN MENYESALINYA VIN! FUCK YOU... SUATU SAAT KAU AKAN MELIHAT ORANG TERDEKATMU MATI MENGENASKAN. INGAT SEMUA INI.....” Sentak pria tadi tak ada habisnya mencaci maki pria berkemeja hitam yang masih santai akan cerutunya sambil berbalik membelakanginya.
Tak lama teriakan tersebut sudah hilang ketika anak buah Vincent menyuntikan suntikan mati.
“Cih. Semua orang sialan. Mereka yang memulai, mereka juga yang mengutuk!” kesal Vincent namun dengan seringaian kecil.
“Tuan, apa saja yang kita ambil?”
Vincent berbalik setelah dia membuang cerutunya. Sambil melingkis lengan kemejanya, pria itu berjalan menghampiri mayat pria malang tadi yang sudah di bedah hingga terlihat organ di tubuhnya.
Tanpa menggunakan sarung tangan, Vincent langsung mengambil jantung dan hati pria itu.
“Ck. Organ yang sangat buruk. Ambil kedua matanya saja, dan jual ini semua.” Pinta Vincent sangat kesal. Sudahlah hutang pria itu tak dibayar, lalu menjadi mata-mata musuhnya dan menyelinap di perusahaannya.
Vincent bukanlah orang baik. Dia tak segan membunuh siapa saja yang telah membohonginya.
Saat pria itu membuka sarung tangan plastiknya. Bruak! Kardus kosong di sana jatuh hingga para pria tadi langsung menoleh ke arah kardus tersebut.
Vincent menatap tajam ke seorang wanita yang kini melihatnya dengan penuh ketakutan hingga berlinang air mata serta keringatnya.
Grace langsung berlari setelah Vincent melihat keberadaan nya di sana. Ia berlari sekencang mungkin dan masuk ke dalam kamarnya— tak peduli meski lampu di sana sudah dipadamkan, Grace segera naik di ranjangnya sembari menutupi dirinya dengan selimut.
“Haahhh— hahhh— hahhh— di-di-dia... ” Saking gemetarnya, Grace tak bisa berbicara dengan baik.
Dia sangat ketakutan hingga wajahnya pucat Pasih. Bibirnya terus berdoa di dalam selimutnya. Sambil menangis, Grace ingin keluar dari Mansion itu, dia pikir Vincent hanyalah seorang pengusaha, namun nyatanya pria itu juga menjual organ manusia.
Ketegangan Grace bertambah ketika suara pintu terbuka hingga suara langkah kaki ringan yang semakin mendekat.
Vincent menyibak selimut Grace dan langsung menutup bibir wanita itu dengan tangannya. “Sssttt— ”
Kedua mata Grace berkaca-kaca, mengangguk gemetar hingga dia tak bisa menahan dirinya atas syok yang ia alami barusan sehingga Grace langsung pingsan.
Melihat hal itu, Vincent kembali berdiri tegak dan mengamati wanita cantik tanpa kesadaran, terbaring di kasur dengan tubuh lemas.
...***...
“Aku juga tidak tahu jika Grace bekerja di sana, ayah.” Sentak balik Jacqueline kepada ayahnya yang baru saja mendapatkan pesan pemberhentian kerjasama antara perusahaannya dan milik Vincent.
“Jika saja kau yang berkencan waktu itu, mungkin aku tidak akan rugi sebesar ini. Sekarang kau akan menjadi putri seorang gembel!” ujar pria berambut putih itu dengan marahnya, melangkah pergi meninggalkan Jacqueline yang masih tak terima akan ucapan ayahnya.
Dia tak mau menjadi seorang gembel.
“fucking all.” Umpat wanita cantik yang selalu memakai dress mewah itu tak terima.
.
.
.
Selang beberapa jam kemudian. Matahari mulai terbit, para maid sudah bekerja seperti biasanya.
Sebagai kepala pelayan, Maida juga sudah memberikan pengawasan kepada para maid di sana, namun ada yang mengganjal dirinya, seolah ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang membuatnya kesal, tapi saat ini sesuatu itu terasa hilang.
“Di mana Grace?” gumam Maida pelan dan kembali kesal hingga dia menuju ke kamar wanita itu.
Sampai di sana, Maida tak melihat sesiapapun di sana.
“Apa dia sudah bergerak?” tanya Maida pada diri sendiri sampai salah satu Maid yang kebetulan satu kamar dengan Grace, baru saja masuk untuk mengambil barangnya yang terlupakan.
“Bibi Maida? Ada sesuatu?” tanya maid tersebut tersenyum ramah.
“Kemana wanita itu? Si Grace!” tanya Maida sedikit tegas seperti biasanya.
“Aku juga tidak tahu Bibi. Sejak pagi, sejak kami bangun, Grace sudah tidak ada di kasurnya.” Jelas maid itu mengatakan yang sejujurnya.
Maida bertambah panik, bagaimana jika Grace kabur saat tidak ada yang mengawasinya? Tapi jika dia kabur itu tidak mungkin, karena Mansion di jaga ketat oleh para penjaga.
“Dimana wanita itu.” Kesal Maida yang setiap kali bersangkutan dengan Grace, maka darah tingginya berasa naik turun.
Sementara itu, di sebuah kamar yang sangat luas dan hening. Sebuah kamar berdekorasi bak dark knight, sangat tidak cocok dengan seorang wanita cantik dan ceria seperti Grace.
Ya! Kini Grace berbaring tak sadarkan diri di atas ranjang king size warna hitam, dengan selimut hitam menutupi tubuhnya.
Cukup lama dia pingsan, akhirnya Grace mulai mengerjapkan matanya hingga membuka kelopak matanya. “Sshhh— tubuhku lelah sekali!” lirihnya yang mulai duduk dengan malas.
Grace masih belum sadar dengan pakaiannya yang hanya mengenakan bra hitam dan celana dalam hitam— lebih tepatnya, ia hanya mengenakan pakaian dalamnya saja.
“Morning.” Sapa seorang pria yang masih duduk santai di sofa singelnya berwarna putih yang mengarah tepat di depan Grace.