Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Seminggu kemudian.
POV Author.
Dimas sudah menyiapkan makan malam romantis untuknya dan Anna. Di hotel tempat nya dan Anna makan malam, dihari pertama Anna bekerja sebagai sekertarisnya. Juga tempat pertama kali mereka menyatu setelah resmi menjadi suami istri.
"Mas, dimana ini? Kamu tidak akan membuangku kelaut kan?" tanya Anna, karena matanya di tutup. Saat ini ia sedang di tuntun Dimas untuk keluar dari mobil.
Dimas terkekeh mendengar ucapan Anna. Ia mengacak pucuk kepala Anna dengan pelan. "Mana mungkin aku tega membuang wanita secantik kamu, belum di buang saja aku yakin sudah banyak yang akan memungutmu." jawab Dimas sambil memapah Anna menaiki tangga menuju lobby hotel.
Anna menebak jika saat ini dirinya sedang berada di dalam lift, ia sempat mendengar suara berdenting, dan kemudian merasakan tubuhnya di angkat keatas.
Tak lama kemudian, lift yang mereka tumpangi berhenti. Setelah pintu lift terbuka, Dimas kembali memapah dan mengintruksi Anna untuk melangkahkan kakinya.
"Sekarang kita jalan lagi ya sayang. Sebentar lagi sampai di tempat."
"Hmm!" Anna hanya mengangguk patuh, dan mulai melangkahkan kakinya. Ia yakin jika saat ini sedang berada di lantai atas suatu gedung. Tapi ia sama sekali tidak bisa menebaknya.
Dimas mendudukkan Anna di sebuah kursi yang sudah di sediakan. Anna merasakan tubuhnya dingin di terpa angin, ia memeluk tubuhnya karena hanya memakai gaun tanpa lengan.
Dimas mulai membuka penutup di mata Anna. "Kejutan!" ucap Dimas setelah berhasil membuka penutup mata Anna.
Anna mengerjapkan matanya beberapa kali sampai bisa memahami apa yang bisa ia tangkap oleh penglihatannya.
"Candle light dinner!" ucap Anna pelan. Dimas tersenyum dan duduk di depan Anna.
"Iya, ini malam pertama yang akan kita lewati setelah seminggu menikah. meskipun ini pernikahan kita yang ke 2 kalinya. Aku tetap ingin membuat malam ini berkesan untukmu." ucap Dimas tersenyum menggodan dengan mengedipkan matanya.
Anna menahan senyumnya, wajahnya merah menahan malu karena mengerti maksud Dimas. Tadi pagi, Anna mengatakan jika dirinya sudah bersih.
Mereka makan malam dengan di selingi obrolan dan candaan. Setelah selesai menyantap makanan penutup, Dimas menuangkan wine ke dalam gelas berkaki untuk Anna. Angin malam membuat mereka kedinginan, menenggak wine akan sedikit menghangatkan tubuh mereka sebelum memulai malam panas dan panjang.
"An! Aku selalu lupa untuk menanyakan hal ini, mumpung ingat aku ingin bertanya. Dimana nenek?"
"Sejak pertama kali aku datang ke rumahmu, tidak melihat ada nenek. Bahkan aku juga lupa untuk mengatakan pada nenek untuk kembali memintamu."
" Maaf ya, aku benar-benar lupa. Setelah ini antar aku pada nenek ya, aku ingin memintamu langsung pada nenek meskipun sudah terlambat. Tapi dari pada tidak sama sekali kan." ucap Dimas sembari sesekali menyesap wine di gelasnya.
Anna tersenyum tipis menatap Dimas. Ia meletakkan kembali gelas wine yang sudah habis keatas meja.
"Besok saja kita temui nenek!" ucap Anna. Ia memang belum mengatakan pada Dimas jika sang nenek sudah meninggal dunia di umur Yessa ke 1 tahun. Mungkin besok akan mengajak Dimas ke kota A tempat neneknya di makamkan. Karena setelah Anna bercerai dengan Dimas, Anna langsung membawa sang nenek untuk pindah ke kota A.
Dimas mengangguk. "Emm, benar. Karena malam ini waktunya kita untuk membuat adiknya Yessa." kata Dimas lagi, ia menggoda Anna dengan kedipan mata.
Anna terkekeh melihat kedipan mata Dimas. "Dasar mesum!" kata Anna di selingi tawa.
"Kalau aku tidak mesum, kapan Yessa bisa punya adik."
"Ya ya ya. Mas Dimas ini selalu saja bisa menjawab ku."
"Hahaha! Jadi apa bisa di mulai sekarang?" Dimas bangkit dari duduknya dan mendekati Anna. Ia menarik tangan Anna membantunya untuk berdiri. Setelah Anna berdiri ia langsung menyambar bibir Anna. Mengajak Anna berjalan menuju ranjang tanpa melepaskan pagutan bibir mereka, dan membiarkan pintu balkon tetap terbuka.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
POV Anna.
Aku membuka mata karena cahaya matahari menusuk netraku. Saat itu aku langsung melihat mas Dimas yang sedang terlelap dengan memelukku. Sepertinya tidur mas Dimas sangat pulas, karena semalam hampir subuh kami mengakhiri permainan kami. Hampir 4 tahun tidak menyatu, membuat kami enggan untuk mengakhiri kenikmatan yang baru kami reguk kembali.
Ku ambil ponsel dari meja nakas untuk melihat jam, sudah pukul 9 pagi. Wajar jika aku bangun kesiangan. Semalam kami bermain hingga pagi menjelang. Aku meletakkan kembali ponselku diatas meja. Lalu kembali menatap Dimas yang sedang terlelap, aku tersenyum saat mengingat kembali permainan tadi malam hingga membuat darahku berdesir. Malam yang panas dan panjang, sampai-sampai membuat tubuhku remuk redam.
Aku membelai pipi Dimas dan mengecup bibirnya sekilas, lalu menyingkirkan lengan Dimas yang melingkar di perutku, lalu beranjak dari kasur dengan gerakan perlahan agar tidak membangunkan nya.
Karena aku takut Dimas akan kembali menjadi singa ketika melihat tubuhku masih polos. Aku benar-benar tidak sanggup jika harus melayaninya lagi. Bagian intiku masih terasa sedikit perih karena semalam Dimas menggempurku dengan sangat brutal.
Aku langsung masuk ke kamar mandi dengan tubuh polos, dan terkejut menatap tubuhku dari pantulan cermin yang berada di kamar mandi.
"Astaga. Kenapa bisa merah semua. Di leher juga, bagaimana aku menutupinya. Dasar mas Dimas. Kenapa harus di leher juga, haiss!" aku menggerutu karena melihat tubuhku yang sudah di penuhi kissmark oleh mas Dimas. Aku sama sekali tidak sadar karena semalam begitu terbuai dengan sentuhannya.
Setelah mandi aku langsung keluar dengan memakai kimono dan menggelung rambutku menggunakan handuk. Aku memakai kembali pakaian ku yang berceceran di lantai, lalu segera membangunkan mas Dimas. Siang nanti kami ada pertemuan dengan klien dari Thailand, jadi aku harus segera membangunkannya sebelum kami terlambat. Karena kami harus pulang terlebih dulu untuk mengganti pakaian.
"Mas, bangun sudah siang!" aku mengguncang tubuh mas Dimas dengan tanganku.
Ia mengerjapkan matanya dan tersenyum melihatku. "Kok sudah mandi? Jam berapa sekarang?" tanyanya, dengan suara parau.
"Sudah jam 9 mas, cepat bangun mandi terus kita sarapan, aku sudah memesan sarapan dengan pihak hotel. Lalu setelah itu kita pulang untuk mengganti pakaian. Kita ada pertemuan jam 1 nanti dengan klien dari Thailand, untuk meninjau pembangunan resort." jelas ku tanpa jeda.
"Ini masih jam 9, pertemuan jam 1 masih banyak waktu kita sayang."
"Iya, tapi kita harus pulang dulu untuk mengganti pakaian. Aku juga sudah rindu dengan Yessa." jelasku lagi.
Aku melihat Dimas mengubah posisinya menjadi duduk, dengan membenahi selimut untuk menutupi rudalnya yang sudah berdiri lagi. Karena aku sempat melihatnya tadi.
Terdengar suara bel dari arah pintu. "Itu pasti sarapannya." ucapku. "Cepat mandi masz setelah itu kita sarapan." kataku lagi sambil berlalu menuju pintu.
Setelah sarapan selesai di tata, aku masih melihat mas Dimas terpaku di tempatnya. Tak beranjak ke kamar mandi.
"Maas, kenapa belum mandi." kataku kesal. Dan berjalan mendekatinya.
"Sini." Mas Dimas menarikku hingga aku terjatuh di sebelahnya.
"Mas, cepat mandi nanti terlam emmm!" aku menghentikan ucapanku karena mas Dimas langsung membekap mulutku dengan bibirnya.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...