Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA EMPAT BELAS
Senin pagi, tidak ada kelas untuk Kinara dan juga Alhambra. Jadwal mereka hari ini, datang ke Rumah Sakit di mana Alhambra melakukan perawatan berkala selama ini.
Masih pukul setengah sembilan, dari apartemen tadi, Kinara membawa Alhambra mengecek kembali patahan tulangnya, dan dokter memeriksanya dengan rontgen.
Dari senyuman Dokter pria berkulit kecoklatan itu, agaknya sudah ada kabar baik, sehingga Kinara sendiri seakan tidak sabar mendengar hasil scan kaki-kaki suaminya.
Belum selesai, dokter Andy juga menyentuh dada bidang Alhambra. "Tuan muda berdebar sepagi ini, apa ada minum alkohol lagi?"
"Tidak--" Alhambra memang tidak bisa menghentikan debar-debar dadanya sedari bangun pagi tadi. Tepatnya, setelah melihat sekujur tubuh mulus istrinya.
Sungguh, isi dalam kaus dan celana longgar Kinara di luar ekspektasi. Ah entahlah, kalau ditanya mengenai wujud polos Kinara, Alhambra tidak bisa ungkapkan deskripsinya hanya dengan kata-kata sederhana.
Dokter Andy masih menatapnya, di situlah akhirnya, Alhambra menyeletuk. "Apa perlu debaran dadaku dibahas di depan istri ku?"
"Oh--"
Dokter Andy sedikit paham, ia tahu karena ia pun lelaki. Debar dada ini ada macam-macam penyebabnya, salah satunya bertemu mantan.
"Maafkan saya, Tuan muda."
Dalam benak Dokter Andy, mungkin tadi sebelum masuk ke ruangan ini, Alhambra berjumpa dengan salah satu mantan paling indahnya.
Alhambra masih hanya diam saja, tapi, tidak dengan Kinara yang masih penasaran bagaimana hasil rontgen hari ini.
"Bagaimana Dok?!"
Dokter Andy tersenyum. "Perkembangannya sudah cukup baik, dan saya rasa ini semua karena istri hebat seperti Nyonya muda."
Kinara bernapas lega. "Lalu ... upaya apa yang bisa dilakukan supaya Alhambra bisa segera berjalan Dok?"
Dokter Andy tergelak ramah. "Tidak perlu dipaksa dulu, Nyonya. Kita harus pelan-pelan, nanti setelah kakinya tersambung sempurna, kita akan lakukan terapi supaya kaki Tuan muda bisa digerakkan seperti semula."
"Kemungkinan sembuhnya--"
"Sangat banyak, tenang saja, Nyonya muda. Tulang remaja punya sel pertumbuhan yang lebih banyak. Alasannya karena tulang remaja memiliki lebih banyak kolagen, di mana itu menjadi zat perekat yang bisa membantu mempercepat proses penyembuhan."
Kinara kembali lega. "Syukurlah kalau begitu, Dok. Terima kasih, Dokter."
"Sama-sama." Dokter menilai, meski Kinara tidak secantik wanita-wanita lain, ia menemui banyak kelebihan darinya, inner beauty.
Usai sudah pemeriksaan, Kinara membawa Alhambra kembali ke mobil. Kabar perkembangan hari ini memuaskan Kinara.
Namun, tidak untuk Alhambra yang masih rajin bergeming sedari pagi tadi. Kinara jadi ikut mencurigai sesuatu. "Kamu nggak diam-diam minum alkohol lagi kan?"
"Enggak!" sanggah Alhambra. Keduanya sama-sama memasuki mobil mewah yang sudah lengkap dengan fasilitas sopirnya.
"Awas, ya kalau berani-berani minum lagi!"
Alhambra berdecak. "Kamu ini Istri apa Ibu sih? Menyusui juga enggak ngatur-ngatur!"
Tepukan tangan Kinara mendarat di mulut sembarangan Alhambra. "Awh!"
Menyusui itu bukankah kalimat ambigu yang tidak sopan sama sekali? "Dasar mesum!!"
Alhambra mengelus bibirnya, entah kapan terakhir mendapat cium. Menikah bukannya fungsi bibir aktif malah menganggur.
"Kita ke Mall." Alhambra memberikan titah yang langsung dimengerti sopirnya.
"Ngapain?" tanya Kinara.
"Ngantri tabung Gas!"
Kinara tergelak cengengesan. "Tahu juga kegiatan rakyat menengah ke bawah?"
Alhambra menghela malas. Mereka belum makan apa pun sedari pagi, dan Kinara bertanya ngapain ke Mall?
"Kamu lapar kan?"
"Iya sih."
"Kita makan sekaligus belanja kanvas."
Mendengar itu, Kinara antusias. "Terima kasih, ya. Mau ikutan kontes demi kami."
"Hmm."
Kinara menyengir walau respon Alhambra hanya singkat. Jujur, Kinara bersyukur bisa menumbuhkan kembali kepercayaan diri pemuda problematik ini.
Dimulai dari dukungan-dukungan kecil, Kinara akan tumbuhkan kembali semangat juang Alhambra mulai hari ini. Semoga, Alhambra bisa segera memperbaiki pola pikirnya.
Tiba di restoran yang dituju, Alhambra dan Kinara berjalan beriringan. Tapi, sayangnya saat baru akan masuk, greater restoran ini segera membegal jalan Kinara.
"Selamat siang. Maaf--"
"Kenapa?" Kinara berhenti karena setelah ucapan selamat siang, wanita berseragam kru restoran ini seolah mencegahnya masuk.
"Bisa tunjukkan member?"
Member? Kinara menatap Alhambra yang diam saja di tempatnya. "Nggak ada, Mbak!"
"Kalau begitu silahkan buat dulu member restoran kami lewat online. Baru setelah itu, Nona bisa datang lagi kemari."
Alhambra baru akan mengeluarkan dompet miliknya, tapi, suara-suara yang didengar berhasil menaikan pitam-nya. Yah, wanita yang tadi bersikap sopan, kini bergunjing bersama wanita berseragam lainnya.
"Nggak salah dia di sini? Dipikirnya ini restoran bisa terima orderan makanan online kayak kaki lima, apa?"
Ah, Alhambra sudah lama tidak mengamuk, tapi, mendengar ejekan itu membangkitkan jiwa ingin memporak-porandakan sesuatu.
Alhambra dan kursi rodanya menyelonong masuk, di sudut sana ada pelayan yang agaknya sudah cukup hapal dengan wajah Alhambra hingga langsung menyambut.
"Tuan muda--"
"Aku butuh APAR."
"Hah?" Sedikitnya wanita itu bingung kenapa Alhambra meminta alat pemadam kebakaran.
"Aku butuh fire extinguisher."
"Untuk?"
"Berikan saja padaku!" bentak Alhambra.
"Baik, Tuan muda." Wanita itu bergegas berlari, mengambilkan yang diminta pelanggan VVIP di restorannya.
Dan, saat Alhambra meraih tabung merah tersebut, meja-meja kaca di sisinya hancur terpecah oleh ayunan ujung APAR yang bahkan berakhir melayang hingga ke dinding berbahan kaca kristal.
"Alhambra!!" Kinara mendelik, mulutnya dia tutup saking terkejutnya.
"Panggil manager kalian!"
Semua pelayan yang melihat hanya diam melongo, mengingat pemuda yang sedang mengamuk di hadapan mereka, salah satu putra dari orang terpandang di negara ini.
"Kalian tahu apa kesalahan kalian?"
Manager langsung menghadap. Mereka yakin kerugian akan dilunasi tapi, mereka masih tidak mengerti apa yang membuat Alhambra semarah sekarang ini.
"Menghina istriku!"
"Bra!" Kinara menegur. Hanya sedikit saja dihina, Kinara tidak akan mati, tapi lihat, Alhambra yang berkuasa tidak membiarkan hal itu berlalu begitu saja.
Lelaki berpakaian rapi itu mengangguk, ia manager restoran fine dining ini. "Maafkan kesalahan kami, Tuan muda."
"Mana ID card mu?"
Alhambra meminta papan nama pelayan yang barusan menghina istrinya, dan segera diberikan karena desakan dari Pak manager.
Di balik ID card, terselip KTP bahkan SIM motor milik wanita itu. Oh, ternyata hanya pengendara motor, tapi gayanya selangit.
"Ini KTP mu?" Alhambra bertanya lagi, dan wanita bernama Mita mengangguk takut.
"I-iya, Tuan muda." Mita anak baru di sini, sungguh dia tidak menyangka jika wanita dengan pakaian biasa yang menggandeng pria lumpuh ini, seseorang berpengaruh.
"Kasihan KTP mu, jeleknya seumur hidup."
Di tengah ketegangan, Pak manager menahan tawanya. Kemudian, menatap Alhambra yang lantas menatapnya seraya menunjuk Mita.
"Kasih arahan dia, bila perlu suruh dia minum pembersih lantai, setidaknya kalau wajahnya buruk, hatinya yang bersih."
Pak manager mengangguk segan. Alhambra kemudian meraih tangan istrinya, mereka akan duduk di salah satu kursi VVIP setelah membuat kekacauan kecil versi Alhambra.
Semua karyawan kembali bekerja, terlihat Mita mendapatkan teguran. Dan karyawan lainnya mulai melayani Alhambra dan Kinara.
Sekarang, mereka tinggal menunggu pesanan datang sebentar lagi. Selagi menunggu, Alhambra memberikan kesempatan agar Kinara menuangkan protesnya.
"Aku nggak suka dengan caramu tadi. Barusan Kamu membuktikan, kamu masih Alhambra yang AROGAN."
"Aku membela mu, barusan!" sela Alhambra.
"Tapi aku tidak suka caranya!" Kinara sedikit menaikan Okta suaranya dan mereka berakhir diam-diaman dengan mata saling menatap.
Cukup lama, hening bagi mereka, sampai keduanya menyeletukkan kata__ "Maafkan aku," secara bersamaan.
Sontak, Alhambra dan Kinara tertawa bersama-sama setelahnya. Ya Tuhan, mereka sadar mereka sama-sama kerasnya dan kata maaf adalah peredam kekerasan mereka.
Alhambra, mencubit sebelah pipi Kinara yang berteriak mengaduh. "Kau jelek sekali, pantas saja pelayan restoran tidak mengizinkan mu masuk tadi, makanya dandan sedikit!"