Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.
Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.
Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat
Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.
Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.
Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rekaman CCTV
Begitu sampai di kantor, Dewan langsung mengajak putrinya ke ruang cctv.
Tanpa kata Aurora pun menurut. Dia penasaran dengan perlakuan Alexander pada gadis itu.
Selembut seperti dengan dia kah?
"Pagi Pak," sapa Pak Gusti ketika melihat bos utamanya dan putrinya memasuki ruang cctv dengan wajah agak keruh.
"Pak Gusti putarkan rekaman cctv dua puluh menit yang lalu," perintah Dewan sambil duduk di depan monitor.
"Siap, Pak," katanya langsung memberikan isyarat pada salah satu pegawainya untuk menyiapkan file yang diminta Pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
Seorang pekerja di ruang cctv juga memberikan kursi untuk Aurora duduki.
Terjadi kehebohan karena bertemu langsung dengan pemilik perusahaan dan putrinya yang sangat cantik bagai bidadari. Di ruangan cctv itu,
Pak Gusti adalah pimpinannya, berumur kurang lebih empat puluh tahun. Dia memiliki lima orang pegawai yang rata rata berusia dua puluhan sampai tiga puluhan.
Tanpa kata Dewan dan Aurora memperhatikan lalu lintas kendaraan dan para pegawainya yang memasuki perusahaannya yang terekam. Hingga saat kemunculan mobil Alexander. Tapi mobil itu terekam ngga berhenti. Terus melaju seperti tadi yang dilihatnya.
Dimana Kak Alex menurunkan kekasihnya? batin Aurora sedikit meremehkan keberadaan gadis itu.
Ngga mungkin Kak Alexander sengaja menurunkannya di tengah jalan, kan, agar ngga ketahuan olehnya?
Segaris senyum sinis muncul di bibirnya.
Mungkin gadis itu ngga terlalu istimewa hingga Kak Alexander ngga mau mengambil resiko, batinnya lagi yakin. Karena setaunya ini bukanlah sikap laki laki pujaannya.
Dewan pun terdiam. Benaknya dipenuhi banyak pikiran kenapa Alexander ngga menurunkan kekasihnya di depan pintu masuk perusahaan atau basemen.
Padahal kalo ketahuan dan kekasihnya di pecat, bukannya gadis itu akan langsung bisa dia tarik untuk bekerja di perusahaannya.
Tapi kenapa Alexander membiarkan kekasihnya tetap bekerja di perusahaannya?
Begitu banyak pertanyaan yang ngga terjawab menari nari di pikirannya.
"Terima kasih, Pak Gusti," kata Dewan sambil berdiri. Putrinya juga ikut berdiri dan tersenyum pada Pak Gusti dan para pegawai yang ada di sana.
"Sama sama, Pak. Kalo masih ada yang mau dilihat, bisa hubungi saya, Pak," jawab Pak Gusti penuh hormat.
Dewan hanya tersenyum tanpa menjawab, kemudian melangkah pergi bersama putrinya.
Setelah keduanya pergi, puja puji akan kecantikan putri sang pemilik perusahaan langsung terlontar dari mulut para pegawai itu. Apalagi mereka melihat senyum yang indah itu dalam jarak yang cukup dekat.
Pak Gusti hanya terdiam Sangat jarang Pak Bosnya melihat rekaman cctv secara langsung. Lagi pula jarak beliau meminta rekaman itu sangat berdekatan dengan waktu kedatangannya.
Pasti penting, pikir Pak Gusti dalam hati. Apalagi tadi melihat raut ngga puas keduanya setelah melihat rekaman itu sebanyak dua kali.
Sepertinya apa yang mereka mau lihat, tidak terekam di dalam kamera cctv perusahaan.
"Kalian tunggu di sini sebentar," katanya langsung melangkah cepat meninggalkan ruangan.
Suasana tawa bahagia langsung reda, dan mereka sama melihat ke arah perginya Pak Gusti yang sedang berjalan cepat.
"Eh, i iya pak."
"Mau kemana Pak Gusti?" tanya salah satu pegawai itu setelah beliau keluar dari ruangannya.
"Entahlah," sahut pegawai yang lain dengan bingung dan ngga mengerti. Sama seperti teman temannya yang lain. Ngga mengerti.
Pak Gusti segera menuju ke arah minimarket yang berada di dekat perusahaannya. Tapi menurut pegawai minimarket, kamera cctvnya sudah rusak sejak seminggu yang lalu. Belum ada tanda tanda akan diperbaiki.
Tinggal satu lagi yang memiliki kamera cctv yang menghadap ke arah perusahaannya. Milik sebuah bank BUMN.
Ngga butuh waktu lama Pak Gusti meminta tolong agar rekaman itu dicopykan ke flashdisk yang dia bawa
Kini dia sudah memiliki rekaman yang bos besarnya minta. Bahkan sudah melihatnya. Tapi ngga tau fokus mana yang menarik perhatian Pak Bosnya.
Karena menurut sepenglihatannya, ngga ada kejadian menarik, selain kemacetan. Ngga ada peristiwa kecelakaan juga.
Awalnya Pak Gusti mengira kalo ada yang menyerempet mobil bosnya dan pelakunya melarikan diri. Tapi semuanya baik baik saja dalam penglihatannya.
Kini Pak Gusti sudah melangkah mendekati ruangan bos besarnya dengan flashdisk yang berisi rekaman kejadian sesuai waktu yang diminta bosnya.
Harapannya semoga rekaman cctv yang dibawanya benar benar yang diharapkan bosnya, jadi dia dapat merasa berguna bagi bosnya.
*
*
*
Dewan memegang ponselnya, memutar mutarkannya. Dia ngga bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya pagi ini. Harus ada seseorang yang menjelaskannya tentang kejadian hari ini.
Tangannya sudah gatal untuk menelpon sahabatnya Afif Suhendra, pemilik Merapi Steels, papi dari Alexander. Rasa penasaran ini harus segera dia tuntaskan.
Tapi putrinya ngga boleh mendengarnya.
Baru saja dia akan menyuruh putrinya untuk membuatkannya kopi, suara ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya. Begitu juga putrinya Aurora yang melihatnya sekilas sebelum beralih ke arah pintu.
"Masuk," tegas Dewan dengan suara bariton.
Sekertarisnya muncul bersama Pak Gusti.
"Maaf, Pak. Pak Gusti mau menemui anda," kata sekertarisnya sopan.
Dewan ngga menjawab, kini beralih menatap Pak Gusti.
"Ada apa, Gus?"
Pak Gusti mendekat. Tapi sebelumnya menoleh pada Kiara, sang sekertaris.
"Kiara, kamu boleh pergi," tegas Dewan.
"Baik, Pak." Dengan enggan Kiara keluar dari ruangan dan menutup pintu. Dia sangat penasaran dengan tujuan kedatangan Pak.Gusti menemui pemilik perusahaan.
"Ada apa?"
Pak Gusti mengeluarkan flashdisk dari dalam sakunya dan meletakkannya di atas meja.
"Ini rekaman cctv dari bank di depan perusahaan kita pak. Sayangnya saya ngga bisa memiliki rekaman cctv di mini market, karena sedang rusak," jelas Pak Gusti panjang lebar.
Dewan meraihnya.
"Terimakasih, Gus."
"Sama sama pak. Saya permisi. Mari nona," pamit Pak Gusti yang mendapatkan senyuman tipis dari Aurora.
Setelah Pak Gusti pergi, Aurora menatap papinya penuh makna.
"Kita bisa melihatnya sekarang," katanya sambil mengajak Aurora mendekat.
Tapi sayangnya rekaman itu pun ngga bisa menghadirkan sosok pegawainya yang keluar dari dalam mobil. Karena pada saat itu, ada dua truk yang lewat dari arah yang berlawanan.
Padahal mereka, khususnya Dewan hampir saja melihat wajah gadis itu. Hanya saja seragam putihnya yang terlihat
Pegawai baru? batinnya ngga percaya.
Seingatnya ngga jauh dari mereka yang makan siang di kafe di depan perusahaannya, ada cukup rame pegawai baru yang makan di sana.
Siapa diantara mereka yang membuat Alexander terpikat?