Dia meninggalkan kemewahan demi untuk hidup sederhana. bekerja sebagai pengantar makanan di restoran miliknya sendiri.
Dan dia juga menyembunyikan identitasnya sebagai anak dan cucu orang terkaya nomor 1 di negara ini.
Dia adalah Aleta Quenbi Elvina seorang gadis genius multitalenta.
"Ngapain kamu ngikutin aku terus?" tanya Aleta.
"Karena aku suka kamu," jawab Ars to the point.
Penasaran dengan kisah mereka? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
.
.
.
Pagi hari...
Hari ini Aleta akan mendaftarkan Arbani untuk masuk ke sekolah. Setelah itu baru dia akan berangkat bekerja.
"Kak, setelah sarapan kakak ikut aku ya, kita akan mendaftarkan Bani untuk masuk sekolah," kata Aleta.
"Baik Aleta," jawab Ria.
"Kakak bisa mengendarai motor?" tanya Aleta.
"Bisa," jawab Ria lagi.
"Kalau begitu, kakak pakai motor yang ada di garasi, kuncinya ada digantung dekat ruang tamu. Soalnya kalau aku kerja, seharian kadang sampai malam. Nanti kakak bisa antar jemput Bani," kata Aleta.
"Terima kasih, karena kamu mau menampung kami," ucap Ria.
"Jangan bicara seperti itu, dan tidak perlu berterimakasih," kata Aleta.
Setelah selesai sarapan mereka pun berangkat. Aleta mengendarai motornya dan boncengan dengan Arbani didepan.
Aleta memilih sekolah TK yang bayaran lumayan mahal.
"Selamat pagi," sapa Aleta pada kepala sekolah.
"Pagi, ada yang bisa dibantu?" tanya kepala sekolah.
"Saya mau mendaftarkan adik saya disekolah ini," ucap Aleta.
"Ada bawa kartu identitas? Seperti kartu keluarga misalnya?" tanya kepala sekolah.
"Ada Bu," jawab Aleta.
Ria menyerahkan kartu keluarga pada Bu Henny sebagai kepala sekolah. Kemudian ia mencatat identitas tersebut. silakan bayar dulu biaya pendaftarannya," kata Bu Henny.
"Bisa pakai kartu, Bu?" tanya Aleta.
"Bisa-bisa," jawab Bu Henny.
Aleta mengeluarkan kartu hitam miliknya dan membayar lunas sampai tamat sekolah nantinya.
Bu Henny yang awalnya cuek karena mengira Aleta adalah orang sederhana. Tapi saat melihat kartu hitam, Bu Henny langsung hormat kepada Aleta.
"Maafkan saya Nona, saya tidak tau kalau anda ...."
"Gak apa-apa kok Bu, saya sudah terbiasa seperti ini," ucap Aleta memotong pembicaraan Bu Henny.
"Kalau begitu kami permisi Bu, besok adik saya baru mulai sekolah," kata Aleta.
"Tunggu sebentar Nona, kami disini menyediakan seragam sekolah untuk anak-anak murid kami," kata Bu Henny.
Aleta pun menunggu sebentar, dan tidak berapa lama, seorang guru membawa pakaian seragam sekolah untuk Arbani.
Setelah mendapatkan pakaian, Aleta pun pulang, karena ia mau bekerja.
"Itu tadi kartu apa? Kok warnanya hitam?" tanya Ria.
"Itu kartu tanpa batas," jawab Aleta.
Kini mereka sudah sampai dirumah. Aleta tidak masuk lagi kerumah, melainkan langsung pergi bekerja.
Sebelumnya Aleta sudah berpesan kalau malam ini dia tidak pulang. Ria pun mengangguk mengerti.
Sampai di restoran, ternyata sudah ada Ars sedang menunggunya. Ars tadi menelepon Aleta tapi tidak dijawab. Karena Aleta sedang berkendara.
"Sudah lama?" tanya Aleta.
"Sekitar 30 menit, aku nelpon tapi gak dijawab," jawab Ars.
"Maaf, ponselku di silent jadi gak kedengaran," kata Aleta.
"Oh ya, ntar malam mau ikut gak?" tanya Aleta.
"Kemana?" tanya Ars.
"Ketemu keluarga besarku, ketemu Oma dan Opa serta keluarga yang lainnya," jawab Aleta.
"Boleh, aku juga pengen kenalan dengan keluargamu yang lain," ucap Ars.
"Aku mau kerja dulu, emang kamu tidak kerja?" tanya Aleta.
"Kerja, tapi kalau belum ketemu kamu, aku tidak bersemangat," jawab Ars.
"Gembel benget," ucap Aleta.
"Hahaha ... Gak kok. Mana ada gombal?" tanya Ars.
"Sudah sana kerja. Gimana mau nikah kalau malas kerja," kata Aleta.
"Jadi kamu mau nikah denganku?" tanya Ars.
"Ketemu keluarga besarku dulu, kalau mereka terima berarti kamu beruntung," jawab Aleta.
"Kalau tidak diterima?" tanya Ars.
"Terima saja nasibmu, berarti kita bukan jodoh," jawab Aleta enteng.
"Seluruh keluargaku pekerja keras loh, kalau masuk kriteria mereka berarti kamu beruntung," kata Aleta lagi.
"Aku akan buktikan kalau aku bisa masuk kriteria keluargamu," jawab Ars semangat.
Aleta tersenyum melihat semangat Ars untuk mendapatkannya. Aleta masih berdiri ditempatnya meskipun mobil Ars sudah menghilang dari pandangannya.
"Maafkan aku bila harus membohongimu, Ars," gumam Aleta.
Padahal keluarga Henderson tidak memandang kasta untuk memilih calon menantu. Yang penting baik dan bertanggung jawab dan tidak main wanita dan sebagainya.
Hanya secara kebetulan yang menjadi menantu keluarga Henderson orang terpandang, terlebih lagi bagi menantu laki-laki. jadi orang beranggapan bahwa keluarga Henderson harus punya menantu yang setara dengan mereka. Padahal tidak.
Ars dengan semangat untuk bekerja, apalagi saat mendengar akan diperkenalkan pada keluarga besarnya Aleta.
Aleta kali ini mengantarkan pesanan makanan kealamat yang sudah tertera disana.
Aleta melihat kembali alamat tersebut, untuk memastikan kalau alamat ini benar.
"Maaf Nona, ada keperluan apa datang kemari?" tanya sekuriti.
"Saya mengantarkan makanan Pak," jawab Aleta.
"Maaf Nona, pengantar makanan dilarang masuk," kata sekuriti.
"Oh maaf Pak, saya tidak tahu. Kalau begitu nitip ya Pak. Dan sekalian bayar disini," kata Aleta mengeluarkan ponselnya agar segera di scan.
"Belum dibayar, Nona?" tanya sekuriti tersebut.
"Belum Pak, karena ini bayar ditempat. Barang sampai baru bayar," jawab Aleta.
"Kalau begitu silahkan masuk Nona," kata sekuriti.
Aleta tersenyum kemudian melenggang masuk, sementara motornya dibiarkan diluar gerbang.
"Selamat siang," sapa Aleta pada resepsionis.
"Siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis.
"Saya pengantar makanan untuk pemilik perusahaan ini," ucap Aleta.
"Silakan mbak, tuan CEO sedang menunggu pesanannya," ucap resepsionis ramah.
Aleta pun berjalan menuju lift setelah mengucapkan terima kasih kepada resepsionis tersebut.
"Permisi," sapa Aleta pada sekretaris. Karena Aleta sudah tiba dilantai tempat ruangan CEO.
"Ya ada apa?" tanya sekretaris dengan angkuhnya. Apalagi melihat penampilan Aleta yang hanya berpakaian seragam khusus kurir.
"Saya mengantar makanan untuk pemilik perusahaan ini," kata Aleta.
"Sini, biar aku saja," ucap sekretaris itu.
"Bayar dulu Nona, gak banyak kok," kata Aleta.
Mengapa Aleta bilang begitu? Karena sekretaris itu terlihat angkuh.
"Berapa?" tanya sekretaris.
"300 ribu saja, dan scan disini," jawab Aleta.
Sekretaris itu tidak jadi untuk membayarnya. Lalu menyerahkan kembali kotak makanan tersebut.
"Nih, kamu antar sendiri," kata sekretaris tersebut.
Aleta pun mengetuk pintu ruangan CEO. Dan Aleta pun masuk setelah mendengar suara perintah dari dalam.
"Tuan, saya mengantar pesanan anda," ucap Aleta.
"Hmmm, letakan disitu," titah Orlando, matanya masih fokus pada pekerjaan tanpa menoleh ke Aleta.
"Tuan, bayar disini," ucap Aleta sambil mengeluarkan ponselnya. Orlando pun mendongak dan melihat Aleta.
"Kamu ...?"
"Ya tuan, ini saya," jawab Aleta.
"Jadi kamu bekerja sebagai pengantar makanan?" tanya Orlando.
"Benar tuan, yang penting halal," jawab Aleta.
"Bukankah kamu sudah menikah? Mengapa masih bekerja? Bukankah suamimu pengusaha sukses?" tanya Orlando beruntun.
"Ini kemauan saya, Tuan," jawab Aleta.
Orlando pun membayar makanan tersebut. Aleta pun tersenyum dan berterima kasih kepada Orlando.
"Tunggu...!" Aleta menghentikan langkahnya.
Orlando pun bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Aleta.
"Apa kamu ada masalah dengan suamimu?" tanya Orlando.
"Maaf Tuan, masalah keluarga ada privasi," jawab Aleta.
Braak.... Pintu dibuka dengan kasar.
"Tuan, sistem perusahaan kita diretas," ucap sang asisten.
"Apa?! Kok bisa?" tanya Orlando.
"Maaf Tuan, peretas itu sangat kuat, dan kami tidak bisa menanganinya," jawab asisten.
"Bisa saya bantu tuan?" tanya Aleta.
.
.
.
ada aja tingkahnya 🤣🤣
ini kedua x nya aq kesini, saking sukanya dg karakter Aleta dan Ars /Grin//Grin/
suksess y thor...