Darah yang mengalir di tubuh ku merupakan darah seorang kesatria terkuat yang pernah ada, dan aku pun akan menjadi seperti dia melindungi yang lemah dan menghancurkan kebatilan di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lazuardi aqbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belati Artefak langit
Keesokan harinya, pagi pagi sekali Feng Yu telah berada di depan kamar Thien Yu, tanpa mengetuk pintu, Feng Yu langsung membuka kamar sang adik.
Tampak olehnya, Thien Yu masih terlelap di tempat tidurnya, yang membuat Feng Yu segera membangunkannya dengan menggoyang goyangkan tubuh sang adik.
"Thien Yu bangun!!" ucapnya.
Dengan bermalas malasan Thien Yu bangun dan heran melihat kakaknya yang sudah rapi dengan aroma wangi di tubuhnya.
"Mau kemana kak?" tanya Thien Yu.
"Pulihkan dulu kesadaranmu, baru kau bertanya padaku!!" jawab Feng Yu yang sedikit kesal dengan pertanyaan sama adik.
Thien Yu mengingat ingat kembali kejadian semalam, dan dia teringat jika dia telah berjanji kepada Feng Yu untuk menemaninya ke kota rumpun bambu, tempat biasa dia menjual hasil buruan dan membeli kebutuhan pokok bagi desanya.
"Ya ampun, aku lupa kak!! tunggu sebentar aku akan membersihkan diri dulu," ucap Thien Yu.
Setelah percakapan terjadi antara kedua kakak beradik itu, maka berangkatlah mereka berdua menuju kota.
Di kota, tampak keramaian dengan berbagai macam aktifitas para penduduk kota disana, ada yang menjajakkan makanan, menjual pernak pernik perhiasan, dan lain sebagainya.
"Ah.. kota memang sangat luar biasa, ramai dan bisa membuat pikiran kita rileks dengan keramaian yang ada," ucap Thien Yu sambil terus berjalan di sisi Feng Yu.
"Adik, kota memang ramai, karena kota rumpun bambu merupakan pusat kota terbesar dari semua klan cabang yang ada, tempat dimana transaksi jual beli dan perdagangan di bawah kekuasaan kota Glory saat ini.
Jika kau mengatakan kota dapat membuat pikiran rileks, maka kau salah besar, orang orang kota malah berlomba lomba mencari desa desa terdekat untuk menenangkan pikiran sesaat, dari rutinitas kerja yang memerlukan ketenangan dan kedamaian. Karena kau hanya sekali sekali saja datang ke kota, maka kota seperti sarana hiburan bagimu," ucap Feng Yu.
Thien Yu tak menjawab penjelasan dari Feng Yu, karena dia melihat dua sosok manusia yang berada di depannya, yang tengah memilih milih batu inti binatang roh yang banyak di jajakan di pinggir jalan.
"Mereka lagi!! mengapa wanita tua dan muridnya itu berada di sini? hal ini pasti akan merepotkan jika mereka dapat mengenaliku," batin Thien Yu.
Thien Yu segera mengarahkan Feng Yu kesamping, ke sebuah toko senjata yang terdapat di sebrang jalan.
"Mengapa kau membawaku kesini dengan terburu buru adik, bukankah kita akan ke rumah lelang untuk mencari senjata yang berkualitas baik, agar dapat menjadi senjataku di kemudian hari?" tanya Feng Yu.
"Kakak, aku dengar toko ini banyak terdapat senjata senjata yang berkualitas, aku sangat bersemangat untuk melihatnya," jawab Thien Yu dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
Tak ada pertanyaan dari Feng Yu, melihat tingkah aneh sang adik yang menurutnya sedikit masuk akal, karena dia menimbang jika dia berhasil mendapatkan sebuah senjata yang berkualitas di toko ini, pasti harganya sedikit murah dari pada harga yang di tawarkan di rumah lelang.
Di tempat lain, terlihat Syin Yin tengah mengikuti gurunya untuk mencari batu inti roh yang cocok bagi kultivasinya.
"Syin Yin sepertinya aku tak menemukan inti batu binatang roh yang berkualitas di sini, karena untuk meningkatkan kultivasimu kedepannya, kita memerlukan batu inti binatang roh paling tidak di tingkat ranah intan ke atas," ucap wanita tua yang bernama Lung Zi.
"Bibi Lung, untuk apa kita mampir di kota ini, aku sudah tak suka berlama lama di sini," ucap Syin Yin.
"Tunggulah sebentar Syin Yin, setelah kita pulang dari rumah lelang yang akan kita tuju, maka kita akan segera pulang ke klan Wutang," jawab tetua Lung Zi.
"Semua ini gara gara pemuda itu, jika dia tak melihat wajah muridku sewaktu di dalam hutan, mungkin aku masih bisa berlama lama di klan cabang, dan muridku Syin Yin masih tetap ceria dan tak semurung ini," batinnya.
Tetua Lung Zi lantas mengajak muridnya itu untuk mencari barang barang yang dibutuhkannya di rumah lelang, termasuk batu inti binatang buas yang menjadi tujuan utamanya.
Sementara itu, Feng Yu sudah sangat tak betah di toko senjata yang di masuki nya, karena apa yang di carinya tak juga di temukan di sana, di dalam pikirannya saat ini, dia berharap sang adik segera menemukan apa yang di carinya di toko senjata ini, dan segera menemaninya ke rumah lelang.
Di tempat lain, Thien Yu merasakan adanya aura kekuatan yang sangat kuat dari sebuah senjata yang banyak terdapat di dalam toko, dia pun berupaya untuk mencari senjata tersebut. karena dia mempunyai kemampuan khusus dalam menilai kwalitas sebuah senjata.
"Jangan jangan aura yang aku rasakan ini berasal dari sebuah artefak langit," batin Thian Yu.
Thian Yu segera menuju kearah meja yang terdapat banyak tumpukan senjata sana, matanya liar mencari sumber aura yang memancar dari dalam sebuah senjata yang berserakan di atas meja.
"Berhasil, sumber aura kuat itu berasal dari belati ini, tapi belati ini seperti sebuah besi rongsokan yang di penuhi karat di sana sini dan sangat tak menarik sama sekali," batin Thien Yu sambil meletakkan belati itu kembali belati yang telah di pilihnya.
"Munkin aku salah dalam merasakan aura yang keluar dari dalam belati ini," batin Thien Yu kembali.
"Thien Yu, belati itu adalah sebuah artefak langit yang merupakan senjata belati terkuat yang pernah ada, permukaannya yang tak menarik hanyalah bentuk luarnya saja, jika kau meneteskan darahmu ke permukaan belati itu maka kontrak darah dengannya akan terjadi, dan kau akan melihat bentuk asli belati langit tersebut," ucap Naga Giok yang berada di alam batin Thien Yu.
Thien Yu segera mengambil lagi belati yang ada di depannya kembali dan berkata. "Trimakasih guru atas semua informasi yang kau berikan padaku," ucap nya.
Thien Yu berjalan ke arah Feng Yu yang sudah sangat gelisah ingin meninggalkan toko senjata tersebut. "Kakak aku telah menemukan senjata yang kucari, bagai mana menurutmu?" tanya Thien Yu sambil memperlihatkan sebuah belati padanya.
"Ha..ha..ha..!! apakah kau tak salah pilih adik, seleramu sungguh sangat berkelas, belati yang ada padamu itu sungguh sangat menarik dan berkualitas tinggi, hingga kau berikan padaku pun aku tak akan mau," jawab Feng Yu dengan senyum yang mengembang di bibirnya.
"Terimakasih atas pujian mu kakak, biar kau bayar memakai seluruh tabungan ku, aku tak akan melepaskan belati ini karena aku sudah sangat cinta padanya," ucap Thien Yu sambil mencium belatinya dan menempelkan belati itu di pipinya .
Feng Yu di buat melongo dengan tingkah Thien Yu, diapun menempelkan telapak tangannya ke jidat sang adik.
"Thien Yu tak demam tapi mengapa tingkahnya seperti orang yang tak waras, besi rongsokan itu seperti sebuah senjata kebanggaan yang sangat luar biasa baginya?" batin Feng Yu.
Thien Yu menepis tangan kakaknya yang masih memegang jidat nya dan berkata. "Aku tak sakit kakak, aku hanya ingin membeli belati ini," ucap Thien Yu sambil tersenyum dan memainkan alis matanya naik turun.
"Kau ini mengkhwtirkan ku saja!!" ucap Feng Yu sambil mengajak Thien Yu untuk pergi membayar senjata yang di pilihnya.