Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus kuat (35)
Ketika Ardi berada di dalam kamar mandi. Wajahnya yang semakin pucat, kantung mata juga mulai menghitam. Cairan merah bukan hanya keluar di hidung, tetapi juga di mulutnya. Mengusap beberapa kali dadanya. Berharap rasa nyeri itu segera hilang.
“Argh … kenapa aku harus melupakanya,” rutuk Ardi dengan wajah merah padam.
"Lebih baik begini dari pada harus menanggung kesalahan yang tak pernah aku lakukan," batin Ardi seraya menatap wajahnya di pantulan kaca.
"Ketika aku baru saja menemukan kebahagiaan, tetapi pada kenyataannya takdir berkata lain." Lagi ... hanya bisa mengatakan pada diri sendiri dengan segala kegundahan tengah menyelimuti hati dan pikirannya.
Setelah setelah membasuh wajahnya. Ardi pun keluar dan ikut berkumpul dengan Kenzie dan Deva.
"Ray, kenapa kamu lama sekali di kamar mandi?" tanya Kenzie.
"Baru juga beberapa menit, apa kamu takut jika aku hilang dengan tiba-tiba ketika di dalam kamar mandi, hum!" balas Ardi.
"Bahkan sekarang aku tidak sanggup untuk kehilanganmu," balas Kenzie.
Deva yang melihat percakapan dua orang itu pun dibuat menggelengkan kepala. "Bahkan dulu kamu selalu menyakitinya, tetapi sekarang lihatlah." Seraya menatap keduanya Deva membatin.
Ekhem.
Sengaja Deva berdehem, karena sepertinya mereka sedikit tak tahu malu.
"Ray, kamu hutang penjelasan banyak padaku." Kata Kenzie yang kini mulai membahas soal satu per-satu rahasianya yang terbongkar.
"Nanti aku akan menjelaskan," ucap Ardi seraya mengusap rambut Kenzie dengan lembut.
"Baiklah, sepertinya kehadiranku akan merusak momen romantis kalian. Aku harus pergi untuk mengusut kasus ini!" pamit Deva dan seketika berdiri meninggalkan tuan rumah.
Setelah kepergian Deva, kini keduanya sedikit merasakan kecanggungan.
"Uhm ... sejak kapan kamu memiliki rumah ini?" tanya Kenzie.
"Sebelum kita menikah," jawab Ardi.
"Jadi, kamu menjadi karyawan bengkel itu hanya alasan saja!" kata Kenzie dengan memberikan tatapan penuh.
"Benar, karena aku lebih nyaman menjadi orang biasa tanpa harus memperlihatkan kekayaan." Jawab Ardi dengan membalas tatapan Kenzie.
"Aku hanya ingin tahu kenapa keluargamu begitu membencimu, sampai-sampai menginginkan nyawa anaknya sendiri." Kata Kenzie dengan wajah sendunya.
"Sudahlah, biarkan semua berlalu karena tak seharusnya dibicarakan." Ardi pun menimpali dengan suara datar, karena memang tidak ingin membahas hal yang tak seharusnya dibahas.
"Baiklah, jadi di mana aku harus tidur?" tanya Kenzie lagi karena tubuhnya butuh istirahat karena merasa remuk diakibatkan kecelakaan tadi.
"Kamu ingin tidur di mana saja bisa, ayo! Aku akan mengantarmu," ucap Ardi.
"Ray ...."
Pemilik nama itu pun langsung menoleh. Ternyata Kenzie mengulurkan tangannya berharap jika Ardi memegangnya erat-erat.
"Apa aku terlalu berlebihan," ujar Kenzie.
"Tidak, aku menyukainya karena akhirnya kamu menerima tanganku." Jawab Ardi dengan seulas senyum ia pun membalas.
"Jangan pernah melepaskannya," ucap Kenzie seraya meraih tangan Ardi.
"Tidak, karena yang bisa melepaskan hanya takdir." Ardi pun menggandeng dan membawanya ke lantai atas. Kebahagiaan yang baru saja dimulai, kini harus kembali diuji.
"Aku bahagia memilikimu. Aku merasa semakin kuat ketika melihat senyummu, kelak. Hiduplah dengan kebahagiaan bersama masa depanmu," batin Ardi dengan langkah menaiki anak tangga.
Kali ini, adalah momen yang tak terlupakan bagi mereka berdua. "Zie, aku mencintaimu." Ardi pun mencium kening Kenzie dengan lembut karena masih diberi kesempatan untuk mendapatkan seseorang yang akhirnya tulus mencintainya.
Mungkin inilah janji Tuhan kepadanya. Walau awalnya kehidupan mereka tak terarah. Kebencian menyelimuti hati Kenzie, tetapi pada akhirnya ia kalah dengan ketulusan yang diberi oleh Ardi padanya.
"Ray, semua orang sudah mengetahui jika kamu adalah orang kaya. Mungkinkah kelah akan balas dendam padaku karena aku sering menyakitimu," ujar Kenzie dengan mata berkaca-kaca. Memandangi lelaki yang kini berada di depannya.
"Aku bisa mendapatkan wanita mana pun, tetapi aku tidak bisa mencintainya seperti aku mencintaimu. Terlebih meluluhkan wanita spesial seperti dirimu," puji Ardi dengan kalimat terus terangnya.
"Sudahlah, cukup untuk hari ini. Aku lelah, terlebih kepalaku agak pusing." Kata Kenzie yang tak mau jika Ardi terus membahas soal dirinya, karena hal itu akan semakin bertambah rasa penyesalannya pada suaminya.
"Ray, sebelumnya bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu. Namun, hal ini sedikit sensitif," ujar Kenzie karena otaknya langsung teringat akan sesuatu.
Seraya berbaring dan tidak meninggalkan kesempatan itu. Kenzie pun lantas bertanya karena butuh adanya kejelasan. Terlebih sudah dibohongi, itu mengapa dengan tekatnya ia memulainya meski sedikit ambigu.
Setelah memberi isyarat dengan tangannya, Ardi pun mulai mendengar pertanyaan dari Kenzie.
"Apa betul jika kamu mandul?" tanya Kenzie dengan hati-hati.
"Memangnya jika aku benar mandul, mungkinkah cinta yang kamu berikan akan ditarik kembali." Respons Ardi seketika membuat Kenzie menggelengkan kepalanya.
"Tidak, bukan itu yang aku maksud. Maaf jika sedikit membuatmu tak nyaman," balas Kenzie.
"Tak apa, jikapun benar. Apa kamu ingin meminta cerai saat ini juga!" ujar Ardi dengan seriusnya menatap Kenzie.
"Bukan itu maksudku, bahkan kamu mandul. Tak ada alasan untuk aku meninggalkanmu," ujar Kenzie.
"Jadi, kamu akan bersamaku meski aku tidak bisa memberimu keturunan?"
Kenzie yang mendengar itu pun mengangguk, jika seandainya Ardi bohong. Namun, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan akan itu.
Pada saat Kenzie membalikkan tubuhnya, pelukan hangat seketika dirasakannya. Ciuman lembut di lehernya sedikit membuatnya larut dalam rasa yang tak bisa dijelaskan.
"Ray, apa yang kamu lakukan?" tanya Kenzie karena beberapa menit berlalu, tetapi Ardi tak kunjung tidur dan masih terjaga.
"Aku hanya memperjuangkan hakku," ucap Ardi.
"Sejak kapan kamu berani mengatakannya." Jawab Kenzie.
"Dari saat ini," ucap Ardi.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...