Asmara Ke-2
Amara Chalista, seorang gadis ceria bertubuh bongsor dengan tinggi badan 178 cm dan berat badan 65 kg, baru akan masuk bangku SMK di sekolah swasta elit milik orang tuanya sendiri. Ayahnya bernama David Anggara dan ibunya Dinda Ocktavia. Hari ini adalah hari pertama Ara masuk sekolah.
"Pagi, Ma... pagi, Pa..." sapa Ara, nama panggilan Amara, sambil mencium pipi mamanya.
"Pagi, sayang...!" jawab mamanya yang tengah menyiapkan sarapan dibantu bibi tini.
"Mama doang nih yang dicium, papa nggak?" tanya papa David dengan nada sedikit menggoda.
"Ye... jangan jealous, Pa... Ara kan anak mama!" jawab Ara sambil makan roti bakarnya, sambil mengedipkan mata dengan manja.
"Nggak ada papa, nggak jadi kamu, Ra..." jawab papanya. Ara hanya memanyunkan bibirnya, sementara mamanya hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka.
"Dek, berangkatnya bareng papa, kan?" tanya mamanya dengan lembut.
"Nggak, Ma... Ara bawa mobil sendiri, boleh kan, Pa? Ara kan udah gede!" jawab Ara dengan nada memohon.
"Bareng papa aja, Dek... kan sama tujuannya!" Kata mamanya sambil tersenyum lembut.
"Pa, nanti jangan bilang-bilang Ara anak papa ya... biar nggak ada orang yang tahu," kata Ara dengan nada serius.
"Kenapa? Harusnya Ara bangga dong punya ayah kayak papa yang gagah perkasa, ganteng mempesona ini!" Kata papanya menggoda sambil berpose seperti superhero.
"Ih...papa pede banget, Ara pingin membaur sama temen-temen tanpa ada batasan pa, nanti kalau temen-temen tahu Ara anak papa, mereka temenan nggak lhoooooosss pa, cuma karena segan aja. Makanya Ara bawa mobil sendiri aja biar pada nggak tahu Ara anak papa," jelas Ara dengan tegas.
"Oh gitu... ya udah deh, senyamannya Ara aja." Jawab papa dengan nada mengalah.
"Udah, Dek, jangan debat terus, sarapan yang banyak, nanti upacara biar nggak pingsan." Kata mama Dinda dengan nada khawatir.
"Ma... jangan panggil Dek lagi dong, Ara udah gede lagi!" Kata Ara dengan nada sedikit mengeluh.
"Ya nggak papa dong, kan panggilan sayang!" Jawab mama sambil tersenyum hangat.
"Ya udah deh... suka-suka mama aja, asal mama bahagia!" Kata Ara sambil tersenyum pasrah.
"Yuk, Ra, berangkat, entar telat, kan nggak lucu pertama masuk telat, terus kena hukum BK" kata papa dengan nada mengajak sambil mengacak-acak rambut Ara.
Dengan semangat 45 Ara dan papanya berangkat ke sekolah. Persiapan upacara penerimaan siswa baru dan penyerahan jabatan ketua Osis yang lama ke yang baru sudah siap. Seluruh siswa sudah berkumpul di lapangan, begitu juga dengan Ara. Ada temannya dari SMP yang satu sekolah namanya Widdi dan Nola, yang lain Ara tidak tahu karena itu teman sekelasnya dulu.
Upacara dipimpin langsung oleh pemilik sekolah, papanya Ara. Hanya Widdi dan Nola yang tahu kalau Ara adalah anak pemilik sekolah. Tapi Ara melarang kedua temannya itu untuk memberi tahu teman yang lain. Ara yang anak tunggal yang kecerdasannya diakui diatas rata-rata, walaupun anak orang kaya tapi sikap Ara yang bersahaja, supel, dan periang. Sifatnya yang tidak sombong membuat dia disukai teman-temannya. Ara yang suka ngemil selalu membawa cemilan dan coklat di tasnya.
"Ra, untung kita sekelas lagi ya, coba kalau nggak pasti kamu longak-longok nggak punya kenalan!" Kata Widdi sambil nyomot snack Ara.
"Ye......emangnya kamu......kuper! eh Btw mantan ketua Osis kita ganteng ya, kapten basket lagi, aku mau lah ikut daftar tim basket putri, secara postur aku kan mendukung." Kata Ara dengan pede.
"Jangan bilang kamu ikut basket karna mau deketin pak kapten!" Jawab Nola.
"Ye.....kan emang dari SMP aku masuk tim basket, tapi kalo jadian ama pak kapten nggak papa dong, mencetak bibit unggul!" Kata Ara dengan songong nya.
"Ha......tuh kan kumat ngehalu nya, emang udah tau nama pak kapten?" Tanya Widdi.
"Eh.....siapa tadi namanya La....." Tanya Ara pada Nola.
"Tuh kan udah budeg masih muda, eh Lo budeg apa telmi sih?" Tanya Nola sambil menonyor kepala Ara.
"Ye ......Aku tuh lagi terpesona sama ketampanannya, nggak fokus ke acaranya". Jawab Ara asal.
"Tanya jaelangkung noh....pasti dijawab!" kata Widdi yang tidak berhenti ngunyah.
"Tanya papah ah, Aku keruangan papa dulu yah, dadah...!" Kata Ara sambil lari- lari.
Didepan ruang Kepsek Ara clingak-clinguk lihat kanan kiri sebelum mengetuk pintu, dirasa aman, tidak ada yang melihat, Ara langsung mengetuk pintu.
Tok tok tok......
"Masuk!" Jawab dari dalam.
"Papah.......sttttttt......!" Ara buru- buru masuk sambil menutup mulutnya sendiri dengan jari telunjuk.
"Ada apa Ra?" Tanya papanya sambil berjalan mendekati Ara yang sudah duduk di sofa ruangan itu, dan duduk disamping Ara sambil merangkul pundak putrinya.
"Ih.....papah tangannya, nanti ada yang liat!" kata Ara sambil menggeser tangan papanya.
"Emang kenapa kalo ada yang liat, kan anak papa sendiri!" jawab papa dengan senyum jahil.
"Papa lupa perjanjian kita tadi pagi? Papa, Ara mau nanya boleh?" Tanya Ara manja.
"Jangan kan nanya Ra .....ginjal papa aja boleh kamu minta!" Canda papanya.
"Ih......papah becanda mulu ih, males tau nggak!" jawab Ara cemberut.
"Boleh dong......mau nanya apa? tapi tunggu pajaknya mana dulu;" Kata papanya sambil nunjuk pipi kanannya minta cium.
Cup......Ara mengecup pipi papanya.
"Pa, nama mantan ketua Osis yang kapten basket tadi siapa si?" Tanya Ara malu-malu.
"Hah! anak papa naksir cowok ya, papa mau diduakan nih?!" Kata papanya pura- pura ngambek.
"Ih.......papah........!" Rengek Ara.
"Ra.....ha....sia.......udah masuk kelas Ara!nanti telat." Kata papanya dengan senyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments