NovelToon NovelToon
Terkena Tulah Jimat Leluhur

Terkena Tulah Jimat Leluhur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Roh Supernatural / Pusaka Ajaib
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Abah NasMuf

Berawal dari menemukan seekor kadal di sawah ladangnya, Kadal yang tak lajim. Ekor ( buntut ) bercabang dua, dan berlekuk seperti lekuk keris.
Bu Surmi, wanita paruh baya yang menemukan kadal tersebut.
Namun naas, bagi hewan tersebut yang dibunuh Bu Surmi. entah apa alasannya.
***
Namun siapa sangka.
Ternyata kadal itu kadal jejadian dari sebuah JIMAT PUSAKA yang akan diturunkan pada Surmi. Sebagai salah satu keturunan dari cerita legenda Eyang Cakra Buana. Ratusan tahun silam.
Karena telah membunuhnya, akhirnya Bu Surmi terpaksa harus meminta maaf pada Eyang Cakra Buana yang akhirnya memaafkan Bu Surmi.
Bu Surmi sah diwarisi benda pusaka/Jimat.

apakah Bu Surmi bisa menggunakannya, ketika mendapatkan Jimat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TTJL Bab 26. Malam Purnama di Puncak Bukit Halimun.

Sang raja siang sudah berlalu meninggalkan beberapa jam yang lalu. Hingga alam pun yang tadinya terang benderang, kini berubah menjadi gelap gulita. Beruntung malam itu muncul Sang rembulan untuk menggantikan posisi sang surya di kala tadi siang.

Malam itu rembulan datang dengan bentuk bulat dan sinar yang sempurna, sehingga memancarkan sinar dari angkasa untuk menghapus gelap gulitanya malam dan menorehkan berbagai suasana indah dengan milyaran bintang bertebaran. Orang-orang yang berada di muka bumi menyebutnya Malam Purnama.

Angin malam sangat kencang ketika berada di sebuah puncak bukit. Puncak Bukit Halimun. Suaranya terdengar, hembusannya sangat terasa, walau wujudnya tak terlihat. Dedauan dan pucuk-pucuk pohon seolah patuh pada seoknya. Bahkan tidak sedikit ranting-ranting kering yang harus rela terlepas dari dahan atau pohonnya.

Pada malam itu, nampak dua sosok manusia yang berbeda jenis dan usia. Adalah kakek Sura dan Bu Surmi yang sedang menghadap pada sebuah Makam Panjang di bawah bangunan Saung dari atap bambu. Di sekitarnya dikelilingi pohon-pohon hutan berjejer membulat memagari makam panjang tersebut.

Beberapa saat kemudian, terdengar Kakek Sura berbicara dengan nada penuh hormat.

"Salam hormat dan salam bakti Saya pada Eyang. Juga beribu ampun dan maaf Saya haturkan pada Eyang. Kini sesuai permintaan Eyang. Saya datang dengan membawa Orang sesuai yang Eyang perintahkan." Tutur Kakek Sura panjang lebar, kedua telapak tangannya bertelungkup dirapatkan didepan dadanya. Begitupun Bu Surmi yang bersimpuh di belakang Kakek Sura. Hatinya berdegup keras. Bulu kuduknya pada berdiri ketika terdengar dari kejauhan suara lolongan Anjing hutan serta desiran angin yang semakin kencang. Entah kenapa malam itu terasa sangat mencekam dan menakutkan sekali, padahal Ia bersama Kakek Sura.

Bu Surmi berfikir. Tidak terbayang kalau Dia berada di tempat itu hanya seorang diri. Berdua saja, terasa jantungnya mau copot. Apalagi kalau sendirian.

"Untuk itu, dengan tanpa mengurangi rasa sembah dan segala hormat, Saya mohon kesedian Eyang untuk hadir di malam ini. Hadirlah Eyang.. Hadirlaaah..." Sambung Kakek Sura kemudian mulutnya komat kamit merapalkan jampi-jampi entah apa.

Beberapa menit kemudian terjadilah hal aneh yang tak masuk diakal. Setelah Kakek Sura merapalkan mantra dan jampi-jampi, mendadak terdengar gemuruh angin yang sangat dahsyat. Persis seperti ada angin puting beliung. Dan yang lebih aneh lagi, walau sebegitu gemuruhnya, tidak ada satu daun atau pucuk pepohonan pun yang tergoyangkan oleh gemuruh angin.

Padahal, secara logika manusia, ketika ada gemuruh angin yang seperti puting beliung itu pasti sudah ada pepohonan yang tercerabut dari akarnya. Atau bahkan banyak pohon tumbang.

Dan yang paling menakutkan lagi terutama bagi orang yang baru saja ke tempat tersebut, suara gemuruh angin itu disertai dengan suara terbahaknya seorang raksasa yang menggema. Tertawanya begitu panjang disertai dengan geraman. Hingga menyebar ke segala penjuru.

"Huahahahaha...hahahaha. huahahahah...hmmmmm.... Huahahhaahah..!!"

Suara orang yang tertawa terus menggema. Disertai suara-suara cekikikan perempuan dan juga disusul dengan suara anak kecil yang sedang bermain riang.

Tak terbayang bagi Bu Surmi yang seumur-umur akan mengalami kejadian yang aneh dan sangat menakutkan sekali membuat badan Bu Surmi bergetar, jantungnya semakin berdebar hebat.

Hanya berselang beberapa puluh detik saja. Mendadak suara gemuruh angin perlahan hilang. Dan begitu hilangnya suara gemuruh angin, maka hilang juga suara yang terbahak tersebut.

Bu Surmi hampir saja ingin lari dari tempat duduknya. Perasaan takutnya tidak bisa dibayang dan dikatakan begitu saja. Beruntung, Kakek Sura mengatakan sebelumnya ke Bu Surmi pada saat sebelum berangkat, agar tetap tenang dan jangan merasa takut dalam kondisi dan situasi apa pun.

"Saya takut, Kek.."

"Kamu jangan merasa takut dengan apapun yang terjadi, Nak. Kakek yakin, tidak ada yang akan mengganggumu atau mencelakaimu selama kamu di sana. Lagi pula Kakek tidak akan membiarkan begitu saja jika ada orang jahat yang akan melukaimu."

Bu Surmi mengingat pembicaraan Kakek Sura saat masih di rumahnya, ketika mau berangkat.

Tapi, walaupun demikian, tetap saja yang namanya perasaan takut pasti selalu ada. Walau Kakek Sura kini berada di hadapannya juga.

Namun, belum juga rasa takutnya hilang, tiba-tiba terdengar lagi suara geraman yang disusul dengan suara terbahak seperti tadi lagi. Bahkan kini nampak terlihat dengan jelas di depan Bu Surmi dan Kakek Sura, di atas kuburan itu keluar asap putih yang menggulung ke atas.

Lama-lama asap putih itu menghilang dan menjelma menjadi seekor kadal besar, sepuluh kali lebih besar dengan ukuran kadal pada saat Bu Surmi membunuhnya. Kadal tersebut mempunyai ekor ( buntut ) yang bercabang dan berlekuk seperti keris, badannya bersinar keemasan. Apalagi ketika sinar purnama mengenainya, membuat kilauan-kilauannya muncul jelas dan nyata.

Melihat asap yang berubah menjadi seekor kadal besar, kakek Sura segera mencondongkan badannya kedepan, kedua telapak tangannya masih saling ditungkupkan.

Bu Surmi mengikuti apa yang Kakek Sura lakukan walau dengan perasaan sangat takut. Takut kalau kadal itu melukai dirinya. Karena Bu Surmi masih ingat, pernah membunuh seekor Kadal. Dalam pikirannya Ia berpikir, jangan-jangan Kadal yang berada di hadapannya adalah induk nya Kadal yang akan membalas dendam.

Di tengah rasa takutnya itu, tiba-tiba ada suara menggema memanggil namanya dan nama Kakek Sura. Suara tanpa adanya wujud dari seseorang tapi sangat jelas gemanya persis seperti dalam ruangan.

"Selamat datang di kediamanku, Surmi, Sura, Huahahahah..."

"Beruntung kalian tidak terlambat datang ketempatku. Huahahahaha..." Ucap suara yang menggema tadi.

"Mohon ampun, Paduka Prabu." Kakek Sura minta ampun tetap dengan simpuhannya.

"Huahaha... Huhahahaha... Surmiiiii... "

Bu Surmi merasa Ia setengah mati ketika nama nya disebut. Jantungnya saja terasa sudah terlepas. Ia memberanikan diri, dan menjawab dengan terbata serta penuh takut yang teramat sangat.

"Ssaa...Sa...Ssaya..Ppa..Ppaduka Prabu... Mmohon aampun..!"

"Hmmmmm... Huahahaha..hahahah...kenapa kamu membunuh piaraanku, Surmi..hum...??"

"Sssa..saya ti..ti..tidak..ttahu..Ppaduka.. Aamppuuni Ssa..Saya." Bu Surmi tetap memberanikan untuk menjawab tanya suara gaib itu.

"Baiklah.. Aku mengampunimu, Surmi. Perlu Kamu ketahui, kini sudah saatnya piaraanku beralih tangan. Sudah tiga purnama, piaraanku ini sedang mencari tuannya. Karena waktunya kan sebentar lagi akan berakhir. Aku Cakra Buana Raksa, penguasa Bukit Halimun, sudah saatnya memberikan Jimat Pusaka kepadamu. Karena secara garis keturunan, Kamu generasi ketujuh yang akan kuwarisi Jimat Pusaka ini.. Huahahaha.." Ucap suara Eyang Cakra Buana tersebut.

Bu Surmi hanya diam, Ia tidak tahu apa yang harus diucapkannya lagi. Pikirannya masih berkecamuk antara takut, bimbang, ragu dan masih serasa di alam mimpi bercampur membaur dalam dadanya.

Tak berselang lama, suara gaib terdengar kembali. Ia menyuruh Kakek Sura untuk meninggalkan tempat itu, dan hanya Bu Surmi yang tetap di sana.

Mau tidak mau, Bu Surmi harus bersedia menyendiri dalam ketakutan yang teramat sangat. Namun lama-lama,Bu Surmi bisa mengendalikan dirinya setelah Kakek Sura berjanji menjamin keselamatannya. Juga rasa pasrah Bu Surmi tentang apa-apa yang akan terjadi pada dirinya. Ia sudah siap.

...ΩΩΩΩΩΩΩ...

1
dede rohimah
lanjut thoor
dede rohimah
ngeri yah... suara genderewo
dede rohimah
serem thor bergidik ngebayanginnya
dede rohimah
waaah jadi gelut ini mah..

lanjut thoor
dede rohimah
ki durgala harus kalah, thooor
dede rohimah
pasti orang jahat si durgala itu
dede rohimah
jangan sampe kalah thooor.. walau seorang wanita
dede rohimah
jangan sampe kalah mbok darsih nya, thor
dede rohimah
legenda cakra birawa apa buana
dede rohimah
orang tua ku sering mmpringatkan.. wayah beudug, waktu dedemit berkeliaran
dede rohimah
karya yang bagus menurutku... kayaknya ini bukan author kaleng an...

gaya bahasa dan tutur nya seolah membawa halu pada reader
dede rohimah
kok berani yah.. kalau aku mah udah jijik duluan thor
dede rohimah
apa ada, thor kadal bercabang.. atau kadal canggah
dede rohimah
bikin bergidik..
dede rohimah
aku gabung, thooor... enak banget baca nya.
alur ceritanya bukan kaleng-kaleng
Aji Wandi
hutannya serem banget... malam purnama di hutan bikin bergidik
Rina Mes
siyap thooor
sehat selalu
Rina Mes
jangan hiatus ya Thor
sehat selalu
Rina Mes
suara buto ijo thor
Fathiya Fitri
misteri kadal berekor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!