Terkena Tulah Jimat Leluhur
Bagi masyarakat Dusun Mekarsari, siapa yang tidak kenal dengan keluarga kecil Pak Amet dan Bu Surmi.
Sepasang suami istri yang sudah dikaruniai dua orang anak yang keduanya kini hampir menginjak usia dewasa.
Sosok Pak Amet dan Bu Surmi, yang terkenal dengan keuletannya dalam mengelola kebun dan ladang juga sawah yang memang tergolong paling berada dan lumayan luas untuk kelas masyarakat di pedesaan pada umumnya.
Apalagi dari dulu, setelah dua tahun menikah, Pak Amet dan Bu Surmi sama-sama mendapatkan warisan lahan pertanian. Kebetulan saja baik orang tua Pak Amet dan juga orang tua Bu Surmi merupakan tani yang sangat ulet dan rajin, serta fokus dalam mengelola pertaniannya. Hingga anak keturunannya juga seolah tidak terlepas dari sikap dan kinerja orang tuanya itu.
Kedua orang tua Pak Amet dan Bu Surmi sudah meninggal dunia. Hal ini seolah berjodoh apa tidak. Yang jelas, entah dari mana awalnya, Amet dan Surmi menikah.
Memang, bagi masyarakat pedesaan istilah perjodohan dan dijodohkan masih sesuatu hal yang dianggap lumrah. Apalagi bagi para orang tua yang memiliki harta kekayaan baik berupa lahan sawah atau perkebunan yang luas. Seolah sangat sayang sekali kalau kekayaannya itu akan jatuh pada orang yang dianggap 'kurang tepat'. Dalam pengertian orang kurang mampu dan tidak bisa menjalankan pertanian.
Hampir setiap hari, Pak Amet dan Bu Surmi menghabiskan hari dan waktu siangnya di kebun atau di ladang sawah mereka.
Hingga pada suatu hari, sepulang dari sawah ladangnya, Pak Amet dan Bu Surmi tampak sedang melepaskan lelah, dari pagi buta hingga tengah hari, sibuk di sawah ladang membuat sepasang suami isteri itu merasa kelelahan.
" Pak... Kenapa yah, kepalaku kok tiba-tiba pusing sekali...?". Tanya Bu Surmi menghampiri suaminya yang sedang menikmati kacang rebus dengan kopi hitamnya di teras rumahnya.
"Mungkin saja terlalu kecapean, Bu.." timpal Pak Amet datar, Dia tidak menghiraukan Istrinya yang langsung duduk di sampingnya, kemudian Bu Surmi memijit-mijit dahi dan kepalanya.
"Aku rasa, pekerjaan hari ini nggak terlalu melelahkan juga, Pak. Cuman menabur pupuk kandang ke tanaman cabe, setelah itu, mengairi sawah. Sebelumnya, memang aku pergi ke muara sungai untuk melancarkan airnya, Pak. sudah, gitu ajah...duuuuh Paaak... Kepala semakin sakiiit Paaaak... aduuuuh...."
Amet :" Nanti, Bapak nyuruh Pardi aja membelikan obat ke Apotek, ya Bu.."
Kata Pria paruh baya itu, sambil berdiri lalu turun kedepan rumah, mencari Pardi, anak kedua nya yang masih duduk di kelas 3 SMP.
Tidak berapa lama kemudian, Pardi datang habis main dari rumah tetangganya. Lalu mensekati Sang Ibu yang masih memegang dahinya dan memijit mijit perlahan.
Pardi :" Ibu sakit apa,..? Tadi Bapak nyuruh Adi belikan obat untuk ibu ke Apotek."
Surmi :" Syukurlah, kamu sudah datang, Nak. biasanya kalau sudah terlena dengan permainan game, kamu susah sekali disuruh-suruh orang tua...". Kata Surmi yang tidak langsung menjawab pertanyaan anak lelakinya itu. Tampak, Pardi hanya cengengesan ketika mendapati omelan dari Ibunya. Dalam hati Pardi, berkata :" karena aku dijanjiin dibeliin kuota oleh Bapak, kuotaku udah habis dari pagi tadi."
Surmi :" Kepala ibu mendadak sakit, Nak. Ibu beliin obat ke Apotek. Kamu beli Paraswtamol atau obat lain, untuk mengobati sakit kepala Ibu. Nih uangnya." Kata Surmi, sambil menyodorkan uang selembar bergambar Presiden Soekarno dan M Hatta..
Pardi :" Baik, Bu. Nanti kembaliannya buat Adi yaaah...hehehe, asyiik..!!"
Jawab Pardi cengengesan, sekilat, Uang selembar merah itu sudah berada di tangannya. Tidak menunggu perkataan dari Ibunya, Pardi berlari kecil sambil mendorong Motor Astrea Grand modifan nya yang terparkir di pinggir rumahnya.
Bu Surmi hanya menggeleng kepalanya yang masih terasa semakin sakit, nyut nyutan nya kian terasa.
Wanita itu beranjak dari tempat duduknya, dengan dengusan kesal, karena sikap anak lelakinya sangat menjengkelkan.
Bruuugh... suara pintu depan yang ditutup oleh Surmi yang langsung masuk ke kamarnya. Mendadak perasaan amarah yang amat sangat menyeruak di dadanya. Mungkin karena ulah anak lelakinya yang nurut perintah orang tuanya karena ada sesuatu imbalan.
Surmi :" Dasar anak sialan...!!! Maunya imbalan saja, huuh... Anak zaman sekarang, segitu saja..." Gerutu Surmi sambil melemparkan tubuhnya di kasur empuknya.
Nyut nyutan di kepalanya semakin menjadi-jadi.
"Aduuuuuh kenapa sakitku semakin paraaah... Aaaahhh sakiiit sekaliii... Paaak... Bapaaaak... Dimana sih itu orang, maen keluyuran saja, tahu istrinya lagi sakit ginih.. Dasar suami tak tahu diri.. Tak berbelas kasihan pada bininya... Paaaak... Bapaaakkk...duuuh kepalaku Paaaaak...!!!"
"Duh, lagian itu bocah kok lama amat disuruhnya, padahal jarak ke Apotek, paling hanya 4 kilmometer dari rumahku,.. Dasar anak tak tahu dengan keadaan Ibunya
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Helmi Ruhendi Putra
aku pendatang baru Thor... ikut gabung yaah
2024-09-19
0
dede rohimah
aku gabung, thooor... enak banget baca nya.
alur ceritanya bukan kaleng-kaleng
2024-09-17
0
Fathiya Fitri
wah baru lagi nih novel nya.
abah nasmuf is the best.
2024-09-14
0