Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Aruna
Sejak kedatangan Aruna dan kedua orang tuanya, Billa merasa sangat canggung dengan kondisi saat ini. Billa melihat sorot mata tidak suka dari mama Aruna yang ditujukan untuknya setelah papa Yusril memperkenalkannya sebagai calon dari Aiman. Sedangkan Aruna, perempuan itu sesekali menyenggol lengan sang mama di saat mamanya memuji dirinya dan mengatakan jika perempuan seperti Aruna sangat lah cocok jika bersanding dengan Aiman.
Orang tua Aruna benar-benar tetap ingin membuat Aiman dan Aruna bersatu tanpa memperdulikan kehadiran Billa. Jelas itu membuat Billa sakit hati.
“Nih bapak-bapak satu mulutnya kok lemes amat yak, gue jejelin cabe rawit mampus lu.” Billa membatin begitu mendengar Papa dari Aruna yang terus-terusan memojokkan dirinya secara tidak langsung.
“Mbak, ajak aja Billa kesana dulu ya, mama sama papa mau cerita-cerita sama om Rendra dan tante Latifa.” Perintah mama Rumi ke Rania.
“Yok Bil,” ajak Rania,dan tak butuh waktu lama, Billa langsung beranjak dari sana disusul juga oleh Khalisa.
“Yok duduk di sana Bil, mbak masih pengen cerita banyak sama kamu, eh malah keganggu sama alien-alien itu.” Ujar Rania yang membuat Billa menyunggingkan senyumnya.
Sedangkan di ruang tamu, kedua orang tua Aiman masih duduk hendak berbincang dengan kedua orang tua Aruna, mengenai permasalahan di antara anak mereka. Sedangkan Aiman kini sudah beralih kembali ke ponselnya, ia sibuk dengan benda persegi empat itu, dan Aruna hanya menatap Aiman dalam diam. Hatinya sakit mengetahui jika Aiman sudah memperkenalkan Billa kepada kedua orang tuanya.
“Pernikahan itu bukanlah sebuah hal yang pantas dipaksakan, kami sekeluarga menghargai pilihan Aiman, dan berharap itu akan menjadi yang terbaik untuknya nanti.” Papa Yusril membuka pembicaraan.
“Tapi mas, apa mas Yusril tau bagaimana latar belakang perempuan itu.” Tukas Om Rendra cepat. Dan membuat Aiman langsung menoleh ke arah om Rendra.
“Maksud om apa bicara seperti itu?” Aiman bertanya tidak suka.
“Ya om itu maunya kamu mendapatkan perempuan yang jelas asal usul keluarganya, semua itu demi masa depan kamu juga Aiman.” Sahut om Rendra dengan nada protesnya.
“Itu bukan urusan om, saya sudah yakin jika pilihan saya adalah yang terbaik, jadi saya mohon untuk tidak ikut campur dalam hidup saya.” Emosi Aiman sudah di ubun-ubun, ia langsung beranjak meninggal ruang tamu setelah mengatakan hal itu.
“Aiman kenapa sudah berubah ya mas, dulu dia adalah anak yang patuh, yang sopan, tidak pernah mengeraskan suara di depan orang tua, kenapa sekarang jadi seperti itu, apa jangan-jangan pengaruh dari perempuan itu?” Ujar Tante Latifa.
Mata mama Rumi menatap tidak suka ke arah tante Latifa. Mama Rumi memaklumi kenapa putranya bisa bersikap seperti itu, karena Aiman pasti sudah merasa sangat muak dengan semua rencana perjodohan dengan Aruna yang sama sekali tidak diinginkan oleh Aiman.
Jika boleh jujur, mama Rumi memang tidak pernah menyetujui perjodohan itu, karena ia melihat Aiman seperti tidak menginginkan hal itu. Namun ia selama ini hanya memilih diam karena ia juga tahu kalau Aruna adalah gadis yang baik dan tidak enak hati jika ia harus mengeluarkan suara tidak setujunya itu.
Namun jika Aiman menyetujui perjodohan dengan Aruna maka ia pun akan mendukung apa yang akan menjadi keputusan Aiman. Dan ketika Aiman mengatakan jika dia mempunyai seseorang yang dia sukai, mama Rumi tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya dan langsung ingin bertemu dengan gadis yang berhasil mencuri hati putranya itu.
“Semua orang akan seperti itu Latifa, ketika hidupnya diatur dan di paksakan untuk menerima sesuatu yang tidak dia inginkan.” Ucap Mama Rumi dengan nada datar namun menusuk.
Orang tua Aruna meminta izin pulang karena merasa seperti tidak dihargai. Mereka menganggap jika gadis yang dibawa oleh Aiman itu sudah mengacaukan keakraban antara keluarga mereka dengan keluarga Aiman.
Sepanjang perjalanan pulang tante Latifa terus mengeluarkan segala macam hal yang mengganjal di hatinya tentang keluarga Aiman.
“Kamu juga Aruna, apa salahnya sih kamu itu sedikit berusaha untuk menarik perhatian Aiman, kamu itu jauh lebih cantik daripada perempuan kampung itu,” hina tante Latifa.
“Mama bisa berhenti mengomel tidak ma, aku capek dengar mama dari tadi,” sahut Aruna dengan suara lelahnya.
“Pokoknya mama gak mau tau, kamu itu harus sama Aiman titik.” sungut tante Latifa. Sedangkan Om Rendra masih terdiam sambil menyetir.
“Mama kapan mau sadar sih ma, mama selalu memaksakan kehendak mama untuk anak-anak mama, dulu mama memaksa Mbak Nayla untuk menikah dengan Mas Bagas, sekarang giliran aku yang jadi korban mama,” cecar Aruna ke mamanya.
“Jangan kamu bawa-bawa mantan suami mbak mu yang kurang ajar itu.” bentak tante Latifa.
“Mama mau menyangkal? Dulu mama paksa mbak Nayla untuk nikah sama mas Bagas padahal Mbak gak mau ma, mama bilang kalo mas Bagas adalah pilihan yang terbaik untuk mbak, tapi apa sekarang ma, mbak Nayla sengsara karena menuruti apa yang mama paksakan.” Timpal Aruna dengan nada penuh emosi yang tertahan.
“Sudah berapa kali mama bilang jangan pernah sebut lagi nama suami mbak mu itu, dia laki-laki yang kurang ajar, berbeda dengan Aiman. Kamu tidak akan mendapatkan perlakuan seperti mbak mu kalau kamu sama Aiman.” Bentakan tante Latifa memenuhi seisi mobil.
“Ini bukan permasalahan baik atau tidaknya mas Aiman ma, tapi ini semua tentang mama yang memaksakan kehendak mama untuk anak-anak mama, aku minta mama berhenti melakukan itu, cukup mbak aja ma, aku gak akan mau menuruti keegoisan hati mama.” Aruna menjawab dengan air mata yang sudah berhamburan jatuh. Sedangkan sang papa hanya memilih diam, ia sebenarnya setuju dengan putrinya, tapi jika ia menjawab pasti istrinya akan lebih beringas lagi dalam melampiaskan emosinya.
“Jadi kamu ikhlas, melihat Aiman bersanding dengan anak kampung itu?” Tante Latifa bertanya dengan amarah yang masih memuncak.
“Aku akan belajar ikhlas ma, walaupun aku menyukai mas Aiman tapi aku tidak akan menghancurkan apa yang seharusnya menjadi takdirnya. Jadi aku minta tolong mama hargai keputusan aku.” Tangis Aruna semakin menjadi ketika mengatakan itu.
***