Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Bab 8
Jacob tercengang.
Mencari informasi tentang Nadia, membuatnya seperti menemukan sebuah rahasia besar.
Ternyata Nadia adalah istri dari Aslan, manajer pemasaran di perusahaan mereka. Berusia 30 tahun dan memilki 1 anak bernama Zayn.
Dan Jacob makin menganga saat mengetahui tentang perselingkuhan Aslan dan Cindy yang notabenenya adalah sekretaris pria itu.
Nadia di duga telah mengetahui perselingkuhan sang suami dan sengaja bekerja disini untuk mencari bukti lebih banyak tentang perselingkuhan mereka. Bukti yang bisa Nadia pakai untuk mendapatkan hak asuh sang anak ketika di pengadilan.
Nadia masuk ke perusahaan ini pun setelah membayar sejumlah uang pada ibu Mulia.
Mendengar semua laporan Jacob, Steve malah tersenyum. Tatapannya menjelajah jauh pemandangan kota malam ini. Lucu sendiri dengan takdir yang dia hadapai.
Wajar saja jika wanita itu terlihat gila. Batin Steve.
Namun senyumnya yang masih terukir membuat Jacob jadi merinding.
"Dia belum cerai Steve, itu artinya status dia masih istri orang."
"Istri yang sudah disia-siakan."
"Astaga, jadi kamu benar-benar tertarik padanya."
"Mobil ku belum kamu bawa ke bengkel kan? besok aku akan memakainya ke kantor."
Jacob sampai tak mampu menjawab. Nadia memang cantik, pekerja keras dan malang.
Tapi tetap saja, masih belum paham kenapa Steve begitu berhassrat pada wanita itu, wanita yang jelas-jelas masih berstatus istri orang.
Tentang masalah rumah tangga yang sedang dihadapi oleh Nadia sebenarnya mereka tidak memiliki urusan apapun.
Tapi Steve malah berencana ada di tengah-tengah.
"Bantu dia Jac, periksa CCTV tiap sudut perusahaan ini dan cari bukti nyata tentang perselingkuhan mereka."
"Astaga, apa aku harus menjawab siap?"
Steve malah terkekeh.
"Banyak gadis yang sudah antri menunggu kamu lamar, tapi kamu malah tertarik dengan istri orang."
Di rumah Nadia.
Pertengkaran kembali terjadi di kamar sepasang suami istri itu.
Aslan meminta Nadia untuk segera mengundurkan diri.
"Tidak mau, aku juga penat di rumah terus, aku akan tetap bekerja!"
Plak! 1 tamparan melayang tepat di wajah Nadia. Pipinya seketika merah membekas tangan sang suami.
Tidak ada air mata yang jatuh dari kedua mata Nadia, hanya saja dadanya sesak sekali.
Terus Aslan, terus siksa aku. batin Nadia lirih.
Diam-diam dia pun telah memasang CCTV di kamar ini.
Nadia sedang menggali kuburan untuk sang suami, pria yang selama ini dia cintai sepenuh hati kini akan dia kubur hidup-hidup.
"Mulai berani kamu membentak ku Nad?"
"Kamu tidak pikirkan tentang Zayn?" tanya Aslan lagi, tiap kalimat yang keluar dari mulutnya selalu menyudutkan Nadia.
Seolah selama ini pria itu telah menjadi sosok ayah dan suami yang paling sempurna sehingga pantas untuk menilai.
"Dibanding kamu, aku jauh lebih tahu apa yang terbaik untuk Zayn," balas Nadia, dia bahkan kembali mengangkat wajahnya dan membalas tatapan tajam milik Aslan.
Aslan terdiam. Selama ini Nadia adalah istri yang penurut, tidak pernah sekalipun wanita ini membantah apalagi melawannya seperti ini.
Jelas ada sesuatu tapi entah apa.
"Katakan, Apa yang membuatmu tiba-tiba berubah seperti ini Nad? di mana istriku yang penurut?"
Nadia tersenyum hambar.
"Aku harus pergi menemui Zayn sebelum dia tidur dan besok aku akan tetep bekerja. Ku harap disana kamu bersikap profesional. Disana kita tidak saling mengenal."
Deg! kalimat itu harusnya diucapkan oleh Aslan. Tapi kini malah Nadia yang mengucapkannya.