Thomas dan Sarah pernah menikah selama 2 tahun sebelum akhirnya bercerai karena Thomas takut pekerjaan aslinya sebagai Intelijen membahayakan Sarah. 7 Tahun kemudian mereka di pertemukan kembali. Sarah menjadi manager event di hotel yang membantu persiapan pernikahan Thomas dan anak pemilik hotel luxury, Rachel. Pernikahan itu adalah misi dari Badan Intelijen tempat Thomas bekerja, yaitu untuk menangkap dan mengungkap bisnis internasional terkait obat terlarang oleh Ayah Rachel, Alex. Setelah menikah, Thomas menduduki jabatan sebagai General Manager di hotel Luxury. Pertemuan setiap hari dengan Sarah tidak bisa di hindari. Benih cinta kembali tumbuh di hati Thomas. Namun, Sarah masih membenci Thomas karena dulu seketika meninggalkan dan menceraikannya. Kehadiran Maxim sebagai Manager Humas baru di hotel luxury, membuat Thomas makin cemburu karena ternyata Maxim menyukai Sarah dan Sarah pun menyukai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chubby_Writter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan yang Terbaik
"Tapi apa? Tanya Thomas penasaran.
"Tapi bukankah aku sudah memperingatkanmu. Orang seperti kita tidak berhak atas cinta tulus dari orang biasa. Hidup kita bukan milik kita lagi sejak bergabung disini. Jika kita memaksa berada di samping orang yang kita sayangi, maka nyawa mereka akan terancam. Jadi, aku mohon jangan goyah dengan keputusanmu." Jawab Valery sambil menatap tajam pada Thomas.
Thomas tertunduk mendengar ucapan Valery. "Aku tau Val, tapi aku sangat mencintainya. Aku tetap ingin ada di sampingnya. Aku tidak bisa jauh darinya. Rasanya aku bisa gila."
"Jangan egois Thomas. Keegoisanmu bisa membuatnya pergi dari dunia ini. Apa kau rela dia mati sia-sia karenamu. Dia tidak tau apapun tentang kita. Jadi cobalah berpikir rasional. Jangan hanyut dalam perasaanmu. Belajarlah dari pengalaman Charlie. Di pekerjaan ini, bahkan kita tidak bisa memilih kapan kita akan mati. Namun sekuat apapun kau berusaha keluar dari sini, tetap kau tak akan bisa kecuali kau menyerahkan nyawamu."
Kaki Thomas mendadak lemas. Ia tersungkur di lantai. Air matanya deras mengalir. Valery pun bantu memapahnya bangun dan duduk di kursi yang ada diruangan itu.
"Dengarkan aku Thom. Awalnya memang terasa berat, tapi aku yakin kau akan terbiasa seiring berjalannya waktu. Jadi bertahanlah sekuat tenaga. Jadilah penyelamat untuk istri tercintamu itu. Kau boleh tidak melupakan dan tetap mencintainya seumur hidupmu. Seperti yang Charlie katakan, kau bisa melihatnya dari jauh jika merindukannya. Karena jika dia masih hidup akan mudah bagimu untuk menemuinya. Berbeda jika dia sudah tiada. Aku yakin kau juga pasti ingin segera menyusulnya."
Ucapan Valery mampu menenangkan Thomas. Kini tangisnya mereda. Ia mulai meyakinkan lagi dirinya bahwa keputusan yang diambilnya sudah tepat demi keselamatan Sarah.
"Maafkan aku Sarah. Maaf jika aku meninggalkanmu dengan cara seperti ini. Aku hanya berharap dengan perpisahan ini, kamu bisa membenciku agar cepat melupakan aku. Aku tidak ingin kamu terlarut bersedih karena aku. Hiduplah dengan baik.
Carilah pria yang bisa membahagiakanmu dan menjagamu dengan baik. Walaupun aku tidak akan rela jika kamu bersama pria lain. Anggaplah semua yang terjadi 2 tahun kemarin seakan tidak pernah terjadi. Kejarlah mimpimu.
Nanti jika aku tidak sanggup menahan rindu, aku akan sesekali mengunjungimu dan melihatmu dari jauh. Aku harap saat aku datang melihatmu nanti, sudah tidak ada kesedihan di wajah cantikmu.
Aku ingin melihat senyum bahagia yang mengembang di pipi gembulmu. Aku sungguh menyayangi dan mencintaimu Sarah. Tidak ada wanita lain yang ada di hatiku saat ini dan mungkin untuk selamanya.
Aku memang tidak taat beribadah, tapi mulai hari ini aku akan rajin berdoa untuk kebahagianmu di masa mendatang. Dan maaf aku masih egois karena meminta Tuhan kembali mempertemukan dan menyatukan kita kembali agar kita bisa bersama lagi.
Maafkan aku Sarah. Maafkan aku..." Gumam Thomas dalam hati.
***
Sementara itu di rumah sakit...
Nyonya Ferguson masih setia menunggu Sarah. Sementara suaminya sedang pergi mengurus beberapa pekerjaan mereka di yayasan amal.
Perlahan mata Sarah mulai terbuka. Ia masih merasakan nyeri yang luar biasa terutama di bagian bawah tubuhnya."
Nyonya Ferguson langsung menghampiri Sarah yang masih terbaring lemah diatas ranjang.
"Kamu sudah sadar Sarah?"
"Sudah Nyonya. Apa yang terjadi dengan saya? Saya merasa tubuh saya sangat sakit dan tidak nyaman."
Nyonya Ferguson pun tertunduk. Wajahnya menampilkan ekspresi sedih. Ia tidak tega untuk menyampaikan kabar tentang keguguran yang baru saja dialami oleh Sarah. Ia takut jika Sarah makin bertambah sedih. Namun, Ia tetap harus mengatakannya, karena itu merupakan hak Sarah untuk mengetahui kondisi dirinya yang sebenarnya.
"Ada apa Nyonya? Kenapa Nyonya tidak menjawab saya? Apa yang sebenarnya terjadi pada saya?" Tanya Sarah panik.
Nyonya Ferguson membelai rambut Sarah.
"Nak kamu baru saja keguguran. Usia kandunganmu memasuki bulan ketiga. Tadi kamu mengalami pendarahan hebat dan dokter sudah melakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawamu, namun kandunganmu tidak bisa di selamatkan."
Sarah terkejut dengan ucapan Nyonya Ferguson. Ia bahkan tidak tau jika dirinya sedang hamil. Selama ini Ia terlalu sibuk bekerja dan juga tidak ada tanda-tanda khas kehamilan yang terjadi padanya. Ia bahkan menganggap telat kedatangan tamu bulanan adalah hal yang biasa. Karena dia mengidap PCOS sejak lama.
"A-Apa keguguran? Apakah aku hamil?"Tanya Sarah dengan ragu.
Nyonya Ferguson menjadi heran. "Jadi kamu tidak tau jika kamu sedang hamil Sarah?"
Sarah menggeleng. "Selama ini aku dan suamiku bekerja keras siang dan malam demi menyambung hidup kami. Aku bahkan tidak pernah terpikir untuk hamil dan mempunyai anak."Ucapnya lirih.
Ia memegangi perutnya yang masih datar.
"Maafkan mama ya nak. Mama tidak tau jika kamu sudah lama ada di perut mama. Jika mama tau, mama akan menjagamu lebih baik. Papamu juga pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dia sudah lama menantikan kehadiranmu. Tapi sekarang kamu pergi sebelum mama tau keberadaanmu dan berjumpa denganmu. Jangan membenci mama dan papa ya nak. Sekarang kembalilah ke surga. Dan kembali ke rahim orang tua yang lebih baik dan sanggup menjagamu nanti. Doakan mama dan papa bisa segera bertemu kembali ya nak. Kami menyayangimu." Gumam Sarah dalam hati.
Air matanya mengalir deras. Ia tidak mampu mengeluarkan suara tangisnya akibat tubuhnya yang masih terasa lemas.
Nyonya Ferguson kembali mengusap kepala Sarah.
"Jangan menyalahkan dirimu Sarah. Semua ini terjadi atas kehendak Tuhan. Mungkin sementara ini yang terbaik untukmu. Umurmu masih muda. Kamu masih bisa memiliki kesempatan yang besar untuk kembali mengandung."
Sarah masih larut dalam tangisnya. Rasanya penderitaan datang padanya bertubi-tubi sejak kemarin.
"Kamu dimana Thomas? Aku benar-benar membutuhkan kamu sekarang. Aku merasa hancur. Aku tidak sanggup menghadapi semuanya sendirian. Lihatlah, semenjak kamu tidak disisiku kemarin, semua masalah datang silih berganti. Aku tidak bisa jauh darimu. Aku rindu kamu sayang. Aku tidak terbiasa begini. Tolong kembalilah. Jangan menyiksaku seperti ini. Kenapa kamu hilang tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu padamu? Atau kamu sengaja meninggalkanku? Apa salahku padamu? Apa kamu sudah bosan hidup bersamaku? Atau ada wanita lain yang kamu simpan di belakangku? Rasanya aku hampir gila karena menerka-nerka tentang kau Thomas. Aku mohon kembalilah. Aku sangat mencintaimu sayang." Ucap Sarah dalam hati.
***
Thomas ikut bergabung dalam sebuah misi ke Filipina. Ia sedang berada di pesawat jet bersama Valery. Sepanjang perjalanan Ia tertidur karena kelelahan.
Tiba-tiba tubuhnya nampak bergerak dengan gelisah. Keringat mengucur di pelipisnya. Padahal kondisi AC di pesawat itu termasuk dingin.
"Sarah..." Teriak Thomas yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu.
...----------------...
Bersambung ke Bab Selanjutnya