Berawal dari menemukan seekor kadal di sawah ladangnya, Kadal yang tak lajim. Ekor ( buntut ) bercabang dua, dan berlekuk seperti lekuk keris.
Bu Surmi, wanita paruh baya yang menemukan kadal tersebut.
Namun naas, bagi hewan tersebut yang dibunuh mati oleh Bu Surmi. entah apa alasannya.
***
Namun siapa sangka.
Ternyata kadal itu kadal Jejadian dari sebuah JIMAT PUSAKA yang akan diturunkan pada Surmi. Sebagai salah satu keturunan dari cerita legenda Eyang Cakra Buana. Ratusan tahun silam.
Karena telah membunuhnya, akhirnya Bu Surmi terpaksa harus meminta maaf pada Eyang Cakra Buana yang akhirnya Bu Surmi pun dimaafkan, bahkan pada akhirnya, Bu Surmi sah diwarisi Keris Jimat Pusaka dari leluhurnya itu.
Namun sayang, Keris Jimat Pusaka itu banyak yang menginginkannya terutama dari kalangan para demit dan siluman.
Apakah Bu Surmi bisa menggunakannya, ketika mendapatkan Jimat tersebut?
Dan siapakah yang akan TERKENA TULAH dari Jimat Pusaka tersebut....!??"
Yuk disimak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Berawal dari menemukan binatang 'aneh' saat di ladang
"Ingatan saya masih belum pulih, Kek. " Ujar Bu Surmi pada Sang Kakek.
" O iya, kakek juga lupa, kamu masih dalam di luar dimensi kesadaran penuh. Bahkan, raga kamu juga masih dalam keadaan terbujur pingsan. Beruntung, ada salahsatu murid kakek yang mengobati rasa kesakitan kamu. "
Kata si kakek, perkataannya terjeda dan memosisikan duduknya agar terasa lebih relak dan nyaman. Kemudian melanjutkan perkataannya lagi.
" Kakek akan menormalkan dan menstabilkan daya ingat kamu, dan menguatkan jiwa kamu kembali, agar kamu bisa mengingat segala kejadian tadi pagi, saat kamu dan suamimu berada di ladang."
Si Kakek, kemudian mulutnya komat kamit melafalkan mantra-mantra untuk pemulihan ingatan Bu Surmi yang merasakan tidak ingat siapa dan di mana, serta bagaimana dengan secara tiba-tiba dirinya ada di tempat ini.
Rasa sakit di kepala dan di badannya yang dirasakan begitu menyiksa, kini mendadak hilang sirna.
Tidak berselang lama, ingatan Bu Surmi kini kembali pulih. Perlahan Bu Surmi mulai ingat dengan segala kejadian yang telah dialaminya, mulai tadi pagi, dari mulai bangun tidur, memasak, bahkan lauk pauk yang dimasaknya pun, kini bisa diingat lagi dengan jelas.
Bu Surmi juga masih mengingat saat Dia dan suaminya pergi ke ladang, bahkan pekerjaan yang dilakukan dengan suaminya teringat juga dengan jelas yakni memberikan pupuk pada tanaman cabe dan tanaman yang lainnya.
" Saya ingat kek...!!"
Raut Bu Surmi kelihatan sumringah, dan anehnya walaupun baru bertemu dengan si kakek, mendadak tidak merasa canggung lagi atau takut, perasaannya sedikit lebih tenang, Bu Surmi yakin, si kakek yang kini sedang berada di depannya bukan orang jahat yang akan melukainya, apalagi tadi si kakek bilang cucu ke Bu Surmi, bahkan bagi Bu Surmi saat ini perasaannya seolah sudah kenal lama dengan si kakek tersebut.
" Syukurlah, kalau kamu sudah bisa mengingat kejadian tadi pagi dan juga saat kamu bertemu dengan hewan melata. Seekor kadal yang berekor cabang dan berlekuk menyerupai lekukan keris."
"Silahkan kamu ceritakan pada kakek, biar nanti kakek akan menjelaskan hal lain lagi yang perlu kamu fahami lagi, Nak.!"
Perintah si Kakek pada Bu Surmi, dan dianggukan oleh Bu Surmi tanda setuju.
Kemudian Bu Surmi mulai menceritakan awal dan kejadian dimulai tadi pagi-pagi hingga sepulang dari ladang, termasuk ada kejadian yang dianggap janggal oleh Bu Surmi, saat di ladang tentang seekor kadal.
...........
"Pak, ibu mau ke hulu sungai sebentar yah.!"
Bu Surmi izin pada suaminya yang lagi mencangkul tanah buat ditanami cabe dan tomat yang sudah siap ditanam.
Dalam benak Bu Surmi, kayaknya ada sesuatu yang menghambat aliran air yang mengairi pada pada saluran airnya. Biasanya sampah-sampah dari pembuangan yang dilakukan oleh warga desa sebelah yang membuang sampah sembarangan, padahal, sudah berkali - kali Desa Bu Surmi mengalami kiriman banjir dari Desa Sebelah yang berada di hulu dari aliran sungai kecil yang mengaliri area ladang dan pesawahan Desa Mekarwangi, desanya Bu Surmi.
" Iya Bu... hati-hati saja, jalanya agak terjal dan menaik. Licin lagi, banyak bebatuan cadas. Tadinya, Bapak yang akan kesana, tapi kerjaan Bapak masih tanggung.!"
Kata Pak Amet. Ia berhenti sebentar dari kegiatan mencangkulnya, nafasnya sedikit ngosngosan, dengan dada turun naik. Keringat yang sudah membasahi pakaian kerja lelaki paruh baya tersebut, tangan kiri menyeka dahinya yang mulai basah dengan keringat.
"Ya, Pak..!"
Bu Surmi langsung berjalan menyusuri jalan setapak yang nantinya menuju ke arah hulu sungai yang sudah dibangun mirip sebuah bendungan perairan, hanya saja, masih sederhana.
Membendung airnya bukan dengan bangunan tembok dari pasir dan semen, melainkan dari bebatuan yang ada di sungai, yang ditumpuk-tumpuk membendung air sungai yang nantinya airnya bisa mengairi sawah dan ladang di sekitar lewat selokan yang sudah dibuat.
Lumayan jauh juga, sekitar 200 meteran, jarak antara sawah ladang Bu Surmi dengan bendungan di sungai yang mengairi area ladang dan pesawahan sekitarnya.
Tidak lama kemudian, Bu Surmi sudah sampai di pinggir sungai. Arus sungai yang tidak terlalu deras, karena airnya sudah mulai surut mengecil karena hampir 3 bulan belum ada hujan, pantas saja kalau air di sungai aliran ke selokan nya juga tidak tetlalu banyak. Belum sampah-sampah dan rumput yang menghalangi aliran air di selokan, terkadang tidak sampai ke sawah dan ladang milik warga.
Dengan hati-hati, Bu Surmi terus berjalan ke arah tumpukan batu yang membendung sungai, yang memang lokasinya banyak batu cadas, yang pastinya licin.
Setelah sampai di tepian bendungan air, Bu Surmi berdiri. Kedua bola matanya dilebarkan melihat kondisi sekitar.
Bu Surmi berfikir, pasti ada kebocoran yang menyebabkan air dari sungai tidak naik ke saluran perairan yang mengaliri ladang dan sawahnya.
Namun.
Tiba-tiba, Ekor mata Bu Surmi melihat sesuatu di atas batu cadas yang menarik perhatiannya. Dia melihat seekor kadal yang ekornya bercabang dan berlekuk. Hewan melata itu seperti lagi berjemur. Dan entah bagaimana, Bu Surmi mendadak ingin mendekati hewan melata yang menurutnya sedikit unik dan juga aneh. Karena berbeda dengan hewan-hewan yang berjenis sama.
Dengan sedikit perlahan, Bu Surmi berniyat mendekati hewan tersebut, bahkan ia lupa dengan pekerjaannya. Perhatianya terfokus pada binatang itu. Mendadak perasaan Bu Surmi merasa gemas juga melihat hewan yang sedang berjemur di atas batu cadas tersebut.
Setelah jaraknya dengan hewan itu hanya sekitar 2 meteran, Bu Surmi sedikit tertegun. Kedua bola matanya tidak terlepas dari hewan yang sedang berjemur tersebut.
"Hmmmm.... Aneh juga yah. Ada kadal ekornya bercabang dua, ekornya pun melekuk seperti lekukan keris." Gumam Bu Surmi, tatapannya semakin tajam dan tidak lepas dari hewan tersebut.
"Kalau aku ambil dan diperlihatkan ke Mas Amet, kira-kira bahaya nggak yah..?"Bu Surmi berkata dalam hatinya.
Tidak berselang lama, keberadaan Bu Surmi dengan hewan itu hanya setengah meteran. Sepertinya naluri hewan melata itu pun merasakan, bahwa ada sesuatu yang sedang mendekatinya. Kadal itu bukan malah menghindar dari Bu Surmi, melainkan langsung mendongakkan kepalanya, sambil menjulur julurkan lidah panjangnya. Entah apa maksudnya.
Namun...
Sepertinya, Bu Surmi salah mengira. Dan dengan tiba-tiba...
"Plak...Plak... Bugh.. Bugh.."
Melihat kepala Sang Kadal yang seolah mau menggigit kaki Bu Surmi, membuat Bu Surmi kaget dan tanpa berfikir, Bu Surmi langsung melayangkan pukulannya pada hewan tersebut dengan bilah bambu yang sedari tadi dipegannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
tolong bantu dari pihak Mangotoon nya....
kayak nama tetangga ku hHaha
lanjut yuk... ber Horor ria.... hehehe