Divya G. Ratore gadis cerdas lulusan luar negri. Ia mempunyai karir yang cemerlang. Tidak dengan cintanya.
Ia selalu saja mengalah ,memberikan cintanya kepada orang lain. Sebenarnya ia sangat capek menjalani nya. Setelah selesai masalah yang satu, munculah yang lainnya. Divya lelah, sampai sampai ia berniat tidak ingin berkomitmen lagi.
Namun, siapa sangka Divya tiba - tiba di jodohkan dengan orang ia kenal. Namun, naas awal pernikahan nya sudah dimasuki oleh orang ketiga . Dan si*lnya orang ketiga itu tengah hamil janin milik suaminya. Kejadian itu ,ia bertemu dengan pria asing tapi, seperti orang yang kenal lama.
Akankan Divya bertahan dan menerima bayi dari wanita lain suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Anggraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengkhianat
Seorang gadis tengah berpikir didalam mobil mewahnya. Tidak henti - hentinya senyuman itu mengembang di wajahnya. Tangannya memegang handphone keluaran terbaru.
"Akhirnya pulang juga...." pekerjaan nya sudah selesai.
" Aku akan beri kejutan untuk mas Yovan ah. Tapi, lebih baik aku tidak mengabarinya lebih dulu,"ucapnya. Ia meletakkan hp di depan setir.
Mobil melaju perlahan, menelusuri jalanan yang ramai.
Cittt..
" Astaga! bikin kaget saja. Untung saja tidak tertabrak,"Ucap syukur mengusap dadanya seraya melihat pria yang berlari ditengah jalan itu.
Pria itu tidak menoleh dan meminta maaf kepada Divya .
"Dasar tidak sopan! "Teriaknya membuka kaca mobil. Pria itu menoleh ke sumber teriakan, "Aneh,"gumamnya lalu kembali berlari. Wajahnya terlihat tampan hidung mancung seperti orang luar negri.
" Tapi, wajahnya ganteng juga ya, kalau dari samping," ucapnya terkekeh.
Senyumnya mengembang . " Tapi, lebih tampan Yovan si, hihihi.." lanjutnya ter kekeh.
Dia membayangkan wajah kekasihnya yang tampan, hidung mancung, alis sejajar,dagu lancip.
" Baiklah, aku harus segera sampai ke apartemennya. Uhh, tidak sabar melihat reaksinya! Mas Yovan,I am coming!" serunya setengah berteriak. Laju mobil pun dia percepat. Divya sangat senang ia akan kembali menemui kekasihnya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya ia sampai ke tujuan.
Hijabnya ia betulkan. Wajah nya yang manis dengan hidung peseknya itu, ia taburi oleh bedak .
Terakhir, ia tambahkan lipstik dan maskara.
"Perfect !" ucapnya setelah melihat jerawat di wajahnya hilang tertutupi oleh bedak. Walaupun, begitu wajahnya tetap cantik.
Ia keluar dari dalam mobil. Lalu membuka bagasi. Terlihat ia mengambil banyak paper bag.
Tangannya penuh dengan oleh - oleh. Ia baru saja pulang dari dinasnya keluar kota.
" Pasti Yovan gembira nih, aku bawakan makanan kesukaannya." Ia melihat apa yang dibawanya ditangannya. Ia membawa Mochi, dan lainnya.
. " Eh, ini paper bag untuk Vina ya. Aduh, saking gembiranya sampai dibawa semua. Tapi, tidak apa - apalah . Lagian apartemen Vina dekat dengan apartemen Yovan."
Kaki nya melangkah menelusuri lolong apartemen megah itu. Nomor kamar 59
" Ini dia, gift.. akhirnya sampai juga." Ia buru buru membuka pintunya. Ia mengetahui nomor pin kamar kekasihnya jadi, ia tidak kesusahan.
"Loh, kok gelap ya?! Apa Yovan sedang keluar ya?" Pikirannya bertanya - tanya dimanakah kekasihnya berada.
" Tapi, ngak mungkin kerja. Inikah haru Minggu, kantor libur. Pasti dia lagi tidur , seperti biasanya tuh,"ucapnya.
Ia meletakkan semua bawaan nya di meja ruang tamu. Ia meraba - raba dinding Akhirnya ketemu saklar nya,"ucapnya lega..Lampu pun menyala. Kemudian, ia berjalan menuju kamar yang biasa kekasihnya tempati.
Click..
Terdengar suara Yovan dan seorang perempuan dari dalam.
" Mas, sudah dong! Aku mau mau tidur nih, capek.. Sug*i!
" Se-ben-tar sa-yanggg... aku belum selesai nih.tanggung baru 50 kali.."Akhirnya Yovan menyelesaikan pekerjaan dengan Vina. Yovan pun memeluk Vina erat - erat. Kemudian, Yovan memacu kembali pekerjaannya.
Deg
Jantungnya serasa ditimpa batu yang sangat besar.
Krieettt...pintu pun dibuka olehnya.
Tidak menyangka, baru saja ia pulang. Sudah ada pemandangan yang membuat ia sport jantung.
Kekasihnya dan sahabatnya berpelukan. Mereka menaiki sepeda olahraga.
Lengan Yovan melingkar di perut Vina. Tubuh mereka saling bersentuhan.
Ia buru - buru mengambil hp menyalakan kamera. Pipinya sudah basah oleh air mata.
Tidak disangka, kekasihnya dengan berani membawa wanita lain kedalam kamar.
Padahal, dia sendiri saja yang merupakan kekasihnya tidak pernah berani masuk berdua kedalam kamar. Kecuali, kalau Yovan sedang sakit butuh orang yang dapat membantu nya makan dan membantunya ke kamar mandi. Selebihnya, Ia tidak pernah.
Setelah cukup, ia menyimpan hp nya kedalam sakunya. Ia menghapus air mata di pipinya kasar.
" Mas Yovan! Sedang apa kamu!" teriak Divya.
Kedua sejoli itu menoleh kearah suara itu. Keduanya dalam posisi seperti menaiki kuda besi asli. Hanya saja mengayun seperti sepedanya panjang cukup untuk kaki dua orang.
( Ini khayalanku ya, kalau pun ada pasti sepeda olahraga ditempat. Ada tidak ya? Yang tahu komen dong!)
"Di-Divya! Sayang, kamu sudah pulang,"Kaget Yovan. Tanpa sadar ia melepaskan nya dengan kasar.
" Ahhh Yovan sakitttt..! Nggak bisa pelan apa, Kudaku rusak tahu!" pekik Vina. Sepeda olahraga desain baru. Buatan Madam D.A Store.
Yovan tidak mengindahkan ucapan Vina. Ia lebih memilih meyakinkan Divya. Ia tidak melakukan apapun dengan Vina..
" Sayang aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti yang kamu lihat! A-aku dan Vina sedang membereskan kamar, ayang! Su err ini salah paham saja!"Yovan tergagap, membual cerita yang padahal bisa dilihat langsung kejadiannya oleh Divya. Padahal, aslinya ia dan Vina sedang mencoba sepeda olahraga. Dasar pembohong?"
" Kalian kenapa tega sama aku ,hiks hiks hiks.." Divya tidak mendengarkan perkataan Yovan. Ia memilih menangis sejadi-jadinya. Hatinya sangat sakit. Bagaimana tidak sakit. Kekasih dan sahabatnya yang ia percaya mengkhianati nya.
"Pengkhianat!! " "Ternyata kamu masih berhubungan Vina mas. Kalau dekat untuk bekerja aku masih maklumi. Tapi, ini.. kamu sampai bawa Vina kedalam kamar pribadi kamu. bahkan aku saja tidak pernah berani satu kamar dengan kamu pacar ku mas. Kecuali, ketika kamu sakit. Bahkan selama ini, kamu lebih menghawatirkan Vina sewaktu kecelakaan mobil dulu. Tapi, aku aku menyakinkan diriku bahwa kamu mengkhawatirkan rekan kerja kamu sendiri, daripada aku pacar mu. Beruntung aku di tolong oleh pak Dhaki, kalau tidak pasti sudah hangus terbakar." Mereka pernah mengalami kecelakaan mobil.
Waktu itu, merupakan hari dinas untuk mereka berempat, Vina yang menyetir. Namun naas, di jalanan yang curam hujan badai menerpa. Sehingga, kecelakaan itu tidak dapat dihindarkan. Mobil tidak terkendali karena jalanan yang licin.
Vina tergencet, dan dirinya yang berada di samping Vina lebih terluka parah. Beruntung Yovan dan Dhaki tidak terluka parah.
" Tapi waktu itu Vina tergencet mobil sayang,"
Saat itu Yovan lebih memilih menolong Vina terlebih dahulu dengan alasan Vina terluka lebih parah bahkan tergencet mobil.
" Alasan! apakah kamu tidak melihat aku juga dalam keadaan lebih parah dari Vina. Dikening ku tertancap kaca mobil?" ucapnya mengingat kembali ke kejadian lalu.
" Tapi, tidak sampai menembus tengkorak kepala kamu saya..!"ucapan Yovan terpotong oleh nya.
" Sudahlah! Kamu memang tidak khawatir kepadaku. Harusnya aku sadar dari kejadian itu,huft," ia membuang napas panjang. Ia memang bodoh, karena cinta iya kan percaya begitu saja kepada orang yang di cintai nya, walaupun salah dan merugikan kepada dirinya.
" Dan kamu Vina,"tunjuk nya kepada Vina sahabatnya. "Aku pikir kita sahabat seutuhnya. Namun, kamu lebih menginginkan pacarku ya ternyata...heh. Selamat kamu mendapatkan pacarku Vina! " Ia tersenyum getir, ternyata firasatnya yang ia tolak sejak awal Vina selalu mendekatinya dan berpikir bahwa Vina tulus berteman dengannya. Ternyata, firasat itu benar adanya.
"Mulai sekarang, aku tidak ingin kenal kalian lagi! hiks...hiks..hiks..!" Divya berlari keluar apartemen Yovan setelah berteriak mengungkapkan ke sakit an nya selama ini.
" Kamu salah paham sayang! Kita lagi berolahraga pakai sepeda - sepedaan ciptaan ku, bukan melakukan hal lain!" Yovan mencekal tangan Divya. Membuatnya berhenti berlari.
" Pembohong! Tadi kamu bilang sedang membereskan kamar. Sekarang , kamu bilang berolahraga menaiki sepeda ciptaan mu? Walaupun benar olahraga, kenapa sampai berdua - dua an di dalam kamar? Kan bisa di luar atau mengajak teman lainnya," Divya tidak mau dibohongi lagi.
"Dengar ya, ambil aja sana bekas ku! Aku akan mengalah demi kewarasan ku! Ambil!"Setelah mengatakan itu, Divya melangkah pergi menuju ruang tamu.
Tidak lupa Divya membawa semua oleh - oleh yang ia bawa untuk Yovan dan sahabatnya.
Dengan sekencang-kencangnya Divya berlari menuju mobilnya.
Brakkk..
Semua yang ia bawa berceceran dilantai.
"Dasar pengkhianat!! aku benci kalian,"teriaknya.
Divya menangis ter gugu.
Ia mendengan suara orang asing .
Suara langkah kaki terdengar mendekati Divya. " Ehem.."
Dengan wajah sembab ia mendongakkan kepalanya. Divya melihat wajah pria yang sudah menabraknya .
" Kamu! " Divya menunjuk kearah pria itu. Divya mengusap air mata nya.
" Ternyata bukan hanya gemar berlarian ditengah jalan, anda juga gemar berlarian di manapun ya..hahahahahh.." Tawa nya pecah mengingat tadi pria itu juga berlarian ditengah jalan.
" Apa kamu bilang?" Mata pria itu menatap Divya ngalangin. Seakan - akan bertemu musuhnya.
" Cengeng!" ejeknya membalas. Divya berdiri ,ia hendak mengucapkan sesuatu , terdengar suara ponsel pria di depannya.
Ponsel pria itu berdering Lekas pria itu mengangkatnya. Wajah yang tadinya garang menjadi sendu.
" Maaf saya buru -buru permisi!" Pria itu berjalan menjauhi Divya.
"Ternyata Pria itu bisa pamit juga ya," batin Divya
Pria itu melangkah pergi ,baru 3 langkah pria itu berhenti. Ia berbalik dan bicara.
" Kalau mau minta ganti rugi, datang ke kamar nomor 57!" setelah mengucapkan itu , pria itu pergi.
Divya mengerutkan alisnya bingung. "Ck pria aneh, masa baru kenal saja disuruh ke kamarnya, huh." Ia menghela napas. Kemudian, berteriak "Dasar pria mesum!"
Tidak terdengar oleh pria itu.
Divya buru -buru mengambil oleh - oleh yang berserakan itu. " Duh, mubazir deh, " keluhnya melihat beberapa kue yang sudah berceceran dilantai. Ia membiarkan kue yang sudah berceceran dilantai. Ia mengemas kembali kue yang masih berada didalam kresek.
Ia melihat ke sekeliling. Untung ada Ob di sana.
" Pak!" panggilnya ke seorang ob yang sedang membersihkan lantai luar apartemen itu.
" Tolong bersihkan ya pak, ouh ini untuk bapak aja. Isinya aman kok masih didalam tempatnya. Memang si isinya tidak full lagi. Soalnya tadi ada pria aneh yang menabrak saya pak. Jadi jatuh deh kue- kuenya.," Divya kemudian menyerahkan semua oleh - olehnya kepada si bapak Ob itu.
Kue yang Divya bawa bukan kue kalengan yang dikemas rapat. Namun, ia membawa jajanan khas Jawa, ada bapia, sagun, dan juga mochi.
" Terimakasih neng," ucap nya.
Divya mengangguk an kepala dan berlalu dari sana.
Sepertinya ia melupakan kejadian tadi.
" Ck pria aneh oleh - oleh ku jadi mubazir deh sebagian. Awas aja ya kalau ketemu lagi aku minta ganti rugi. Udah jauh - jauh bawa nya juga. Biarkanlah! mendingan kembali ke rumah saja,"ucapnya seraya mengemudikan mobil nya.
" Tunggu, tadi dia ngomong apa ya pas teriak itu?" Divya teringat pria sombong itu meneruskan sesuatu kepadanya, tapi dia melupakannya ya.
" Sudahlah!"
Di sebuah rumah megah, mobil Divya berhenti. Hujan pun turun bersamaan dengan mobilnya mendarat.
" Sepertinya tidurku akan sangat nyenyak deh! Hoan," Divya menguap.
" Sore bi," sapa nya kepada pelayan mbok Ijah.
" Sore juga Non," jawab kompak pelayan- pelayannya berjumlah 3 orang itu.
Divya berlalu meninggalkan semua pelayan itu menuju kamarnya.
"Akhirnya bisa santai juga!" Divya membaringkan tubuhnya di kasih empuknya.
Matanya mulai terpejam. Namun ,tiba - tiba ada yang mengganggunya.
Brakkk..
" Sial*n! siapa yang mengganggu istirahat ku?!" Bentaknya.
dasar tokoh utamanya bodoh
udah tau dari awal cuman nurutin kemauan orang tua.kasih tau dong orang tuanya mana ada orang tua mau anaknya sengsara