Mengandung Benih Pria Tua

Eileen menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin, ini tidak benar." Dia berusaha sebisa mungkin wajahnya tak terlihat khawatir. Dia kembali duduk sarapan dan hanya diam saja.

"Kau tidak makan? Apa kau mau aku antarkan ke rumah sakit?" tanya Kenzo. Mana mungkin dia membiarkan seorang wanita yang sedang sakit.

"Tidak, aku hanya masuk angin saja. Nanti aku akan membeli obat pereda masuk angin di apotek. Lanjutkan sarapan mu. Aku akan menunggu mu sampai kau selesai."

Kenzo tersenyum tipis, dia merasa senang di tunggu oleh Eileen. Ternyata keluarga seperti ini yang ia rindukan.

Di kehidupan ku sebelumnya, aku tidak pernah makan satu meja dengan Kenzo. Entah aku dulu menyadarinya atau tidak batin Eileen.

"Aku sudah selesai, ayo aku antarkan dulu ke apotek." Ajak Kenzo.

"Tidak perlu Ken, aku bisa sendiri ke sana." Eileen mengambil piring yang kotor dan kemudian mencucinya.

Tanpa mereka sadari, sepasang insan melangkah ke arah mereka. Kenan menajamkan kedua matanya. Dia melihat Kenzo dan Eileen sedang mencuci piring.

"Eileen!" teriak Kenan.

Eileen menoleh, dia melihat Kenan dan Ketty. Kemudian dia menoleh ke arah Kenzo. "Hah?" Eileen tidak ingin ketahuan bahwa ia sudah tau. "Kalian? Kenapa ada dua?" tanya Eileen.

"Kenzo apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kenan.

Ketty menghampiri Eileen. "Eileen kau tidak apa-apa? Apa Kenzo menyakiti mu."

"Wah, kalian sudah datang. Sepertinya aku tidak perlu bersandiwara lagi." Kenzo berdiri. Dia menatap Eileen. Sangat di sayangkan dia ketahuan lebih cepat. "Eileen, aku Kenzo saudara kembar Kenan."

"Bisakah kalian menjelaskannya pada ku?"

Ketty mengangguk, "Kita akan menjelaskannya pada mu." Dia membawa Eileen ke sofa.

Kenan dan Kenzo duduk di sofa yang sama, tapi memberikan jarak bagi keduanya.

"Kenzo dulu orang yang pernah meninggalkan ku di acara pernikahan." tutur Ketty.

"Aku tidak pernah meninggalkan mu. Aku di culik," ucap Kenzo.

"Lalu Kenan datang menolong ku. Eileen, seperti yang kamu tau bahwa Kenzo saudara kembar Kenan. Maafkan kami yang tidak menjelaskannya pada mu. Eileen, kedatangan kami ke sini ingin membawa mu pulang. Kita tinggal bersama-sama."

Eileen terdiam, ia tidak bisa menyetujuinya dan tidak bisa menolaknya. Ia tidak tau, nyawanya berada di tangan siapa. Tiga orang yang berada di ruangan ini sangat sulit ia mempercayainya.

"Eileen, tinggalah bersama kami. Aku tidak bisa membiarkan mu tinggal sendirian. Bisa jadi Kenzo berbuat sesuatu pada mu." Bujuk Kenan dengan lembut.

Kenzo tidak terima, selama ini ia tidak pernah menyentuh Eileen. "Aku tidak pernah melakukan seperti tuduhan mu."

"Tapi ancaman mu pada ku masih berlaku kan?"

Kenzo terdiam, dia memang mengancamnya, tapi setelah melewati beberapa waktu bersama dengan Eileen, ia merasa nyaman.

"Aku akan memikirkannya."

"Eileen, Kenzo mengancam Kenan. Jika dia tidak menceraikan ku. Dia akan melakukan sesutu pada mu. Makanya dia mendekati mu. Dan jika menceraikan ku, dia tidak akan berbuat macam-macam. Aku dan Kenan hanya takut Kenzo berbuat macam-macam pada mu." Dia ingin Eileen berada di pengawasannya.

Kenzo memalingkan wajahnya. Dia tidak sanggup melihat wajah Eileen. Sudah pasti wanita itu membencinya. Awalnya ia memang melakukannya mendekati Eileen hanya untuk mengancam Kenan. Akan tetapi, setelah itu, dia tidak ingin melakukannya.

"Hah!" Eileen berdiri. "Apa kalian menganggap ku barang? Ketty, aku memang sahabat mu, aku berhutang budi pada mu tapi bukan berarti kau seenaknya saja mengatur kehidupan ku. Kenan, kau pikir aku apa? Kau juga seenaknya saja memutuskan sesuatu, dan kau Kenzo, kau jelas tau aku di sini korban. Apa kalian sengaja ingin membunuh ku? Apa kalian sengaja ingin ... " Eileen berlalu pergi menuju ke lantai atas. Dia mengunci pintu kamarnya. Ia sangat lelah memikirkan semuanya.

Kenzo berdiri, Eileen pasti membencinya. Ia malu untuk menemuinya. Sedangkan Ketty dan Kenan sama-sama terdiam.

"Ketty, kau pulanglah dulu. Biar aku yang membujuk Eileen."

Ketty menatap Kenan, jika ia lama-lama berada di rumah ini. Justru akan membuat hatinya sakit. Lebih baik ia menghindar untuk sementara waktu.

Tok

Tok

"Ei, ini aku Kenan. Buka pintunya, aku ingin berbicara berdua dengan mu." Kenan kembali mengetuk pintu Eileen. "Ei, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti mu. Aku sungguh mencintai mu Ei."

Eileen membuka pintunya. Kenan tersenyum, ia langsung memeluk Eileen. Dia mengecup kening Eileen.

"Aku sungguh mencintai mu, aku tidak ingin membunuh mu, aku tidak ingin menyakiti mu."

"Kenan, sekalipun kau mencintai ku. Kau tidak bisa memiliki keduanya. Aku tidak ingin menyakiti Ketty." Ucap Eileen.

Kenan menutup pintu kamar Eileen. Dia membantu Eileen duduk dan kemudian dia berjongkok sambil menggenggam tangan Eileen. "Maafkan aku jika cinta ku membuat mu sakit. Aku ingin kamu memberi ku kesempatan. Ei, aku ingin melepaskan Ketty, tapi ternyata dia tidak mau. Sedangkan aku tidak ingin kehilangan mu."

"Dari awal semua ini sudah salah. Aku tidak mencintai mu Kenan, aku sama sekali tidak mencintai mu. Setelah aku mengandung dan anak ini lahir, aku akan menyerahkannya pada mu. Aku tidak mau terlibat ke dalam hubungan kalian."

Kenan menunduk, sesaknya sangat terasa, sakitnya bertubi-tubi. Rasanya ia seakan tak mampu menghirup udara. "Tidak masalah." Tapi ia tidak ingin Eileen pergi. Dia ingin menahannya, merengkuhnya dan membahagiakannya. "Eileen, tidak masalah kau tidak mencintai ku. Asalkan kau tidak pergi meninggalkan ku." Masih terlalu awal, ia akan membuat Eileen mencintainya dan membuatnya tidak sanggup kehilangannya.

"Baiklah, lupakan semua ucapan ku. Aku ingin kamu tinggal bersama kami."

"Tidak mau." Tegas Eileen. "Aku tidak mau, aku nyaman berada di sini." Dia bersikeras untuk tidak tinggal bersama mereka.

"Bagaimana kalau aku buatkan Villa di samping mansion? Aku sungguh khawatir Kenzo akan melukai mu Ei."

"Dia tidak akan melakukannya dan aku bisa menjaga diri. Kau bisa menyuruh pengawal untuk menjaga ku."

Kenan mengusap pipi Eileen. Sepertinya ia tidak bisa memaksanya. "Baiklah." Ia menyerah, namun ia tetap harus waspada. "Akan ada 24 jam orang yang menjaga mu."

"Oh iya, apa Kenzo sering ke sini dengan memakai nama ku?"

"Hanya beberapa kali." Sepertinya hari ini ia tidak bisa masuk kerja. "Aku mau keluar, aku ingin membeli pereda masuk angin."

"Biar aku yang membelinya, kau tunggu di sini."

"Tidak!" Eileen berdiri. Dia tidak membeli obat pereda masuk angin, tapi ia membeli test kehamilan. "Aku akan membelinya sendiri."

"Aku akan mengantar mu."

"Baiklah." Tidak artinya menolak, ia sungguh penasaran dengan hasilnya.

...

Eileen membuka pintu mobil Kenan. "Kau tunggu di sini, jangan mengikuti ku."

Kenan mengangguk menurut, ia merasa aneh dengan sikap Eileen.

Eileen membeli obat pereda masuk angin untuk mengecoh Kenan, kemudian dia membeli lima test pack. "Semoga saja hanya dugaan ku."

"Sudah selesai?" tanya Kenan. Dia kemudian melajukan mobilnya. Sering kali dia menoleh melihat wajah Eileen yang terlihat memikirkan sesuatu. "Ei, apa ada yang mengganggu pikiran mu?"

"Tidak ada."

Hanya beberapa menit, Eileen dan Kenan sampai di rumah Eileen.

Eileen pun langsung menuju ke kamar mandi. Sejenak dia diam, sambil menatap alat berwarna putih dan pink itu. Dia memejamkan kedua matanya. "Negatif, negatif." Dia membuka kedua matanya dan hasilnya positif. "Kenapa? Ini salah." Dia mencoba beberapa test lainnya dan hasilnya tetap positif.