Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.
Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.
Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka
Siang itu, Arez, Cybele, Hanzen, dan Erlana akhirnya tiba di Kota Panggea. Aura kesedihan menyelimuti kota yang biasanya ramai. Bahkan sebelum mereka sampai di gerbang depan, suasana duka sudah terasa begitu kental. Para penduduk kota menundukkan kepala, mengenakan pakaian hitam, seolah-olah seluruh kota sedang menangisi kehilangan besar ini.
Saat mereka berjalan pelan menuju istana raja, keheningan semakin mendalam. Tidak ada aktivitas seperti biasanya di alun-alun kota, hanya sunyi yang menyambut mereka. Akhirnya, mereka sampai di istana, dan di sana, Musashi sudah menunggu di depan gerbang. Saat melihat mereka tiba dengan selamat, Musashi menghampiri mereka dengan langkah cepat, raut wajahnya penuh kelegaan dan juga kesedihan.
"Arez, Cybele, kalian sudah kembali." ucap Musashi "Arez, Aku bersyukur atas keberhasilan kalian membawa Cybele kembali. Terima kasih, kalian semua," Musashi berkata dengan penuh ketulusan, melirik ke arah Hanzen dan Erlana yang berdiri di belakang.
"Terima kasih atas usaha kalian," lanjut Musashi, "kalian semua telah melakukan yang terbaik.Kalian lebih baik istirahat setelah misi yang panjang dan Laporan soal misi kalian kita bisa bicarakan setelah kalian istirahat" ucap Musashi
Namun, setelah Musashi bisa menyarankan mereka untuk beristirahat, Cybele dengan tegas menolak. "Musashi Raja telah Tewas kan? Aku ingin melihat jasad raja untuk terakhir kalinya," katanya, suaranya terdengar pelan, tapi sarat dengan rasa duka.
Arez dan yang lainnya melihat cybele dengan rasa Khawatir.
"Cybele" Musashi terdiam sesaat sebelum mengangguk. "Baik, aku akan mengantarkan kalian."
Mereka kemudian berjalan menuju ruang pemakaman istana. Di sana, banyak prajurit dan kerabat dekat raja yang berkumpul, menghiasi peti mati Raja Athelstan dengan bunga-bunga putih. Beberapa tokoh penting kerajaan Trevia juga hadir, termasuk Hakim Agung Graz dan beberapa komandan dari wilayah lain. Mereka semua tampak terpukul oleh kematian mendadak ini.
Graz melihat kedatangan Cybele dan mendekatinya dengan wajah penuh syukur "Cybele kau kembali dengan selamat syukurlah!".
"Tuan sekarang bukan waktunya mengkhawatirkan diriku" Cybele mengabaikan Graz dan berjalan mendekati peti
Graz dengan wajah penuh penyesalan "Maafkan kami, Cybele. Kami gagal menjaga raja saat kau diculik. Kami tidak bisa melindungi beliau dengan baik."
Cybele tidak berkata apa-apa. Hanya diam, menatap peti mati Raja Athelstan dengan pandangan kosong. Wajahnya tegar, tapi matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam.
Arez, yang berdiri di samping Cybele, merasakan kesedihan yang sama. Tanpa kata, dia mendekati Cybele dan dengan lembut menepuk pundaknya, memberi isyarat dukungan dan ketegaran. "Kau harus kuat, Cybele," katanya pelan.
Cybele menoleh perlahan, matanya basah namun ia menahan air mata. "Aku akan kuat," katanya sambil menarik napas dalam-dalam, suaranya bergetar. "Untuk raja... dan untuk Trevia."
Di antara suasana duka yang menyelimuti, Arez tahu bahwa kekacauan yang sedang terjadi di Panggea hanya awal dari badai yang lebih besar. Tapi untuk saat ini, yang bisa mereka lakukan hanyalah memberikan penghormatan terakhir kepada raja yang telah tiada.
Setelah acara penghormatan terakhir selesai, peti mati Raja Athelstan diarak perlahan menuju tempat peristirahatan terakhirnya di bawah langit kelabu. Para prajurit dan pelayan kerajaan, bersama dengan kerabat serta tokoh-tokoh penting, mengiringi prosesi pemakaman dengan langkah yang tenang namun berat. Hujan mulai turun lembut, seakan langit ikut menangisi kepergian raja.
Doa-doa dipanjatkan, mengalir dari hati yang berduka. Lantunan syair kematian terdengar menyayat, menggema di tengah suasana sunyi yang melingkupi prosesi itu. Setiap baitnya penuh dengan kenangan akan Raja Athelstan, pemimpin yang bijaksana dan pemberani. Hujan yang semakin deras membasahi setiap wajah, namun tak ada seorang pun yang peduli. Kesedihan yang mendalam menggantikan semua perasaan lainnya.
Di tengah semua itu, Cybele berdiri di sisi peti raja, tangannya gemetar, air matanya tumpah tanpa bisa ia tahan. Rasa bersalah menyelimuti hatinya—ia merasa bahwa jika bukan karena penculikannya, mungkin Raja Athelstan masih hidup. Tangisannya semakin keras saat ia berlutut di dekat peti, suaranya tenggelam dalam suara hujan yang jatuh.
Erlana, yang berdiri di samping Cybele, dengan cepat merunduk dan memeluknya erat. "Tidak apa-apa, Cybele... tidak ada yang bisa menyalahkanmu," bisik Erlana lembut, berusaha menenangkan sahabatnya yang dirundung kesedihan mendalam. "Kau sudah melakukan yang terbaik... Raja tidak ingin melihatmu bersedih seperti ini."
Cybele memeluk balik Erlana, tapi tangisannya masih belum berhenti. "Aku merasa gagal... Seandainya aku lebih kuat, mungkin semua ini tidak akan terjadi," katanya sambil terisak.
Arez, yang melihat dari kejauhan, merasa simpati mendalam terhadap Cybele. Namun ia tahu, ini bukan saat untuk berkata-kata. Dengan kepalanya menunduk, Arez ikut dalam doa yang dipanjatkan, mendoakan agar Raja Athelstan mendapatkan kedamaian di tempat peristirahatan terakhirnya.
Prosesi pemakaman terus berlangsung dalam keheningan, hingga akhirnya peti raja perlahan diturunkan ke dalam liang lahat. Bunga-bunga putih dilemparkan oleh mereka yang hadir, simbol harapan agar Raja Athelstan beristirahat dalam damai. Dan di bawah rintik hujan yang masih turun lembut, keheningan menyelimuti suasana, meninggalkan rasa kehilangan yang mendalam di hati setiap orang yang hadir.
......................
Keesokan Pagi, di aula rapat istana, suasana begitu tegang. Cahaya matahari yang menerobos dari jendela besar tak mampu menghangatkan atmosfer yang penuh dengan rasa duka dan kebingungan. Di sepanjang meja besar, para petinggi kerajaan, komandan, dan penasihat duduk dengan wajah serius. Di salah satu ujung meja, kursi kosong yang biasa ditempati Raja Athelstan menjadi simbol nyata dari kekosongan kepemimpinan di Trevia.
Arez, Cybele, Erlana, dan Hanzen baru saja tiba di aula, dipanggil untuk melaporkan hasil misi mereka. Saat mereka masuk, mata seluruh hadirin langsung tertuju pada mereka. Musashi, yang berdiri di dekat pintu, mengangguk pada mereka sebagai tanda penyambutan, sementara Graz, yanh merupakan hakim agung dia adik dari mendiang Raja Athelstan, duduk dengan pandangan tajam di kursi paling depan.
"Akhirnya kalian tiba," Graz memulai. Suaranya terdengar tenang, namun ada nada tegas di balik setiap katanya. "Kami semua menunggu laporan kalian mengenai misi ini. Selain itu, ada masalah besar yang harus kita diskusikan—kematian Raja Athelstan."
Cybele, yang biasanya tegar, tampak sedikit goyah. Namun, ia menahan emosinya dan maju ke depan. "Kami berhasil memukul mundur musuh di Laconia namun orang misterius yang tiba tiba muncul membantai prajurit kami disana kemudian dia menggunakan sesuatu untuk melemahkan ku untuk menculik diriku , dan Arez menyelamatkanku dari penculikan. Mereka menyebut diri mereka Kelompok Archié selama ini mereka sudah ada Saat peristiwa bang dimulai mereka bergerak dalam bayangan." Cybele menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya.
"Archié?? aku baru mendengarnya" ucap Musahsi
"apa tujuan mereka menculik mu cybele? Dan bagaimana bisa kekuatan Elemen dilemahkan begitu saja!!?? " Ucap Graz yang heran.
Arez kemudian melangkah maju, mencoba menenangkan suasana dengan suara rendah namun mantap. "Kami memang menemukan sesuatu yang mencurigakan saat di Laconia. Medali yang ditinggalkan di kastil... milik kelompok yang menamakan diri mereka Archié."
"Medali?" Graz mengerutkan alisnya, tangannya menyentuh dagunya seakan mencoba mengingat sesuatu. "apa mungkin medali itu yang membuat lemah kekuatan?"
"Ya, kemungkinan besar dan medali ini memiliki kekuatan magis didalamnya" lanjut Arez sambil menunjukan medali itu.
Saat arez menunjukan medali itu betapa terkejutnya mereka melihatnya.
"Itu medali yang ditinggalkan di dekat Raja saat kematiannya!!" Ucap Musashi.
Cybele dan arez pun saling menatap terkejut.
Graz berdiri dari kursinya, berjalan mondar-mandir dengan ekspresi gelisah. " Tak kusangka kebetulan ini. Jika benar Archié yang terlibat, maka ini bukan hanya masalah internal. Mereka mungkin sudah memiliki rencana besar untuk menjatuhkan Trevia. Kematian kakakku bisa jadi hanya langkah pertama."
"Kelompok Mereka memiliki Elemen Ganda seperti ku,tujuan mereka menculik Cybele adalah merebut kekuatan cybele dan kelompok mereka berusaha untuk memonopoli kekuatan Zefia itu yang mereka katakan"
Semua orang diaula kaget "Kekuatan ganda? Ini sangat menegerikan " kebisingan diaula sedikit terjadi.
Cybele menunduk, mengingat apa yang terjadi saat ia diculik. "Mereka mengatakan sesuatu tentang memulai kembali. Nero,mengaku ingin mengembalikan kejayaan kelompok mereka aku tak tau betul apa yang mereka maksud."
"Para Kelompok Archié kita harus bertindak cepat," ujar Hanzen dengan tegas. "Mereka bukan lawan sembarangan mungkin bukan Trevia saja yang mereka incar namun negara lain kita juga tidak tau detail markas bahkan berapa anggota mereka"
"Apa kekuatan Raja kita?" Tanya Arez dengan serius. "Jika medali itu ada disebelahnya apa ada kemungkinan kekuatan raja dirampas? "
Suasana di aula menjadi Hening. Para komandan saling bertukar pandang, menyadari betapa seriusnya situasi ini.
"Raja disebut keagungan dia adalah pemilik kekuatan Ganda juga yaitu Cahaya dan Api, membuatnya menjadi raja terhebat di sejarah Trevia. apa bila elemen raja dirampas saat kematiannya tidak kusangka kekuatan gandanya menimbulkan bahaya." Ucap Graz
Graz kemudian menatap seluruh ruangan. "Untuk saat ini, kita tidak tahu siapa pelaku pembunuh sebenarnya, tetapi kita harus bertindak dengan keyakinan bahwa anggota Archié yang membunuh mereka. Mereka harus dihentikan sebelum mereka memulai rencana mereka. Sementara itu, aku akan mengambil alih tugas-tugas kerajaan sampai kita dapat menentukan pemimpin baru."
Musashi mengangguk, "Kita harus bekerja bersama dan memastikan keamanan Trevia. Semua pasukan siaga penuh."
Arez, Cybele, Erlana, dan Hanzen menyadari bahwa mereka kini berada di tengah konspirasi yang lebih besar dari yang mereka bayangkan. Sementara kematian raja Athelstan masih belum terungkap sepenuhnya, mereka tahu bahwa Archié adalah ancaman yang harus segera dihadapi.
"Baiklah," Arez menatap Graz dan Musashi. "Kami siap membantu dalam penyelidikan dan menghentikan Archié, bagaimanapun caranya."
Graz tersenyum tipis, meski kesedihan masih tampak di matanya. "Kalian telah melakukan banyak hal untuk kerajaan ini. Aku percaya pada kemampuan kalian. Semoga kita bisa menemukan jawaban sebelum terlambat." Rapat pun selesai dengan adanya titik terang.
Setelah pertemuan penting di istana selesai, tugas-tugas baru segera dibagikan. Cybele, dengan sorot mata yang tegas meskipun masih diliputi kesedihan, menerima penugasan untuk mempertahankan wilayah Trevia yang terancam oleh para monster. Graz memberikan tugas serupa kepada para komandan lain yang hadir, membagi kekuatan untuk memastikan keamanan di berbagai wilayah. Ancaman dari kelompok Archié dan munculnya monster yang semakin sering membuat Trevia dalam kondisi genting.
Cybele melangkah mendekati Arez, Hanzen, dan Erlana. "Aku harus kembali ke medan pertempuran," katanya dengan nada tegas namun ada kelembutan di matanya. "Ada banyak wilayah yang butuh bantuan, dan aku tidak bisa tinggal diam."
Arez mengangguk, merasa bangga dengan keteguhan hati Cybele meski dirinya tahu betapa berat beban yang harus ia pikul. "Hati-hati di sana, Cybele. Jangan terlalu memaksakan diri," ucapnya.
Cybele tersenyum tipis. "Kamu juga, Arez. Setelah ini, kita akan berjuang lagi bersama. Jaga dirimu."
Hanzen, yang akan berpisah dengan mereka setelah misinya selesai untuk kembali ketempat pelatihan Musashi, mendekat. "Arez, Erlana, terima kasih atas semuanya maaf jika aku sedikit berbuat salah. Perjalanan kita di Laconia mengajarkanku banyak hal." Ia menepuk pundak Arez dengan penuh rasa terima kasih. "Jika ada waktu, mari bertemu lagi di lain kesempatan."
Arez membalas tepukan Hanzen dengan senyum. "Terima kasih, Hanzen. Kamu telah membuktikan diri sebagai teman yang baik dan prajurit yang hebat. Sampai kita bertemu lagi."
Erlana yang sedari tadi diam, kini menambahkan, "Jangan terlalu lama Ya, Hanzen. Kami masih membutuhkan teman baik seperti dirimu."
Hanzen tertawa kecil dan mengangguk sebelum berbalik untuk pergi. Tak lama kemudia Musashi datang menyapa mereka berdua.
"Arez Erlana, Terimakasih telah membawa Cybele kembali" Ucap Musashi
"Guru terima kasih juga telah mengajarkan kami" Ucap Arez nada tegas.
"Hahaha ya itu sudah tugasku. Setelah ini kau akan pergi kan Arez?" Tanya Musashi
" Ya aku akan memulihkan tubuh ku dulu ini demi kebaikan dunia Zefia" ucap Arez dengan nada tegas.
"Pak Musashi terima kasih telah membolehkan ku berlatih juga ditempatmu aku takan melupakan kebaikan mu , kita pasti akan bertemu lagi, karena kota ini kampung halaman ku!! " ucap Erlana dengan wajah bersinar
"Ya terima kasih, aku bangga dengan kalian, aku juga berterima kasi sekali lagi karena kalian telah membantu hanzen mendapat pengalaman. " Ucap Musashi sambil pergi "Kita pasti akan bertemu terus loh sewaktu waktu jadi jangan khawatir dan datanglah ke pelatihan aku akan menyambut kalian." sambil melambai tangan.
Erlana dan Arez pun tersenyum gembira, Setelah mereka pergi, Arez dan Erlana melangkah menuju salah satu sayap istana, mencari tempat untuk beristirahat.
Setelah beberapa saat berjalan, mereka akhirnya sampai di Taman yang nyaman. Cahaya senja menerobos melalui jendela, memberikan suasana tenang setelah hari yang begitu berat. Arez merebahkan dirinya di rumput, sementara Erlana duduk di pohondi sebelahnya.
Erlana menarik napas panjang, melepaskan lelahnya. "Akhirnya kita bisa beristirahat," katanya dengan nada lega.
Arez mengangguk, menutup matanya sejenak. "Hari ini terasa begitu panjang. Banyak hal yang terjadi, dan masih banyak yang harus kita lakukan."
Erlana menatapnya sejenak. "Kamu tampak kelelahan, Arez. Kau harus menjaga dirimu. Jangan lupa, beban yang kamu pikul tidak perlu kamu tanggung sendirian."
Arez membuka matanya dan menatap Erlana dengan lembut. "Terima kasih, Erlana. Aku tahu kau selalu ada di sisiku, dan aku sangat menghargainya."
Erlana tersenyum tipis. "Kita sudah melalui banyak hal bersama, Arez. Aku percaya kita akan melewati semua ini, seperti yang selalu kita lakukan." lalu melihat ke langit "Kematian Raja Athelstan, kemunculan Archié, dan sekarang para monster... semuanya terasa begitu mendadak."
Arez menatap langit yang sama, pikirannya menerawang. "Benar. Aku juga merasa sesuatu yang besar akan segera terjadi. Tapi untuk saat ini, kita harus fokus untuk pulih. Trevia membutuhkan kita dalam kondisi terbaik.
Mereka berdua terdiam, menikmati momen tenang. Matahari perlahan tenggelam, menandakan bahwa malam segera tiba. Meski mereka tahu bahwa tantangan yang lebih besar menanti di depan, untuk saat ini, mereka hanya ingin menikmati ketenangan singkat ini sebelum kembali ke pertempuran berikutnya.
Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.
Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.
Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.
Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Skrng jadi emas /Facepalm/