Karena kesalahpahaman, Mavra dan Enrique berpisah cukup lama. Namun, dengan bantuan saudara kembarnya, Mavra berhasil mengatur skema untuk menjebak Enrique. Pada Akhirnya Enrique masuk dalam jebakan Mavra si putri mafia.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Simak kisah mereka di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Iri
"Marvel, bisakah kau menjaga adikmu di sini?" Damian duduk di sofa sembari menatap putranya dengan intens.
"Ada Enrique di sini."
"Itu masih kurang. Meski di sini ada Enrique, ada paman Jack ada Lionel dan yang lainnya, Daddy masih tidak tenang jika meninggalkan dia di sini."
"Dad, ini sedikit berlebihan menurutku," protes Marvel. Damian menghela napas panjang sesaat. Tatapannya menerawang, memngingat ucapan dokter Rupert waktu itu.
"Dad, apa yang kau pikirkan?"
"Ini mengenai mental Mavra. Daddy hanya merasa semua ini tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak sepenuhnya salah. Daddy yakin di balik sikap kakakmu itu, Dia masih memiliki trauma entah apapun itu yang dia sembunyikan dengan rapi."
Marvel tampak berpikir sejenak, lalu tak lama berselang, Dia pun mengangguk. "Baiklah. Aku akan tinggal di sini untuk sementara waktu."
"Thanks, Son."
"Kita ini keluarga, Dad."
***
Pagi ini, Mavra ke kampus berboncengan dengan Enrique. Gadis itu terlihat memeluk erat perut Enrique, seakan-akan takut jika terlepas, Enrique akan pergi darinya.
Ramona sudah menunggu sejak pagi di depan gerbang kampus Enrique. Kemarin dia gagal menemui pria itu. Jadi hari ini dia bertekad untuk tidak menyerah. Dari kejauhan Mavra melihat siluet Ramona dengan mata menyipit.
"Pemujamu sudah menunggu," ujar Mavra setengah berteriak.
"Aku memilih memujamu. Abaikan dia."
"Tidak, tidak, tidak. Kita mulai saja permainannya."
"Baiklah, sesuai titahmu baginda Ratu."
Enrique melewati Ramona begitu saja. Ramona berteriak memanggil-manggil nama Enrique, tapi sayangnya pria itu tidak mendengarnya. Ramona mendengus, tapi dia tidak akan menyerah saat ini. Ramona berlari mengikuti motor Enrique.
"ENRIQUE!!"
Enrique menoleh setelah melepaskan helmnya. Dia hanya menatap sekilas dan lalu dia membantu Mavra turun dari motor.
"Enrique, aku memanggilmu dari tadi."
Mavra hampir muntah mendengar nada bicara Ramona yang mendayu dan genit di depan Enrique. Enrique tetap mempertahankan wajah datarnya, dia seolah tidak menganggap keberadaan Ramona. Enrique justru malah sibuk melepaskan helm Mavra.
Ramona mengepalkan tangannya. Gadis itu kesal luar biasa karena Enrique benar-benar mengabaikannya. Namun, dia tetap tidak akan menyerah begitu saja. Ramona memikirkan cara untuk menarik perhatian Enrique.
"Aduh!" Ramona berpura-pura menunduk dan memegangi perutnya. Mavra tersenyum geli melihat akting Ramona. Dia memberi isyarat pada Enrique agar memberi perhatian pada Ramona.
"Ada apa denganmu, Ramona."
"Perutku sakit sekali, Enrique."
"Apa kau salah makan tadi?"
"Tidak, aku justru belum makan apapun karena aku tidak bisa makan karena memikirkanmu."
Mavra melipat bibirnya ke dalam demi bisa menahan tawa. Apa Ramona ini berpikir jika dirinya dan Enrique terlalu bodoh. Jadi Ramona dengan percaya dirinya menunjukkan aktingnya yang buruk pada mereka.
"Kau urus dia, Mon Cheri. Aku akan masuk dulu." Mavra hampir melenggang pergi. Akan tetapi, Enrique berhasil menahan tangannya.
"Jangan pergi dulu, Mi amor. Aku tidak mau menjadi bahan gosip di sini."
"Enrique." Ramona mengerang manja karena dia dicueki. Enrique berdecak kesal.
"Sebaiknya kau ke rumah sakit," kata Enrique.
"Kenapa tidak kau antar saja, Mon Cheri." Mavra mengerling pada Enrique. Enrique menangkap kode dari Mavra sebagai perintah mutlak yang tidak boleh ditolak olehnya.
Enrique akhirnya pasrah saat Mavra pergi begitu saja dari hadapannya. Ramona tersenyum sumringah. Dia pikir Mavra adalah gadis bodoh karena membiarkan Enrique bersamanya.
Enrique menghubungi Kyle dan meminta Kyle membawakannya mobil. Dia tidak mau memboncengkan Ramona naik motornya.
"Ayo, Enrique. Kekasihmu sudah memberi lampu hijau padamu untuk mengantarku." Ramona dengan berani menyentuh lengan Enrique yang kekar. Enrique langsung menepis tangan Ramona.
"Jangan seperti ini."
"Apa salahnya? Aku menyukaimu sudah sejak lama, Enrique. Tidak bisakah kau memberiku sedikit kesempatan. Biarkan aku menyentuh hatimu."
"Aku tidak bisa. Hatiku hanya memiliki ruang yang kecil. Jadi hanya cukup untuk Mavra seorang," kata Enrique tak acuh.
Saat Enrique menyebut nama Mavra, tatapannya melembut. Ramona benar-benar iri pada keberuntungan Mavra, tapi tak lama dia tersenyum. Sebentar lagi dia akan merebut Enrique dari Mavra.
...----------------...